Bab 2

124 9 0
                                    

Denias POV

Hari ini adalah hari yang sangat melelahkan bagiku. Bagaimana tidak, masih jam set 11 aku sudah melayani 15 pasien yang berkonsultasi denganku.

   

Oh lupa, kenalkan namaku Denias Mahesa Ramdhan. Aku adalah seorang Dokter Gigi yang saat ini menjanat sebagai direktur di rumah sakit milik keluargaku. Walaupun ayahku bukanlah seorang dokter, beliau sangat menyukai dunia kedokteran sehingga membuat beliau memutuskan untuk membangun rumah sakit ini. Aku adalah anak bungsu dari 3 bersaudara, 2 kakak perempuanku memilih untuk menangani perusahaan ayah.

"Pak, rapat akan segera dimulai" dia suster Ona seketarisku. "Baiklah tunggu saya di ruang rapat sus".

Rapat hati ini berjalan tegang karena ada yang mencoba untuk memalsukan data pengeluaran rumah sakit yang sasarannya adalah jabatanku. Aku pun hampir terpancing emosiku dengan segala tuntutan para pemegang saham yang malah menyudutkanku dan menuduhku tidak becus menangani rumah sakit ini. Perlu kau tau, sahamku di rumah sakit ini adalah 40% dari saham total. Cukup besar memang, tetapi jika mereka menyerangku habis-habisan akan mengakibatkan jatuhnya aku dari posisi yang merupakan peioritas hidupku ini sekarang. Agar rapat ini tidak semakin panas dan menjadi ajang tawuran para insan yang berpendidikan tinggi ini.

Setelah berhasil keluar ruangan, aku menelusuri koridor rumah sakit ini hanya untuk melihat suasana rumah sakit dan kinerja para dokter maupun para perawat disini.

Saat melewati ruang UGD, aku melihatnya, ya dia adalah wanita yang pernah aku sakiti hatinya. Wanita yang dulu sangat tulus mencintaiku, dia yang selalu membantuku saat aku dalam kesulitan dan dia pula yang selalu kulihat berbinar hanya dengan melihatku. Kenpaa aku tau itu? Karena dulu diam-diam aku juga meliriknya ketika dia berada di sampingku. Aku bisa melihat dari ujung mataku bahwa diam-diam dia tersenyum.

Oke, kembali ke sekarang. Ketika aku berpapasan dengannya aku tidak menghiraukannya sama sekali. Aku tau dari ujung mataku dia melihat ke arahku, hanya saja sekarang aku hanya melihat tatapan kebencian dan rasa sakit dari mata kecilnya. Aku hanya terus berjalan tanpa menghiraukannya begitupun dengan dia yang terus fokus berbincang dengan asistennya.

Entah mengapa hatiku menghangat hanya dengan melihatnya. Tapi, aku takut akan reaksi kebenciannya padaku. Tapi, jujur memang sejak dulu aku sudah sangat menyayanginya. Sejak aku lulus SMA, dan hari-hari yang ku lalui tanpanya, aku memang mulai merasakan ada yang berbeda dalam hidupku dan pelan-pelan aku semakin memikirkannya, aku semakin merasa kehilangannya dan aku menyesal telah menyakitinya sebegitu dalamnya. Mulai sekarang dan seterusnya aku harus memilikinya dan membahagiakannya. Itulah janjiku.

--------------------------------------------

Assalamuakaikum readers :)

Lama banget yak ngupdatenya aku sedikit pula. Tapi wakaupun sedikit semoga banyak yang suka :)

Love you all ;)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 22, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Pure LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang