2. Rahasia

1 1 0
                                    

Mata Aren terbelalak melihat jam dinding nya yang sudah menunjukan jam 8. Hari ini adalah hari UAS terkahirnya, dengan kecepatan super Aren langsung ke kamar mandi untuk melakukan ritual sebelum dia berangkat ke kampus.

15 menit berlalu, Aren kini berada di dalam bus yang mengantarkan nya ke kampus. Di lirik arlojinya masih ada sisa 17 menit, lumayan, hari terakhir dia tidak terlambat.

Berjalan gontai memasuki koridor, mendapati orang-orang yang seraya menghapal rumus dengan bibir komat-kamit. Sementara itu, Aren hanya pasrah bagaimanapun soalnya, dan apapun hasilnya nanti dia serahkan semua pada otak nya yang lemot.

"Ren, belajar ngga?" seorang wanita yang lebih pendek darinya menghampiri tempat duduknya.

Aren menengok, menatap ke depan, dan kembali menenggelamkan kepalanya di meja dengan kedua tangan nya.

"Ngga tau nasib nilai saya di mata kuliah ini." ucap Aren lesu. "Gue cuma baca, buku pendamping doang." tambahnya.

"Gue ngulang ngga papa kok, beneran deh." ucap Refina, teman kuliah Aren.

"Re, ini kita satu matkul aja kan?" tanya Aren.

"He'eh. Tapi memuakan. Sangat. Memuakan." jawab Refina sambil menekan setiap kata yang di ucapnya.

"Lo habis ini mau kemana?" Aren mendongak, menatap Refina.

"Mau nemenin temen gue, anak sebelah, psikiater."

"Hah? Ke psikiater?"

"Anak prodi psikiater, bukan ke psikiater. Kuping lo masih sakit, Ren?" Refina menaikan nadanya.

"Oh, maap. Ngga sih, otak gue yang agak ini, pusing."

"Lo sendiri?"

"Kerja gue, sama Keani." Tutur Aren seraya membenarkan kursinya.

"Gue juga kerja, tapi ntar malem." ucap Refina.

Aren hanya mengangguk, matanya sayu, tubuhnya layu, otak nya tidak bisa di jelaskan. Sekirar 5 menit setelah percakapan nya dengan Refina, dosen mata kuliah itu pun datang. Membawa berlembar-lembar kertas yang sudah tau bahwa itu bahan ujian hari ini.

UAS di mulai, keringat setiap anak bercucuran. Tidak ada suara, hanya beberapa kali suara tali tirai di jendela yang bergerak tertiup angin sehingga menimbulkan suara seperti orang mengetuk kaca.

Dosen mata kuliah kali ini adalah Kaprodi, atau yang lebih singkat di panggil Bu Kajur. Seorang dosen yang sersan, serius tapi santai.

UAS pun berakhir dalam 2 jam. Semua mahasiswa di kelas Aren berhamburan keluar.

"Ren, gue duluan ya." Ucap Refina.

"Eh, iya Re, gue juga udah di tunggu sama Keani."

Mereka berpisah di ujung koridor. Aren segera mempercepat langkahnya untuk bertemu Keani.

Keani tampak menunggu di sebelah air mancur fakultas nya. Aren dan Keani memang satu Universitas, namun mereka berbeda jurusan.

"Udah lama?" sapa Aren yang menghampiri Keani.

"Ngga sih," Keani menatap arloji nya. "25 menit lah gue diliatin cogan di sini."

Mata aren mebelalak, menepuk pelan pundak Keani. "Martin lucu, martin ganteng, bullshit." Goda Aren sambil menirukan Keani saat sedang memuji Martin.

"Heh! Dasar! Apa hubungan nya?" Keani tak mau kalah heboh.

"Ngga ada. Sambungin aja." Jawab Aren.

"Lo udah makan, Ren?" Keani mencoba mengubah topik pembicaraan.

"Lah, gue baru banget ini kelar UAS, Ke." Jawab Aren.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 10, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RealityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang