EPILOG ✅

82 12 59
                                    

"Akhir dari sebuah cinta adalah, rela melepaskan dan rela menumpahkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Akhir dari sebuah cinta adalah, rela melepaskan dan rela menumpahkan. Kita pasti akan bertemu kembali, baik dalam mimpi, ataupun dalam dunia nyata."

•|•

Jarum jam seakan berhenti berdetak. Menyisakan secuil harapan, agar bisa menemukan celah, yang dapat membuat semua orang dapat memahaminya.

Pelangi tak berwarna-warni lagi. Hilang, dan tak pernah nampak di langit yang indah. Seperti warna hidup Aini. Yang memudar dan tak berwarna lagi. Apakah ini, akhir dari kebahagiannya?

Aini mengemasi barang-barangnya, hari ini dia akan berangkat ke Amerika. Aini akan rindu dengan kamar kesayangan ini, yang telah menemani hampir tujuh belas tahun lamanya. Kenangan di rumah pun akan menjadi suatu kerinduan, jika dia telah berada di Amerika nanti. Tempat yang membuat tawa, tangis, dan bahagia. Semua itu akan Aini kenang di dalam hatinya.

Mungkin Aini tak bisa bertemu dengan Tulus lagi. Orang yang berlabuh di hati Aini sampai saat ini. Entah reaksi apa yang akan Tulus munculkan, ketika mendengar dirinya akan pergi di kehidupannya untuk selamanya.

Aini menatap potretnya bersama Tulus, yang terpatri dalam bingkai yang indah dan menawan. Di dalam foto itu, mereka tertawa bersama sembari mengendarai sepeda berdua. Hal macam ini yang akan Aini rindukan terhadap Tulus. Sekarang, dia harus pergi sejauh mungkin dari Tulus.

Aini senang, karena Mars sudah terbukti bersalah. Bebannya sedikit berkurang. Memang pantas Mars mendapat ganjaran yang sepadan. Semoga saja dia sadar. Dan menyesali perbuatannya itu.

Tuhan mungkin punya rencana lain untuk mereka. Bukan sekarang! Tetapi, nanti. Jika waktunya sudah tepat.

"Aini, ayo kita berangkat. Nanti kamu ketinggalan pesawat!" ucap Tirta, yang menyuruh Aini segera cepat.

"Iya, Yah. Aini turun!" ucap Aini, lalu dia segera turun.

"Selamat tinggal, kamar kesayangan. Jangan rindu aku, tapi aku yang akan rindu kamu," pekik Aini, dia menatap seisi kamarnya sebentar. Setelah itu menutup pintu.

Ini adalah awal perjalanan hidupnya. Di sana, dia akan mengulang dari awal. Teman baru, sekolah baru, dan suasana baru. Aini akan sangat merindukan sahabatnya Echa. Semalaman mereka terus Video Call, Echa yang meminta. Saat ini, dia tak bisa mengantarkan Aini karena harus pergi ke sekolah.

"Sudah siap?" tanya Tirta.

"Siap, Yah!" jawab Aini, percaya diri. Ini adalah tindakan yang cukup benar.

Aini masuk ke dalam mobil. Mereka akan segera menuju bandara. Penerbangan Aini sekitar satu setengah jam lagi.

"Bagaimana keadaan Tulus saat ini ya?" pikir Aini, sejak tadi dia hanya memikirkan Tulus saja.

***

Tulus sudah agak mendingan, dia tak tahu kalau Aini akan pergi hari ini. Jika pun tahu, pasti dia akan menemui Aini untuk yang terakhir kalinya.

Kini, Tulus hanya bisa diam tak bisa berbuat apa-apa. Dewi menemaninya saat ini. Seorang ibu yang sangat menyayangi putra.

Pikiran Tulus sedang bergelut. Dia memikirkan kejadian tempo lalu. Di mana Mars menusuknya saat itu. Sebelumnya, Tulus belum tahu. Jika Aini ditahan dan kena bully di sekolah. Dewi, dan yang lainnya tak berani untuk memberitahu. Karena takut Tulus kembali drop.

Setulus Cinta Aini ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang