1. Dikala Hujan

17 1 0
                                    

Awan gelap telah menyelimuti sebagian belahan bumi.
 
 

 
Senin, 16 Juli 2018.
 
 
Seorang pemuda berlari kecil ke halte yang sedang ramai di penuhi orang-orang untuk menunggu bus.

Mengeratkan dekapannya pada sweater abu-abu yang di kenakannya membungkus seragam putih-putih dengan logo OSIS yang terletak di saku seragamnya semakin erat, menghalau dingin yang semakin menusuk.

Menundukan kepalanya Senja melihat jam yang melingkari pergelangan tangannnya. 6:03.

Terlalu awal sebenarnya dari jam masuk sekolah, apalagi untuk cuaca seperti sekarang ini. Awan kemerahan serta bau tanah yang sudah menguar sejak subuh tadi.

Bunyi deru suara knalpot bus yang sudah tiba di halte membuat Senja bergegas menaikinya. Ia hanya ingin cepat sampai sekolah dan menghangatkan diri di ruang guru.

Hari yang masih terlalu pagi serta awan mendung, membuat bus tampak lenggang. Melangkahkan kakinya menuju bangku belakang dekat dengan pintu belakang bus. Senja menyenderkan tubuhnya ke jendela, mengingat kembali pagi harinya yang penuh drama hingga ia memutuskan untuk berangkat lebih awal dari perkiraannya.
 
 

 
……~-~…..
 
 

 
Selepas sholat subuh dengan sarung yang masih melekati tubuhnya Senja bergegas memuju kasurnya, niat awalnya ia hanya ingin tidur hingga pukul 5.30, iya setengah enam niat awalnya untuk bangun setelahnya ia hanya harus mencuci mukanya lalu berganti pakaian lalu makan dan berangkat ke sekolah pukul 6.15.

Namun semua niat itu sirna sudah, ibunya dengan tidak berperikesenjaan menyiramnya dengan segayung air dan teriakan yang menyatakan bahwa saat ini sudah pukul 6.

Dengan terburu Senja menundukan tubuhnya tidak memperdulikan denyutan di kepalanya karena terbangun secara tiba-tiba. Kasur serta sarung yang masih dikenakannya telah basah oleh air dingin yang ibunya siram, Senja melirik nakas tepatnya jam yang terletak di atasnya. 5:15.

Mengusapkan wajahnya yang basah Senja mengeram kesal, ibunya itu selalu saja seperti itu. Tidak perah berubah sejak dulu, selalu melebihkan waktu ketika membangunkannya.

“SENJA CEPETAN UDAH SIANG. BUKANNYA BANGUN MASIH DUDUK AJA.” Mendengar ibunya berteriak Senja mulai bangun dari duduknya yang telah berlangsung sejak 5 menit yang lalu.

“Jangan lupa KASURNYA JEMUR!” Baru saja Senja mengalungkan handuk ke bahunya Ibunya sudah berteriak lagi.

“Mama di luar mendung.” Langsung saja Senja menyahuti perkataan ibunya, masalahnya awan gelap serta bau tanah  menyengat yang di ciumnya membuatnya berpikir tidak lama pasti hujan.

Jendela dalam kamarnya sudah di buka oleh ibunya, ngomong-ngomong. Di dalam kamarnya memang terdapat sebuah jendela kecil.

“Ya jemurnya yang di dalem lah Senja. GAK USAH YANG DI LUAR JEMURNYA.” Memang di rumahnya ini ada tempat jemuran dalam, dibuatnya tempat itu ya karena ibunya membuka usaha laundry.

Jam yang menunjukan pukul 5.25 membuat Senja bergegas membereskan kekacauan yang dibuat ibunya. Inget loh ini bukan Senja yang ngelakuin, tapi ibunya. Ok.

Mengelap air yang mengaliri wajahnya Senja berjalan memasuki kamarnya. Kamar mandi di rumahnya memang hanya ada 1 dan berada di luar, untuk apa banyak-banyak jika hanya ada ia dan ibunya saja yang tinggal disini.

“Udah mandi Rie ?” ibunya bertanya saat ia melewati ibunya yang sedang membuang benang dengan beberapa potong celana yang sama persis ibunya pegang menumpuk di sampingnya. Selain membuka usaha laundry ibunya juga membuang benang dari konveksi di dekat rumahnya, lumayan jika laundry sedang sepi.

“Aku udah mandi subuh tadi.” Selepas membalas pertanyaan ibunya Senja berjalan memasuki kamarnya. “Bukannya mandi lagi, tadi kan kamu tidur. Udah kotor lagi kamu itu kana iler mu.” tidak memperdulikan gerutun ibunya Senja mengambil seragam yang telah terletak di atas meja belajarnya. Seragam putih-putih.

“Semoga gue betah dah di sana.” Selepas ucapan tersebut terlontar Senja mengendikan bahunya, mengenakan seragam yang sejak tadi di pegangnya.

“Aduh!” mengaduh pelan Senja memandangi sekelilingnya, bayak yang sudah turun sepertinya. Bus telah sepi saat ini.

Senja menyandarkan kembali tubuhnya, memandang ke arah jendela. Ia sudah terlalu banyak melamun sepertinya.

“PAK KIRI PAK.” Membelakan kedua bola matanya, Senja bergegas menuju ke supir bus yang telah berhenti secara mendadak, tidak memperdulikan gerutuan-gerutuan yang di ajukan untuknya. Memberi 2 ribuan ke arah supir bus, Senja langsung saja melompat ke luar bus.

Mengumpat Senja berlari berlawanan arah dari bus yang telah di tumpanginya. Ia kelewatan lumayan jauh dari tempat seharusnya turun.

Memasuki kawasan yang telah dilaluinya kemarin sore, Senja mempercepat langkahnya.
 
 
……~-~…..
 
 
 
“Aa, copot dulu itu jaket mu, baru nanti masuk kelas.” Seorang wanita paruh baya menunjuk Senja yang masih menggenakan sweater abu-abu yang sejak tadi masih dikenakannya.

“Bu ini tuh sweater bukan jaket namanya.” Senja yang denger perkataan Ibu Euis membalas saja ucapannya.

“Yaudah sama aja lagian, modelnya kaya jaket Aa.” Udah males aja Senja denger ucapan Wakepsek  ini. “Tunggu disini  ibu bilang dulu ke guru yang di dalem ya a, sebelumnya copot dulu itu jaket mu.”

Mendengar perintah yang di lontarkan oleh Bu Euis, Senja melepaskan sweater dan memasukannya ke dalam tas. Gak mungkin kan saat ia kenalan nanti sambil menenteng-nenteng sesuatu.

“Aa kamu boleh masuk, kenalan dulu nanti sama temen sekelas mu. Kalo seragam nanti pulang sekolah diambilnya. Ibu tinggal ya a.” Setelah mengucapnya Bu Euis turun ke bawah yang tidak di acuhkan Senja.

Pintu kelas yang sudah terbuka sejak Bu Euis masuk, serta dinginnya udara AC yang berasal dari dalam kelas membuat Senja merasa gugup sejenak.

Aktivitas yang sedang berlangsung di dalam kelas terhenti, duduk kembali ke kursi masing-masing mentap ke arah Senja yang sudah berdiri di depan kelas.

“Assalamualaikum, kenalin nama saya Senja Andrie Pratama.”

Mengedarkan pandangannya kesegala arah Senja menatap teman-teman barunya.

Membelokkan pandangan matanya ke ujung kelas terdepan di depan pintu masuk. Terlihat seorang gadis dengan rambut yang di kuncir ekor kuda serta wajah polosnya yang tidak terdapat satupun polesan yang sering dilakukan oleh remaja masa kini, serta sebuah kaca mata berbingkai warna merah maroon menghiasi wajah bulatnya.

Tatapan mereka bertemu sejenak, sebelum sang gadis dengan name tag Thania Trisana Agustin menundukan kepalanya ke bawah. Menatap buku yang sejak awal sudah ada di hadapannya.

 
Anjir kok gue jadi gelisah gini -batin Senja.
 

 
 
……~-~…..

Lee Donghyuck as Senja Andrie Pratama

Lee Donghyuck as Senja Andrie Pratama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ini cerita pertama yang aku tulis. Jadi tolong ya kritik dan sarannya 😁😁

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 02, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang