PROLOGUE

17 3 2
                                    

***

“Tolong.. jangan..” Cewek itu menangis pilu ketika sebuah material panas kembali mengecup sudut bibirnya. Kemudian turun menuju lehernya dengan kurang ajar.

“Stop! Jangan..” tubuhnya terkulai lemas tak berdaya diatas ranjang dengan seprai putih yang mulai lusuh, berantakan dan tidak karuan.

“Vanila, hmm?” Seorang berengsek yang mengambang diatas tubuhnya ini berguam serak di dekat telinganya. Membuat cewek itu menggeleng ketika menyadari cardigannya di robek paksa pada bagian lengan. “It’s okay,” si brengsek itu kembali bersuara. Memeta kulit putih bersih cewek cantik itu menggunakan jarinya. “Gue suka,” sambung si brengsek itu kemudian menyentak cardigan lepas tanpa perasaan.

Who are you, honey?” Cewek itu kembali menggeleng kuat dengan wajah yang kacau saat sebuah bisikan kembali mengalun di telinganya. Cewek itu dapat merasakan jika kini tangan kurang ajar itu tengah membelai sepanjang pipinya.

“Tolong berhenti.. Stop.. Aku mau pulang..” Suaranya bergetar dan terdengar lemah. Tubuhnya sudah mulai lemas karena kehabisan tenaga untuk melawawan. Si brengsek ini jelas tidak ada tandingannya jika dibandingkan dengan kekuatan kecil cewek itu.

“Cewek secantik lo seharusnya nggak ada disini. Atau karena lo pengen ketemu gue? You wanna do this with me, hm?” Si brengsek itu tertawa seperti iblis di dekat telinganya.

Pandangannya semakin buram, kepala cewek itu seperti beputar seolah di aduk dengan acak. Selain itu ke dua matanya juga terasa perih karena terlalu banyak menangis. Napasnya mengalun tersendat seolah ada yang menghambat jalur pernapasannya.

Tidak. Bukan begini.
Bukan untuk ini ia datang kemari.

“STOP!” Cewek itu berteriak keras ketika mendapati bahunya di gigit beberapa kali. Ada sisa saliva basah tertinggal disana dan ia jijik akan hal itu. Ia tidak menginginkannya. Sama sekali tidak. “Tolong l-lepas! Aku mau pulang ... ,” guaman lemahnya kembali terdengar bersamaan dengan sisa keputus asaan yang membumbung kian tinggi. Kedua tangannya terkepal erat dan memukul si brengsek tadi. Berharap dengan ini semuanya akan berhenti. Didalam matanya yang tertutup, cewek itu membayangkan segala hal yang akan terjadi jika semua ini berlanjut.

Ia akan rusak, koyak. Semua orang akan memandangnya bengis penuh ketidak sukaan. Dia akan rapuh, seperti lemari usang yang ada di rumahnya. Semua orang akan memandangnya rendah, tidak lebih dari sekedar sampah. Mimpi-mimpi yang ia rangkai selama ini akan rubuh. Percuma untuk membuatnya kembali utuh.

Tolong .. Siapa pun, tolong aku ..! Cewek itu berteriak kuat didalam hati. Berharap Tuhan akan berbaik hati mengirimkan malaikat penyelamat untuknya pulang.

Let's see, bagian mana lagi yang manis dari lo.” Si brengsek itu kembali menyeringai setelah melepas kemejanya entah kemana. Hal itu membuat cewek tadi kian kalang kabut dan mencoba kabur ketika tubuhnya kembali di paksa berbaring di ranjang. Cewek itu meronta dan menendang-nendang udara untuk menolak. Namun yang ia dapatkan adalah sebuah tamparan keras yang jatuh pada pipinya. “Diem, bitch!” Si brengsek itu berteriak marah dan tanpa aba-aba menerjang dengan ciuman brutal.

Lalu seolah Tuhan mendengar doanya, pintu yang semula terkunci rapat itu terbuka. Berayun kuat dan menghantam dinding beton dengan nyaring.

“Bangsat!” Seorang cowok lain tiba-tiba masuk dan lantas menyeret si brengsek tadi turun dari ranjang. Tanpa ampun memberi banyak sekali bogeman mentah hingga cowok brengsek tadi terkulai tak berdaya diatas lantai parket yang dingin.

“Lo mau bikin masalah apa lagi, anjing?!” Cowok asing tadi berteriak marah dengan bahu yang naik turun.

Bukannya menjawab, si brengsek itu malah tertawa jumawa dengan eloknya. Tidak perduli dengan tubuhnya yang hampir remuk serta darah memenuhi gigi putihnya. “Lo mau pake dia?” Si brengsek itu melirik sosok cewek cantik yang duduk memeluk lututnya dengan penuh ketakutan diatas ranjang. “It’s okay, bro. Lo bisa pake abis gue. Sumpah dia wangi bangㅡ”

“Dia cewek gue, anjing!”

Tentu saja. Bagaimana lagi semua ini akan jauh lebih menarik.

***

Hai hai halo warga dunia oren!
Gimana kabarnya? Sehat-sehat kan, semua?
Semoga, ya hehe

Setelah melewati rintangan hujan, badai, tsunami dan tanah longsor *GA! CANDA AH
Akhirnya aku bisa kembali lagi ke dunia per-halu-an ini haha
Masih dengan cerita yang sama, tapi beda akun
Sedih banget karena akun aku yang lama (kataswastamita) ga bisa di buka
Mana banyak banget draft yang penting-penting lagi disana, bukan cuma cerita ini aja, bahkan ada dari cerita yang lain juga
Kemarin hp aku rusak dan lupa belum ganti email di wp
Alhasil pas mau log in lagi harus verifikasi password lewat email, sementara email yang aku pake udah nonaktif
Terpaksa aku harus nulis ulang dan bikin yang baru lagi
Kembali ngembangin outline cerita lagi

So, karena perjuanganku untuk cerita ini memang lumayan, jadi jangan lupa kasih aku bintangnya, ya? Hehe
Sayang kalian banyak-banyak ❤❤❤

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 03, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SVANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang