THE PROLOGUE

348 52 45
                                    

Saat kau menemukan keganjalan, jangan coba untuk mencari jawaban

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saat kau menemukan keganjalan, jangan coba untuk mencari jawaban. Sebab di antaranya, ada banyak perkara tersembunyi, yang akan melumatmu dalam ketidakadilan.

❇ ❇ ❇ ❇ ❇

Bagai menentang matahari, ada kehidupan yang tidak berjalan sesuai dalam porsinya. Serupa golongan orang-orang yang tidak kenal takut akan perubahan, justru merekalah pengubah rute yang semula jadi sebuat adat. Hampir dibinasakan, seperti menentang berbagai macam kekuasaan, terus berlari tanpa takut dan ketidakadilan. Prinsip revolusi inilah yang membuat mereka terus berkembang, mencari-cari cara agar mereka dapat menggapai apa yang menjadi tujuan mendasar.

Hanya seperti itu, selain makhluk sosial, manusia selalu berpindah-pindah dan berubah-ubah.

Kekayaan jadi salah satu penyebabnya, uang adalah alasan mengapa perlawanan terus akan terjadi.

Barangkali memang bukan ranah yang mesti dicapai, Yuhn  Se Hwa lebih memilih mimikri sebagai perisainya di kala kehidupan mulai tidak terkendali. Ada beberapa yang mesti dijabarkan, ada pula yang lebih baik mendekam menjadi bangkai rahasia yang baunya terus menerus ditumpuk wewangian dusta. Sejauh ini kemampuannya memang luar biasa hebat, manalagi ketika kaki jenjang itu menelusur dalam lorong rumah dengan banyak pilar kokoh memikat atensi.

Ini luar biasa. Mereka sepertinya mengerahkan arsitek paling hebat di seantero dunia. Se Hwa tidak mengada-ada, sebab lihat saja bagaimana pilar-pilar itu menopang pondasi dengan begitu kokoh. Kabar bagusnya lagi mereka punya sebuah ukiran yang berbeda dari satu pilar menuju pilar lainnya. Bergaya klasik. Di tengah-tengah ruangan luas ada sebuah tempat di mana kristal-kristal lampu yang menggantung dengan erat, warnanya keemasan, memercik hangat dan mewah sekaligus pada atmosfer yang tercipta.

Tidakkah kamu takut untuk sekedar duduk sembarangan di atas marmer penuh corak keemasan, yang warnanya begitu pandai untuk dipuja-puja oleh siapapun yang menginjakkan kaki di sini. Se Hwa bahkan menduga bahwa semua ini bukanlah seberapa dari apa yang ia miliki.

Gema hak dari sepatu mengumbar dengan reaksi yang menjanjikan. Sebab, Se Hwa mendengarnya bukan sebagai sesuatu yang mengganggu, kini mereka terdengar seperti melodi di tengah-tengah surut keheningan. Se Hwa terus melangkah, ditemani seseorang dengan jas hitam yang melekat pada tubuh pria itu. Proporsi sempurna dengan dada bedegap, siap memangsamu sesaat kamu lengah. Ini neraka. Tidak ada yang tahu kapan lubang gelap itu akan menelanmu hidup-hidup.
Ketukan hak sepatu berhenti, Se Hwa berdiri mengikuti apa yang dilakukan pria itu di depan sebuah pintu oak gagah. Mereka sampai, di mana seseorang telah menunggunya sejak tadi. Tanpa menunggu lama, pria itu segera membukakan pintu besar dengan sekali dorongan, hingga terbuka dan menampilkan interior lain yang lain lagi. Seperti masuk dalam dimensi-dimensi yang belum pernah dijajah, di hadapannya pilar itu terganti oleh warna emas dan cokelat yang indah. Klasik dan otentik masih kental. Bahkan sofa beludru itu keren sekali.

THE LAST RYUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang