1

4 1 0
                                    

Tidak begitu banyak kegiatan yang Nolan ikuti di samping kuliah. Satu-satunya klub yang ia masuki adalah Klub Histori. Itu pun, klub ini sudah di ambang penutupan karena sepi peminat. Kini hanya tersisa lima orang termasuk Nolan yang menjadi anggota sekaligus pengurus klub. Ini juga alasan Nolan tertarik. Sesuai minat, sepi peminat. Cocok.

Seperti biasa, mereka mengadakan pertemuan seminggu sekali di ruang klub, meski pun setiap hari mereka bisa datang ke sana. Pada kegiatan resmi ini, mereka membahas problema yang dihadapi klub dan cara agar bisa bertahan. Ketua klub adalah seorang kakak tingkat perempuan bernama Wina, telah memimpin selama dua periode dan di ambang wisuda. Sekretaris dipegang oleh Nike, gadis bercat kuku merah. Bendahara dipegang oleh Adri, pemuda yang kini pusing karena dana kegiatan berhenti disalurkan pada klub. Humas oleh Nesya, gadis paling mungil tapi jaringannya paling luas. Sisanya Nolan sebagai divisi media dan publikasi.

Adri mulai menjelaskan keadaan keuangan mereka. "Selama ini kita tidak punya proker. Uang ditarik dan berhenti disalurkan. Untuk mendapatkannya lagi kita harus mengadakan sesuatu."

Wina tertawa lepas, "Ngahahaha! Bukannya pertemuan mingguan juga terhitung proker?"

Nike menghela napas, "Mereka ingin proker yang eksternal, di luar anggota. Mungkin kita bisa mengadakan lomba?"

Begitu, rapat pun berjalan cukup serius —kecuali Wina yang sudah lepas tangan setelah memimpin klubnya selama dua tahun—. Nolan yang biasanya hanya diam mendengarkan, tiba-tiba ikut memberi usulan. "Bagaimana kalau webinar?"

Seluruh mata tertuju padanya. Bahkan Wina yang dari tadi tertawa, terbelalak mendengar suara Nolan. Adri menyadari suasana yang canggung itu langsung menanggapi, "Ide bagus. Tidak perlu sewa tempat. Kita bisa menyampaikan materi sejarah, atau menguak sejarah yang sebenarnya!"

Mata Nike dan Nesya berbinar. Mereka tertarik pada ide itu. Klub Histori sering mendalami sejarah dari berbagai sumber, mencatat dan menyusunnya menjadi bacaan baru yang lengkap, berbeda dengan sejarah yang diketahui umum. Tak jarang, mereka menemukan fakta yang dirahasiakan, ditutupi oleh propaganda. Membahas hal seperti itu pada publik akan terasa menantang. Apalagi kalau bisa mengundang pembicara yang hebat, minimal dosen dari kampus mereka sendiri.

Wina terkekeh, "Nolan tumben."

Nolan tidak merespons. Dia sendiri masih terkejut pada apa yang baru saja dikatakannya. Sungguh, ide itu bukan dari dirinya sendiri.

Quest di Uptodate yang memberitahunya.

Pagi tadi setelah bangun tidur, Nolan melihat notifikasi dari Uptodate. [Quest 1: usulkan webinar]. Nolan yang masih setengah sadar tidak mengerti maksudnya dan langsung mandi. Baru lah saat rapat ia teringat quest itu dan mengucapkannya begitu saja. Ponselnya bergetar, template kicauan muncul lagi dan Nolan menekannya.

[Quest terpenuhi! Balance: 100K]

(Saldo? Poin? Apa maksudnya?)

"Nolan, ada saran ga ngundang siapa gitu?" tanya Nike.

Tidak mengerti apa-apa, Nolan hanya tergugu-gugu mengingat sekumpulan nama yang ada di kampus. Akan tetapi, hanya satu nama yang muncul. Seketika itu juga Nolan refleks menjawab, "Kaanan Naeswari."

"Oh! Boleh juga. Dia mahasiswa berprestasi dari fakultas politik," kata Adri yang kemudian disambung Nesya. "Kaanan sering jadi moderator juga lho! Cocok nih."

Reaksi mereka begitu bersemangat. Nolan tidak bisa mengikuti semangat itu dan izin ke kamar mandi. Ia mengambil tasnya di kelas lalu pergi meninggalkan gedung kampus, berniat pulang ke kosnya. Tidak peduli rapat klub masih berjalan. Nolan tidak mau terjebak dalam arus yang tidak dia kehendaki.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 02, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[BL] Wingless Bird Fly Upon the EarthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang