IRI

3 0 0
                                    

Mesin waktu....
Jika aku bisa, aku ingin sekali bisa memilikinya. Aku ingin mengembalikan semuanya....

Seperti hari biasanya pagi ini Nina sarapan bersama Ayah dan juga kakaknya.

"Nanti sore ayah harus ke Medan, ada proyek yang harus ayah lihat disana. Kalian baik-baik di sini..." pinta sang Ayah sambil menikmati sarapannya.

"Iya yah." jawab Nina sementara anak pertama keluarga itu tampak acuh dengan ucapan sang Ayah yaitu Adrian.

"Jeff, kamu denger Ayah?"

"Iya." jawab Jeffery

"Hari ini Mang Mamat gak bisa anter Nina, jadi kalian berangkat bareng aja." perintah Adrian

"Nina naik bus aja yah."

"Gak ada, kakak kamu juga kan ke sekolah, kalian satu arah, ayah gak mau anak ayah desak-desakan di bus." Nina melirik Jeffery yang hanya diam, padahal Nina tau Jeffery pasti tidak mau berangkat bersama dengannya.

"Jeff, bareng sama Nina!" tegas Adrian lagi

"Iya." tanpa berpamitan Jeffery meminum jus jeruknya lalu meninggalkan meja makan, Adrian hanya menahan sikap anak laki-lakinya itu

"Ayah, Nina berangkat." Nina dengan tergesa-gesa berpamitan pada Adrian tak lupa ia mencium pipi ayahnya terlebih dahulu sebelum berangkat.

"Jeff jangan ngebut." teriak Adrian yang ia yakin Jeffery masih mendengarnya

"Maaf aku buat Jeffery berubah." ucap Adrian seolah ia berbicara kepada Maharani istrinya.

🌼

"Nina turun di sini aja kak." pinta Nina begitu dia melihat ada halte bus. Dan tanpa ucapan apapun Jeffery segera meminggirkan mobilnya.

"Makasih." ucap Nina sebelum ia turun dari mobil kakaknya itu. Jeffery tak bereaksi apapun dia hanya menatap lurus ke depan.

Selama dimobil tadi Jeffery juga tak berbicara sama sekali, dia hanya diam dan fokus menyetir. Nina juga tak berani berkata apapun dia sudah takut duluan melihat raut wajah kakaknya. Padahal dulu Jeffery sangat cerewet. Jeffery juga sangat perhatian pada Nina. Tapi itu dulu, sebelum kecelakaan terjadi. Sebelum ibu mereka pergi untuk selamanya.

Nina memasuki bus menuju ke arah sekolahnya dan dia melihat seorang temannya duduk sendirian di kursi belakang. Temannya itu melambaikan tangannya pada Nina dan mengisyaratkan Nina agar dia duduk bersamanya.

"Tumben naik bus Nin?" tanya temannya itu saat Nina baru saja duduk.

"Supir gue gak masuk, makanya gue pake bus. Kebetulan Ayah juga ada rapat pagi kayanya jadi gak bisa anter dulu." jelas Nina dan temannya itu hanya mengangguk sebagai tanda dia mengerti

"Eh iya, gimana persiapan lomba nyanyi lo?" tanya temannya lagi

"Gue masih harus terus latihan, tapi jangan terlalu diporsir juga sih takutnya ntar suara gue ilang pas hari h." jawab Nina

"Iya sih, gua denger lo mau nyanyi lagu bahasa German ya?"

"Hehehe iya, gue kebagian lagu bahasa Jerman."

"Nin, gila sih lo tuh klo lagi nyanyi lagu klasik kaya yang gampang banget. Padahal pas gue coba di kamar mandi aduh udah lah ancur." Temannya itu tertawa saat dia menceritakan ceritanya dan Nina pun ikut tertawa mendengarnya

"Gue dulu diajarin Bunda gue. Bunda suka banget sama musik klasik. Mungkin karena udah terbiasa gue juga jadi suka dan tertarik sama musik klasik."

"Gue mending ngerjain matematika daripada harus nyanyi." Ya, Livia memang anak yang pintar dalam mata pelajaran matematika.

"Bakat tiap orang kan beda-beda Liv. Kakak gue juga jago banget matematikanya. Dulu dia sering ikut olimpiade." Nina tampak bangga sekali saat ia menceritakan sedikit tentang kakaknya.

"Serius lo?"

"Iya, sama kaya lo. Dulu pas dia masih SMA dia sering banget jadi perwakilan sekolah buat ikut olimpiade. Eh lo juga bukannya bulan depan mau olimpiade?" tanya Nina

"Iya, ini gue tiap hari kamis pulang sekolah bimbingan terus sama Pak Jeffery." Nina hanya tersenyum mendengar ucapan Livia barusan.

"Tapi serius ya, Pak Jeffery keren banget gue gak pernah bosen kalo belajar sama dia. Orangnya asik trus kalo jelasin juga gak ribet tapi gue paham aja sama apa yang dia jelasin. Mana ganteng pula." mata Livia berbinar saat dia menceritakan tentang Jeffery. Dan tentu saja Jeffery yang dimaksud Livia adalah Jeffery kakak dari Nina.

Jeffery adalah guru matematika di sekolah Nina, dari kecil Jeffery memang sangat unggul dibidang akademik. Berbeda dengan Nina yang lebih berbakat dibidang seni. Dan satu lagi di sekolah tidak ada yang tau kalau Nina adalah adik dari Pak Jeffery sang guru matematika yang dikenal tampan dan pintar itu.

"Gue iri deh sama lo, lo bisa deket sama Pak Jeffery. Gue mau nanya aja sama dia sungkan." Livia menoleh pada Nina dan dia menangkap wajah sedih Nina tapi Nina kembali tersenyum saat dia tersadar Livia sedang menatapnya.

"Lo tanya aja sih Nin, pasti dia bakal bantuin lo belajar deh. Eh tapi kenapa lo gak nanya abang lo aja?" tanya Livia

"Abang gue sibuk kerja Liv, gue juga gak terlalu deket sama dia." jelas Nina sambil tersenyum mencoba menutupi kesedihannya.

Di sekolah Jeffery memang termasuk guru favorite, beberapa anak juga cukup dekat dengan Jeffery. Apalagi anak-anak yang sering ikut olimpiade, mereka sangat dekat dengan Jeffery dan salah satunya Livia yang juga merupakan teman satu kelas Nina.

Apakah Nina iri? Tentu saja, dia sangat iri saat melihat Jeffery begitu ramah kepada teman-temannya. Sementara kepada Nina, Jeffery tetap bersikap dingin.

TBC

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 08, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kak JefferyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang