Bab 1

288 11 0
                                    

Rizuka POV

           'Kriiing' bunyi alarm di samping tempat tidurku seakan memekakkan telingaku tersayang. Rasanya, hari ini aku sangat enggan untuk membuka mataku setelah tadi malam aku harus mengerjakan laporan piketku seminggu ini. Yang benar saja, aku baru menyelesaikan itu pukul 2 pagi tadi dan aku harus bangun jam set 5.

           Hari ini adalah awal dari 3minggu terakhirku bekerja sebagai dokter muda di salah satu rumah sakit Islam ternama di Surabaya. Jarak dari kontrakanku dari Rumah sakit itu memang terbilang tidak dekat, karena aku harus menghabiskan waktu sekitar setengah jam dalam perjalanan menggunakan motor kesayanganku.

            Aku langsung bergegas untuk mandi dan menganbil wudhu untuk melaksanakan kewajibanku kepada Allah yang masih memberiku kesempatan untuk menikmati indahnya dunia ini. Setelah itu aku langsung membereskan semua fileku yang aku sebar di atas meja kerjaku. Setelah kurasa semua sudah cukup beres dan siap untuk kubawa, aku langsung memasukkan semua itu ke dalam tas kerja kesayanganku. Yaa, tas itulah yang menjadi saksi bisu suka dukaku sejak aku  menjadi dokter muda di rumah sakit ini.

           Aku langsung bergegas untuk membuat sarapan di dapur kecilku. Disana sudah tertata dengan sangat rapi semua peralatan masak dan bahan-bahan makanannya sudah diletakkan di dalam kulkas kemarin. Yah semua ini tentu saja bukan aku yang membersihkan, melainkan mamaku karena memang kedua orangtuaku datang kemari kemarin. Mamaku sangat antusias membelikanku semua alat-alat lengkap untuk memasak, padahal setelah hampir 6 tahun aku menghuni kontrakan ini aku hanya bisa memasak beberapa resep saja, alhasil banyak alat itu yang tak terpakai dan hanya duduk manis di tempatnya.

           Hari ini aku hanya ingin sarapan dengan nasi goreng buatanku sendiri dan tak bisa dipungkiri nasi goreng buatanku itu memang yang paling nikmat (haha buatan sendiri harus dipuji dong). Setelah selesain masak aku langsung menuju sofa depan TV karena memang kebiasaanku kalau makan sambil menonton TV. Lalu, tepat pada pukul set 7 aku langsung bergegas untuk berangkat ke Rumah sakit. Sebelum itu, aku terlebih dahulu mengenakan jilbabku yang memang tidak terlalu ribet. Dari dulu aku memang tidak terlalu suka memakai sesuatu yang akan menyusahkanku dalam bergerak dan menyelesaikan tugasku. Karena itu, sekarang aku hanya memakai celana bahan berwarna coklat tua yang kupadukan dengan kemeja lengan panjang berwarna senada dengan celanaku. Tak lupa pula jas kebesaranku yang aku masukkan ke dalam tasku. Setelah semua lengkap, aku berangkat dan yang jelas saja, baru sampai seperempat perjalananku aku harus menghadapi kemacetan yang memang semakin menjadi, 'lamalama ini kota jadi lebih parah dari Jakarta', batinku.

       Perjalanan yang seharusnya aku tempuh selama setengah jam, kini harus menjadi hampir 1 jam, alhasil aku nyaris telat. Maklum saja, tadi sempat ada kecelakaan lalu lintas antara bus dan sepeda motor yang menyebabkan dua pengendara motor meninggal dunia langsung di tempat, ya aku tau karena aku sendiri yang memastikan itu, saat aku memeriksa nadi kedua korban tersebut, aku tidak merasakan detak sama sekali disana.

           Begitu sampai aku langsung bergegas ke Divisiku, yaitu UGD. Untung saja, pimpinan UGD tersebut sangat baik dan tidak pernah seenaknya kepada bawahannya. "Pagi Dok", sapa suster Zilda. "Pagi Sus" jawabku sambil tersenyum padanya. Setelah sampai pada ruanganku aku langsung menuju meja kerjaku, ya meja kerja ini panjang dan berhadapan hanya terpisah dengan sekat yang memisahkan setiap meja.

        "Dokter Rizka" panggil salah satu suster sambil tergopoh-gopoh berlari ke arahku. "Ada apa?" tanyaku padanya. " itu dok, ada pasien tabrak lari" jawabnya. " baiklah, ayo kita kesana", Aku pun langsung bergegas menuju ruang UGD. Kulihat ada anak kecil yang masih memakai seragam SDnya tak sadarkan diri di salah satu ranjang. Langsung ku periksa keadaan vitalnya dan untungnya tidak ada yang salah dengan organ vitalnya, " Dia hanya terkena luka luar saja, semua alat vitalnya baik-baik saja, suster tolong ambilkan peralatan jahit" ointaku pada suster. Setelah peralatan jahitnya sudah ada di tanganku aku pun langsung menjahit luka di dahi anak ini. Tak lama. Aku hanya perlu waktu sekitar 15 menit untuk menjahit luka yang menganga selebar 4 cm di dahi bocah tersebut. Selesai menjahit. Aku pun bergegas kembali ke ruanganku untuk kembali menyelesaikan laporanku. Saat di luar pintu, aku melihat dua orang tua sang anak menghampiriku dan sang Ibu langsung memelukku dan mengucapkan terima kasih. Aku pun hanya membalas pelukan sang Ibu yang sangat menyatangi anaknya ini. Aku membalasnya dengan senyuman. Melihat ini, aku jadi teringat mamaku yang berada di rumah. Mama, aku kangen, batinku. Akupun langsung pamit ke ruanganku.

          Sorepun datang, aku segera pulang dan mulutku tiba-tiba menganga melihat sesuatu yang selama 6 tahun ini aku hindari. Yaa, pria itu. Aku melihatnya terburu-buru berjalan dari salah satu kamar menuju ke arahku. Dia hanya memakai celana jeans biru dongker dan kaos polo senada dengan warna celananya. Saat mata kami bertemu, aku langsung mengalihkan pandangan ke arah suster yang memang berada di sekitar lorong itu. Seketika hatiku serasa diremas karena dia hanya melewatiku tanpa memandangku. 'Masihkah dia membenciku?, masih tertutupkah hatinya untukku?' seru batinku.

-----------------------------------------------------

Assalamualaikum readers. Ini cerita pertamaku, maaf kalau GJ, ini memang cerita hanya hayalanku saja. Maaf juga kalau aku gatau milihmilih carita yaa ..

Thank you for reading guys.. :* ({})

           

          

The Pure LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang