1. Introducing

3 1 0
                                    

Ini adalah kisah dua sejoli yang memiliki sifat yang sangat bertolak belakang. Perempuan yang periang, mempunyai banyak teman, tidak pernah lelah berbicara dan harus menghadapi seorang laki-laki yang sangat sangat dingin dan mengitimidasi. Bahkan umur mereka terpaut jauh, dimana si wanita itu lebih mudah 6 tahun dari si pria.

0000

"Jangan pernah mengejar seseorang yang tidak pernah menginginkan mu, yang selalu mendorongmu keluar dari hidup nya, dan yang tidak pernah mengalah agar kalian baik baik saja.
Ketulusan seseorang dapat di lihat dari cara dia memperlakukanmu, jika semena mena dia hanya ingin bersenang senang bukan ke jenjang yang lebih dewasa. Mengertilah, bukan lama atau sebentar kalian bersama tapi saling mengerti dan memahami itu kuncinya."

"Calon suami gue kaya gitu nggak ya, Ken?"

Keani hanya diam dan tidak mengindahkan pertanyaan Aren, sahabatnya. Memang, akhir-akhir ini hubungannya dengan Shankara sedang tidak baik-baik saja. Shankara sibuk dengan pekerjaan nya dan Aren juga sibuk dengan pekerjaan nya.

Jika bisa meminjam mesin waktu Doraemon, Aren mungkin sudah kembali di awal dia bertemu dengan pria yang bulan depan akan menjadi suaminya. Masa-masa manis yang sekaligus menjadi awal mereka bertemu.

"Gue bisa nggak sih muter waktu?" Aren merebahkan badan nya kekasur, menatap langit-langit kamar nya dengan penuh harapan.

"Retoris pertanyaan lo. Males gue jawab in yang model halu begini." Keani menyambar, mengetahui sahabat nya yang sering galau padahal dia sudah mau menikah.

"Lo tuh bulan depan nikah, tapi pikiran lo masi kaya anak yang baru pacaran kemarin sore." Tambah Keani lagi.

"Gue tu apa ya, Ken." Aren berhenti, berfikir untuk menyusun kalimat. "Apa gini ya rasanya mau nikah? Banyak banget godaan nya."

"Gue dulu mau nikah nggak se-overthinking kaya lo." Keani mengambil nafas, "Lo tuh terlalu mikir yang enggak-enggak. Pikiran lo kemana-mana, apa ya kalo kata anak-anak, itu, traveling pikiran lo."

"Ah pusing gue. Gue pusing sendiri, ngurus ini itu sendiri, kemana-mana sendiri."

"Oh yaudah gue pulang aja dan nggak akan kesini lagi." Sebelum Keani beranjak, Aren langsung menyambar tangan nya.

"Eh buk, bukan ih. Maksud gue Shankara, mas Shankara tersayang, calon suami gue, calon ayah dari anak-anak gue." jelas Aren.

"Males gue sama lo, Ren. Lo mending tidur lo itu cuma kecapekan." Keani bergegas mematikan lampu kamar dan berbaring di sebelah Aren.

"Lo nggak papa beneran nih nginep sini? Udah pamit sama laki lo?" tanya Aren memastikan.

"Udah, tenang, dia lagi dirumah Ibu kok."

Aren hanya mengagguk, dan ia mulai memejamkan matanya.

15 Maret 2020

Pagi yang cerah, secerah hati Aren hari ini. Dia melangkahkan kakinya dengan penuh riang menuju salah satu kedai kopi di kotanya.

Sekarang Aren duduk di bangku kuliah semester 5, di salah satu universitas negeri di kota nya.

"Selamat pagi, Mba." Sapa Aren pada wanita penjaga kedai kopi di ujung taman kota.

RealityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang