Prolog

10 1 0
                                    

Tak diragukan lagi, media sosial telah menjadi nadi kehidupan manusia masa kini. Tak peduli dimanapun kau berada, siapapun kau di dunia, selagi bisa menggenggam ponsel berjaringan internet, menjauhi media sosial adalah kemustahilan. Bahkan para pengurung diri membutuhkannya, sekalipun kontak mereka kosong—untuk sekedar memesan makanan— Begitu pentingnya hingga tercipta persaingan antar pengembang aplikasi.

Dunia semakin gila. Kesal pada orang tuamu yang pemaksa—memaksamu menjadi berprestasi misalnya—? Kesal pada teman kayamu yang menyombongkan high tech accessory terbaru mereka? Kesal pada gurumu yang acuh pada pembully tak peduli sebabak belur apapun korbannya? Kesal pada bosmu yang hobi memperbudak?

Setiap manusia memiliki batas kesabaran. Simpelnya, kita butuh pelampiasan. Marah. Sedih. Kecewa. Dendam. Andaikan ada tempat untuk menampung dan membakarnya seperti sampah. Meditasi bukan solusi yang universal. Semua orang ingin didengarkan, tetapi tak semuanya mau mendengarkan. Jadi bagaimana kalau kita paksa semuanya mendengarkan?

Aplikasi—tempat menampung sampah tadi— yang didambakan oleh kita adalah universal, dipakai lintas negara, terbuka, bebas, luas, dengan pengaturan yang mengizinkan privasi diatur kita sendiri. Para pengembang bersaing menciptakan 'tempat sampah' yang menarik, dengan fitur baru, desain UI ramah, bintang iklan populer, dan lain-lain. Kalau mereka penggembala, penggunanya adalah domba-domba. Begitu menurut Nolan, seorang mahasiswa yang terjebak dalam dilema.

Tumbuh dalam keluarga yang keras, Nolan kehilangan masa kecilnya untuk mengumpulkan poin-poin di buku raport yang pada akhirnya hangus kebakaran. Kini setelah berhasil masuk kampus dambaan orang tuanya, Nolan tidak mengerti apa yang harus ia lakukan untuk mengisi kekosongan di hati. Melihat teman-temannya berangkulan, tertawa, bersama kemana-mana, ada yang sudah kenal dari lama, ada yang baru bertemu sudah seperti kawan saja, luar biasa. Nolan kagum akan 'ketidakpedulian' orang-orang ini.

Bagaimana mereka bisa hidup tanpa khawatir akan dikhianati?

Pengkhianatan, Nolan menghela napas mendengar kata itu. Sembilan belas tahun hidupnya, sudah terlalu banyak ia dikhianati hingga terpanen penyakit 'krisis kepercayaan'. Ia takut dan membenci manusia. Jangankan berteman akrab, Nolan tidak membiarkan nomor siapapun tersimpan di kontaknya. Bahkan keluarga.

Awalnya, semua berjalan baik-baik saja hingga lulus SMA. Namun kini saat ia mulai hidup sendiri, Nolan kehilangan identitasnya. Tidak ada yang bisa diajaknya bicara. Kecuali kucing-kucing di open spaces kampus yang sering disebut Shangri La karena wilayahnya yang sangat hijau dan terpencil dari gedung kampus. Di situlah Nolan duduk berbagi makanan dan cerita dengan 'teman-temannya'.

Sayangnya, pihak kampus memutuskan untuk membangun gedung di wilayah itu. Nolan patah hati seketika. Rumah 'teman-temannya' dihancurkan, mereka berpencar bahkan ada yang mati dalam proses pembangunan. Mulai saat itulah Nolan semakin membutuhkan tempat untuk membuka diri, setelah zona nyamannya direbut.

"Tahu gak ada anak tahun kedua yang trending di Cuiter?"
"Cowok itu kan? Tahu dong, aku ikut turun ke jalan kemarin hehe."
"Wah serius? Anarkis ga?"
"Gaaa, ini demo pertama yang gak anarkis sama sekali, Kaanan hebat ngatur massa."

Di tengah gejolak politik negara, mahasiswa sering kali menjadi pahlawan dalam mengkritik kebijakan. Kali ini, seorang pemuda dari angkatan Nolan berhasil menyinari jalanan hingga menarik perhatian pemerintah. Dia benar-benar seorang bintang.

(Berbeda denganku huh.)

Nolan merebahkan diri di kamarnya, menatap langit-langit yang kosong. Matanya terfokus pada lampu yang mati, dibantu sinar dari kendaraan yang lewat di luar jendela sana. Ponsel di sampingnya dalam proses mengunduh Cuiter. Bukan tanpa alasan Nolan berakhir melawan prinsipnya. Ia berharap mendapat teman sekalipun itu maya.

Unduhan selesai. Nolan mendaftar dengan email pribadinya dan mulai mengatur namanya.

(Biasanya orang pakai nama samaran ya?)

Melon. 19. Looking for friends.

Hobi? Nolan tidak punya. Tapi dia suka membaca sejarah. Padahal di jaman seperti ini, siapa yang akan tertarik?

[Hai, salam kenal] begitu cuitan Nolan yang pertama. Setelah itu, muncul berbagai rekomendasi akun di timelinenya. Kebanyakan adalah akun bercentang dua yang berarti akun resmi. Nolan tidak pernah mengikuti perkembangan sebuah media, perusahaan, atau selebriti. Akun pertama yang Nolan ikuti adalah kampusnya, lalu muncul akun Kaanan Naeswari.

Kaanan Naeswari. 18. What is history but a fable agreed upon?
Mengikuti 1.000
Pengikut 256K

(Apa-apaan dengan angka fantastis ini, dia selebriti? Quote ini... Napoleon Bonaparte?)

Sejarah hanyalah kumpulan fabel yang telah disepakati.

Nolan terbelalak. Entah menggunakan quote tokoh sejarah merupakan hal lumrah dalam media sosial atau tidak, tetapi hatinya berdebar kencang, sungguh senang. Seandainya Kaanan juga tertarik sejarah, mungkin mereka bisa berteman. Begitu harapan Nolan, tak memperhitungkan perbedaan status di antara mereka.

Ketika Nolan akan mematikan layar ponsel, sebuah notifikasi muncul di Cuiter. Nolan buru-buru melihatnya. Sayang sekali, bukan teman atau mengikuti balik yang dia dapatkan, melainkan pesan resmi dari pengembang aplikasi.

[Pemain Level 2 —Mangsa— Selamat, kamu berhasil membuka fitur Uptodate! Selesaikan Quest dan rajin perbarui statusmu untuk menambah EXP dan naik level!]

Nolan mengernyitkan dahi. Setahunya, fitur Uptodate tidak tertulis dalam deskripsi aplikasi. Tetapi biasanya ada pengembang yang membuka program beta pada aplikasinya. Nolan pikir, Uptodate semacam fitur beta yang masih dalam pengembangan.

(Quest?)

[Quest akan diperbarui setiap pukul 05.00 pagi. Daftar Quest hari ini: 1. Lengkapi profil]

Tanpa menunggu lagi, Nolan menambahkan foto —bukan wajahnya, melainkan buah melon—, nomor ponsel, dan profil lain yang diminta Uptodate. Setelah selesai, muncul lagi jendela pop-up yang bertulis [Quest 1 hari ini selesai! Kicaukan pada dunia! Kicauan Uptodate tidak akan muncul pada kicauan Cuiter]

Di jendela itu sudah tertulis template postingan —kicauan— yang menjelaskan bahwa Nolan selesai melengkapi profil. Di bawahnya hanya terdapat satu pilihan 'Kicaukan'. Nolan tidak bisa menutup atau keluar dari jendela itu. Mau tidak mau, dia mengicaukan template itu di Uptodate.

Tak lama kemudian, kicauan itu mendapat suka dan beberapa komentar, lebih ramai daripada kicauan di Cuiter. Banyak yang menyambut Nolan dengan senang hati.

"Selamat datang pemain baru! Salken ya."
"Asal mana nih?"
"Bagus, tingkatkan levelmu wkwkwk!"
"Ga sabar liat ke depannya haha."

Menyenangkan, hanya saja, semua profil yang mengomentarinya tidak memiliki foto. Tidak ada username, hanya kumpulan huruf dan angka.

"Good luck," ujar sebuah komentar.

Nolan tidak mengerti, apa yang baru saja terjadi?

[BL] Wingless Bird Fly Upon the EarthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang