Sorrryyy guyss... cerita ini aku ulang dari awal, soalnya di chapter 1 dan 2 yang sebelumnya ada bagian yg aku ganti, hehe maklum saya masih penulis amatiran yang labil :D
Semoga kalian tetep enjoy sama cerita ini, aminn :)
Kali ini aku langsung update 2 chapter. KEEP READ...
--Story NO POV--
Jam terus berdentang menandakan waktu yang terus berjalan dengan kecepatan konstan. Setiap waktu berganti aku tidak pernah sekalipun dianggap. Namaku Miguel, lengkapnya Miguel Tores Pensador. Aku tinggal di sebuah rumah yang tidak terlalu besar namun masih nyaman untuk dihuni. Aku tinggal bersama ayah, ibu, dan adik perempuanku. Mereka terkadang menganggapku masih hidup, tapi terkadang mereka menganggapku sudah mati atau mungkin mereka menganggapku bukan siapa-siapa, aku hanya seperti sampah yang bisa dibuang kapan saja.
Aku tidak tau apa yang menyebabkan mereka sering mengabaikanku dan mengacuhkanku seolah-olah aku ini adalah orang lain yang bukan dari anggota keluarga. Hei… aku ini masih hidup, I’m still alive. Whatever, tidak ada gunanya aku berteriak seperti itu.
Ingin sekali aku pergi dari rumah ini untuk merasakan bagaimana indahnya kebebasan, tetapi kemana aku harus pergi. Aku juga tidak punya uang untuk membiayai hidupku sendiri.
Saudara-saudaraku bertempat tinggal cukup jauh dari daerah tempat tinggalku dan aku tidak punya uang banyak untuk membeli tiket kereta atau alat transportasi lain untuk hijrah kesana. Ibuku dan ayahku jarang sekali memberiku uang dan hampir tidak pernah. Jika tidak ada kepentingan yang darurat atau mendadak, mereka tidak akan sudi memberiku uang sepersen pun.
Menurutku bekerja sebagai seorang pengemis atau pengamen tidaklah seburuk yang orang bayangkan. Aku lebih memilih mengemban profesi itu dari pada harus hidup di rumah bersama keluargaku ini. Dengan mengemis kita bisa mendapat uang dengan cepat, begitu juga dengan mengamen.
Aku pernah mengalami suatu kejadian yang mengerikan bersama keluargaku. Untuk kejadian ini mereka bisa dibilang monster atau apalah. Saat itu kami sedang liburan ke kebun binatang, lalu selang beberapa menit aku melihat-lihat, adikku mengajakku untuk pergi ke kandang singa. Sebelumnya aku menolak, tapi dia malah merengek. Ibuku sudah memicingkan matanya untuk melototiku. Alhasil…. Okay ayo kita ke kandang singa.
Saat itu singa yang kami lihat sedang diberi makan oleh petugas kebun binatang. Satu petugas lagi masuk untuk membersihkan kadang. Wuiihh berani sekali.
Dan suatu kecerobohan terjadi, saat hendak mengunci kandang, ternyata gemboknya belum sepenuhnya terkunci dan saat para petugas itu pergi meninggalkan kandang singa, singa pun tiba-tiba mengamuk dan keluar dari kandang. Spontan aku dan adikku berteriak dan lari sekencang mungkin. Syukurlah ibu dan ayah ada di sana. Ayah pun langsung menggendong adikku dan seraya berlari.
And what’s going happen than? Aku tersandung sebuah tali. Alhasil aku jatuh. Orang tuaku tahu kalau aku jatuh, tapi apa yang mereka lakukan, menolongku? membantuku bangkit? TIDAKK…!!! Mereka meninggalkanku bersama dengan kerumunan orang yang lain. Aku panik, sangat panik. Aku mencoba untuk bangkit sendiri, tapi kakiku sakit. Mati sudahlah aku.
But, Tuhan mengulurkan tangannya untuk membantuku. Salah satu petugas kebun binatang menolongku untuk keluar dari kebung binatang berbahaya itu. Aku pun selamat, hanya kaki saja yang sedikit luka.
Saat aku keluar dari kebun binatang, aku tidak melihat mobil ayahku. Damn…. Mereka sudah pulang dan membiarkan anak pertamanya ini diterkam hidup-hidup oleh seekor singa ganas.
Oh ya ada lagi, mereka juga pernah membiarkanku tertabrak kereta api saat hendak melintasi rel kereta. Untung aku sempat berguling menjauh dari rel. Sudah sangat banyak hal buruk yang mereka lakukan kepadaku. Aku pernah melihat ibuku berjalan sambil tidur dengan membawa pisau menuju kamarku, untung aku sempat bangun, kalau tidak, mungkin sekarang arwahku sudah mengutuk keluargaku ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mystery of Gutenberg Hostel
Roman pour AdolescentsCerita ini mengisahkan tentang seorang anak perempuan yang sedang mencari sebuah kebahagiaan dalam hidupnya, namun sesuatu yang tak terduga menghampiri hidupnya, atau bisa dibilang suatu hal yang ambigu. Dia berjuang untuk melawan ketakutannya akan...