8. Buku Keinginan

109 15 8
                                    


Selagi aku diberi waktu untuk perbaikan, akan aku gunakan sebaik mungkin.
Setidaknya hal itu membuatku pulang dengan tenang

7-11-2014

_________________________

Tuhan memang adil. Ketika kau berteriak merintih kesakitan, hatiku juga sakit mendengarkannya.

Kadang mencintaimu memang sesulit itu, ya?
__________________________

Sakura duduk termenung di kamar. Kamar yang tidak terlalu besar, namun bersih.

Hari sudah malam dan teman-temannya sudah pulang kerumah masing-masing. Ia masih memikirkan perkataan Karin tentang kemo. Tentu saja ia tahu apa saja efek samping dari kemo terapi, tidak semenakutkan yang Sakura bayangkan. Namun ia tetap saja manusa normal yang takut mati. Benar juga yah, ia memang takut kematian.

Karena sudah malam, Sakura segera membuka laci meja yang terletak tidak jauh dari ranjangnya dan mengambil beberapa kantung obat. Yah, kantung. Memang sebanyak itu obat Sakura.

Sakura bahkan kadang berpikir, bagaimana Mikoto membayar semua ini, bahkan diantara mereka tidak ada hubungan darah.

Ahh lupakan itu, seharusnya Sakura bersyukur 'kan?

Ia berdiri sambil menenteng beberapa kantong obat tersebut, kemudian ia menuruni tangga dan duduk di meja makan.

Sakura mulai menyiapkan piring dan makanan. Kemudian ia memasukkan empat butir obat secara langsung kedalam mulutnya dengan air sekali tegukan.

Ia melanjutkan acara makannya dengan tenang. Ia sangat yakin jika Mikoto dan Sasuke sudah tidur, maka dari itu ia berani mengeluarkan obat-obatnya.

Setelah selesai dengan makanannya, ia membuka satu persatu bungkus obat kemudian meminum obat tersebut dan juga satu sendok obat cair.

Jangan tanyakan rasanya, pasti orang sehat seperti kita akan muntah atau bahkan merengek agar tidak minum obat.

"Obat apaan?" Sakura langsung tersentak kala mendengar suara tersebut. Ia dengan cepat kembali memasukan obatnya kedalam kantung.

"Ehh, Sasuke. Cuma vitamin sama tablet penambah darah," Ujar Sakura yang jelas saja berbohong. Ia tidak mengira jika Sasuke belum tidur. Apakah Sasuke sudah berada disana dari tadi? Apakah Sasuke mengetahui ketika dirinya meminun obat?

"Vitamin? Coba liat," Saat Sasuke berjalan mendekat, Sakura dengan cekatan menyembunyikan obat terbuat dan berlari menuju kamarnya kembali. "Ra?! Sakura! Jangan lari-lari. Udah malem."

Sakura tidak mendengarkannya. ia memasukan kantung obat tersebut kedalam tasnya. Tak lama kemudian, Sasuke datang dengan napas memburunya. Jarang ruang makan dengan kamar Sakura memang lumayan jauh.

"Ngapain lari sih?" Sakura merapatkan kakinya. Ia menatap lantai kamarnya kemudian terisak. Jujur ia sangat takut jika Sasuke tahu tentang penyakitnya.

Tanpa menjawab pertanyaan dari Sasuke. Sakura lebih memilih untuk merebahkan tubuhnya dan memebelakangi Sasuke.

"Ra, aku udah tau kalau kamu sakit. Tapi aku nggak tau kamu sakit apa. Kasih aku celah buat bisa dengerin setiap jeritan kamu," Sasuke semakin mendekat dan duduk di tepi ranjang.

"Ra, kamu udah tinggal dirumah Mami, berarti kamu juga udah jadi bagian keluarga kita. kamu nggak boleh egois kayak gini. Kamu udah jadi tanggung jawabku," Sasuke mengelus surai merah muda Sakura. Surai favoritnya.

Sakura sama sekali tidak merespon. Mungkin ia sudah tidur, pikir Sasuke. "Yaudah, kamu istirahat, ya. Love you," Sasuke mengecup singkat kening Sakura dan berjalan keluar kamar.

Surat untuk AyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang