"Yasudah aku ke aula duluan ya, Hans." Delia pergi meninggalkan halaman belakang. Ia merasa haus setelah permainan usai. Gadis itu langsung pergi meninggalkan Hans sendirian. Dia langsung berjalan menuju koridor.
Koridor terlihat sangat sepi. Hanya ada suara langkah Delia saja di sana. Murid-murid lain masih sibuk berkenalan dan menuju kantin. Delia belum mempunyai teman di asrama ini. Itu sebabnya dia masih sendirian sekarang.
Srek srek terdengar suara langkah kaki.
Delia merasa ada yang mengikutinya dari belakang. Koridor terasa sangat panjang untuk dilewati pada suasana seperti ini. Ia pun menaikkan kecepatan langkah kakinya. Tanpa kegiatan lainnya, ia segera masuk ke dalam aula.
"Fyuhh, akhirnya sampai." Delia mengambil botol berwarna hijau dari tasnya dan segera meneguk air putih di dalamnya dan langsung meminumnya. Dia merasa haus setelah berjalan dengan langka yang yang cepat.
Krieettt ....
Tepat setelah Delia menaruh botol minumnya kembali, ada yang menutup pintu tiba-tiba. Seseorang menggunakan hodie hitam dan memegang seutas tali tambang ditangannya. Orang itu berjalan menuju Delia setiap langkahnya di hentakkan membuat Delia langsung ketakutan.
"Si-siapa kamu?" Delia tampak ketakutan. Orang itu terus mendekat ke Delia. Wajahnya tidak terlihat karena tertutup tudung hodie. Yang terlihat hanyalah seringai jahat darinya. Keringat dingin langsung menghujani tubuh Delia.
"Kamu tidak perlu tahu siapa aku. Aku kesini hanya ingin sedikit bermain denganmu. Percayalah kamu pasti akan senang dengan permainan yang aku buat. Permainan ini akan lebih seru dibandingkan permainan di taman tadi." Kini orang itu sudah berada tepat di depan Delia.
"Tolong..."
"Gak ada gunanya minta tolong! Gak ada seorangpun yang akan menolongmu!"
Delia tersadar bahwa tidak akan ada yang bisa menolongnya karena aula ini terletak di ujung gedung asrama sedangkan kantin ada bagian depan. Jadi tidak ada gunanya dia berteriak minta tolong. Tidak akan ada yang mendengar suaranya.
"Ka-kamu siapa!"
"Aku adalah malaikat yang baik hati, aku ingin membuatmu menyudahi hidup yang menyakitkan ini!"
"Tol-"
Belum sempat Delia berteriak untuk minta tolong, lehernya sudah dicekik dengan tali. Sangat erat sampai Delia kesulitan untuk berbicara ataupun bernapas.
"Kamu pikir, kamu bisa minta tolong? Ngga akan ada yang bisa menolongmu dari kematianmu!"
Tawa jahatnya membuat Delia makin ketakutan. Air mata sudah bercucuran dari sudut matanya. Ia hanya berharap ada orang yang datang secepatnya, sebelum ia akan benar-benar dibunuh.
"Aakk, lepaskan aku. A-apa salahku," ucap Delia tersendat-sendat karena kesulitan bernapas.
"Kesalahanmu itu sangat fatal. Jadi terima saja kematianmu. Aku janji, ini akan sangat menyenangkan." Dia segera membekap mulut Delia dengan kain putih hingga Delia tidak lagi bisa bicara.
Delia terus mencoba untuk memberontak, tapi tenaganya sudah terkuras untuk permainan tadi. Kini ia hanya bisa menangis dan pasrah. Lehernya terasa sangat sakit akibat tali tambang itu.
"Sebenarnya aku ingin sedikit denganmu, tapi karena kamu orangnya gak asik jadi yasudah aku akan cepat mengakhiri permainan ini. Salahmu.. kenapa kamu tidak bisa bermain dengan asik dan lebih memilih teriak!" Orang itu langsung mengikat tali itu sangat kuat dileher Delia. Akhirnya Delia sudah tidak bisa bernafas lagi.
Dia menggantung Delia tepat di depan ruangan. Seperti boneka persentasi. Delia memang sangat kurus, sehingga sangat mudah untuk mengangkatnya. Sekarang Delia benar-benar sudah tergantung di atas. Seperti hiasan, tapi ini hiasan yang sangat tidak enak dipandang.
Dia menaiki meja dan menatap Delia yang terkulai lemas. Diusapnya pipi Delia yang basah dengan lembut. Lalu ia mengeluarkan sebilah pisau dari lengan bajunya.
"Kamu tahu kesalahanmu?" ucapnya sembari menggoreskan pisaunya di pipi Delia dengan sembarang. Beberapa goresan itu berhasil mengeluarkan darah segar dari kulitnya. "Hiks hiks ... Kesalahanmu itu tidak bisa dimaafkan!" teriaknya. Bersamaan dengan itu, dia menusuk-nusuk mata kanan Delia sambil tertawa.
Sudah tidak terbayangkan betapa buruknya kondisi wajah Delia sekarang. Penuh dengan darah segar yang bercampur dengan air matanya. Ia tidak merasa melakukan kesalahan apa pun. Tapi kenapa ia harus mengalami perlakuan sekejam ini? Sungguh sebuah mimpi buruk yang mengerikan.
"Aku sangat sedih tidak bisa bermain lebih lama denganmu gadis cantik." Wajahnya memelas seperti terlihat sangat sedih. Namun, setelah itu ia menampakkan seringainya lagi. "Tapi tak apa ... Aku akan memberikan rasa yang sangat luar biasa kepadamu. Hahaha!"
Kini ia menyayat tangan Delia. Semua tubuhnya disayat hingga pakaiannya basah dengan darah. Delia sudah tak kuasa menahan sakitnya. Kenapa ia harus meninggal dengan cara sekejam ini? Gadis yang malang. Mata Delia sudah benar-benar tertutup. Hal terakhir yang dilihatnya hanyalah seringai jahat pembunuhnya.
----------------------------------------
"Aaaaa!"
Teriak para siswi terdengar dari aula. Para panitia yang sedang menuju ke sana segera berlari. Semua orang yang ada di sana sangat terkejut.
Mayat seorang siswi tergantung di depan dengan keadaan yang sangat buruk. Jalan menuju panggung aula penuh dengan warna merah. Bukan karpet merah yang biasanya terulur, melainkan darah segar dari mayat siswi itu. Darahnya hampir berhenti menetes sangking banyaknya darah yang sudah mengalir.
Panitia MPLS segera meminta para murid baru untuk berkumpul di kelas 10–1 agar tidak panik dan menunggu informasi selanjutnya dari mereka. Sementara itu, petugas keamanan sedang menuju tempat kejadian perkara.
Mayat Delia terlihat mengenaskan dengan matanya Terlihat habis ditusuk-tusuk dan mengeluarkan darah yang segar dari kedua bola matanya.
Petugas keamanan tidak bisa menyelidiki apa pun. Hanya sidik jari Delia yang ditemukan di sana. Petugas keamanan menduga Delia melakukan bunuh diri. Tapi untuk apa dia bunuh diri? Kenapa harus menyakiti dirinya seperti itu? Kejadian itu menimbulkan banyak pertanyaan dan kejanggalan di mana-mana. Membuat para penyelidik bingung sendiri. Kalaupun dia bunuh diri, kenapa ada tusukan di kedua bola matanya?.
Tidak lama kemudian Kepala Asrama Dorminity–Mr. Alejandro, mengeluarkan perintah agar tidak ada yang membicarakan masalah ini. Ia tidak ingin kejadian ini merusak nama baik asramanya. Bahkan ia tidak membiarkan orang luar untuk menyelidiki kasus kematian Delia. Semua anggota asrama diminta untuk tidak membocorkan masalah ini ke luar asrama.
Mr. Alejandro juga memberhentikan kegiatan MPLS dan meminta para murid baru untuk berdiam diri di asrama saja. Mereka baru boleh mengikuti pelajaran setelah satu minggu berlalu. Semua siswa dan siswi saling bergunjing menafsirkan jawaban dari kejadian itu.
Hari itu juga kegiatan MPLS langsung diberhentikan. Awal yang sangat menakutkan bagi siswa baru di asrama ini. Mereka bertanya-tanya kenapa kasus ini harus ditutup? Tapi sayangnya kepala Asrama Mr. Alejandro diam dan tidak menanggapi mereka dia hanya menyuruh para siswa untuk diam dan bagi siapa yang melanggarnya akan mendapatkan hukuman.
Tanpa mereka sadari ini adalah awal kisah mereka menjalani hidup yang lebih sulit di asrama ini.
Bersambung ....
KAMU SEDANG MEMBACA
blood thirst
Mystery / Thrillerini adalah cerita yang kolaborasiku sama temanku Rin waktu ujian kemarin di wga Asrama Dorminity termasuk asrama populer dan favorit di daerah Jawa barat, tetapi letak asrama ini jauh dari keramaian. Letaknya ada ditengah-tengah hutan dan tidak ada...