[ ... ]
Jeonghan berbaring di lantai sebelah kolam renang. Ia menghembuskan napas dan menutup wajah dengan kedua tangannya. Sementara itu, yang lain keluar dari kolam renang seraya berteriak dan tertawa.
Pelatih menghargai kerja keras mereka dan menyuruh mereka segera pulang. Beberapa temannya melewati Jeonghan seraya menendang pahanya pelan.
"Kau sudah bekerja keras." puji temannya dan mereka pun pergi meninggalkannya sendirian.
Ia hanya bisa tersenyum mendengar itu. Ia sangat ingin mengikuti lomba bulan depan. Namun, pelatih tidak menyarankannya karena teknik berenangnya yang sulit diatur.
Jeonghan mengakui jika dirinya belum terlalu mahir dalam berenang. Tetapi dengan mengikuti lomba, dia mungkin bisa mendapatkan pengalaman. Tetapi, tidak mungkin pihak kampus akan membiarkan perenang sepertinya ikut lomba.
"Ah, himdeureo."
Ia pun berdiri dan mengambil handuknya. Menutupi bahunya, kemudian berjalan menuju ruang ganti. Dia berjalan perlahan, melewati teman-temannya yang tak tahu malu membuka celana dalam renanh mereka di depan banyak orang.
Jeonghan membuka lokernya dan mengambil pakaian. Tiba-tiba, temannya, Hyungwon melewatinya seraya meremas pantatnya. Kebiasaan.
Special Edition
Jeonghan keluar dari ruang kolam renang dan sadar bahwa sudah malam. Hampir jam delapan malam. Ini sangat membosankan, ia jadi teringat orangtuanya.
Apalagi dia hanyalah anak semata wayang. Setidaknya ia harus membahagiakan orangtuanya sesekali. Tetapi, takdir berkata lain. Jeonghan hanya hidup seperti ini.
Ia berjalan melewati taman dan mendengar teriakan perempuan. Jeonghan pun menoleh ke kanan dan kiri karena takut jika itu adalah hantu.
Kemudian, teriakan terdengar lagi dan dia melihat dua orang berdiri di tengah taman dan berhadapan. Ia pun mendekati mereka secara sembunyi-sembunyi agar bisa menjadi bahan bicaraan di rumah.
"Sebentar, apa itu Eunbi?" tanyanya dan ternyata benar. Dia bersama dengan pacarnya yang dimana semua orang tak tahu. Choi Seungyoon.
"Bangsat! Kita putus! Kejar saja Hyeju! Sialan." umpat Eunbi sembari mendorong Seungyoon dengan kaki hingga terjatuh. Jeonghan menutup mulutnya dan ia berlari mengejar Eunbi.
Dia tak percaya selama ini Eunbi menyembunyikan kekasihnya dengan sangat baik. Bahkan tidak ada satu pun dari mereka yang curiga jika Eunbi berpacaran.
Jeonghan pun mengejutkan Eunbi dari belakang dan alhasil membuatnya dipukul dengan keras berkali-kali. "Ya, berhenti! Astaga, kau ini pelatih tinju ya?" tanya Jeonghan seraya memegang perutnya.
Reaksi Eunbi hanya mengacungkan jari tengahnya. Ya, itu sudah biasa terjadi. "Kau akan tau akibatnya jika mengagetkanku." ujarnya.
"Hei, aku punya berita bagus." Eunbi hanya menghela napas.
"Aku berpacaran dengan Hyeju." ujar Jeonghan seraya tersenyum lebar. Eunbi menganggukkan kepalanya. "Baguslah, kalian memperebutkan perempuan yang keras kepala itu."
Jeonghan tersenyum dan kembali merangkul Eunbi. "Siapa yang akan merebut Hyeju-ku?" tanyanya dan sedikit aegyo yang membuat Eunbi memutarkan kedua bola matanya.
"Si brengsek itu." jawab Eunbi.
"Siapa dia? Pacarmu?"
"Iya, dasar anjing siaㅡ" mata Eunbi terbelalak. Dia baru saja menjawab pertanyaan menjebak darinya. Ini sangat memalukan, dia tak ingin semua orang tahu ia berpacaran dengan Seungyoon.
Jeonghan menaik turunkan kedua alisnya. Dia berhasil menjebak Eunbi. "Kau punya pacar? Aku kira tidak." katanya dengan nada lembut.
Eunbi menarik kerah baju Jeonghan dan menatap matanya dalam-dalam. "Kalau kau memberitahu ini pada yang lain, aku akan membunuhmu." ancamnya, Jeonghan berpura-pura ketakutan dan sedikit menjauh dari Eunbi.
"Baik. Imbalan menyimpan rahasia adalah 2 bokkeumbap dan satu cola."
Eunbi terus berjalan tak memperdulikan Jeonghan. Ia pun mendekatinua dan mengatakannya lagi. Namun, Eunbi mendorongnya lagi.
Jeonghan menarik tangan Eunbi dan tersenyum. "Aku ganti menjadi harus jadi pacarku." ucapnya dan jujur saja, Eunbi sangat terkejut kata-kata itu keluar dari mulut si pengganggu itu.
"Apa susahnya menyimpan rahasia? Kenapa harus ada imbalan, Goblok?" tanya Eunbi dengan penekanan.
Jeonghan menunduk dan senyuman itu hilang dari wajahnya. "Jika kau ingin menjadi pacarku, kau harus membelikan dua sprite dan ramyeon untukku dan sekaligus mengantarkannya ke kamar. Dan putuslah dengan Hyeju." ucapnya.
Itu mudah. Bahkan anak kecil pun bisa. "Boleh! Aku akan jadi pacarmu. Aku akan putus dengannya." ucapnya dengan spontan.
Eunbi pun meninggalkan Jeonghan seraya tersenyum, namun Jeonghan memegang dada kirinya. Itu sangat lucu, Eunbi sangat lucu. Astaga. Tapi, ucapannya tentang Hyeju itu adalah bohong, kenapa Eunbi bisa percaya begitu saja?
Saat Eunbi sudah jauh darinya, ia pun berlari dengan lucunya. "Apa kita sudah berpacaran?" teriaknya.
"Belum." balas Eunbi sembari berteriak.
Jeonghan memutar-mutarkan badannya karena senang dengan perkataan Eunbi sebelumnya. Ia suka dengan Eunbi, tetapi ia tak berani karena Eunbi menakutkan kalau marah.
"Kalau kita sudah berpacaran, aku boleh menciummu?" tanyanya.
"Tidak."
"Pipi?" teriaknya saat Eunbi semakin menjauh.
Tidak ada balasan darinya. Jeonghan pun berlari mengejar Eunbi. "Kalau begitu, pelukan saja!" saat Jeonghan akan memeluk Eunbi. Eunbi malah berlari dan akhirnya mereka bermain kejar-tangkap.
maap kalau cringe, gabisa aing tuh buat yang beginian sebenernya. tapi ya tetep nulis karena idenya cuman segini
happy readingㅡ!
KAMU SEDANG MEMBACA
kıdult | seventeen ㅡ ızone
Fanfiction📃 「 kidult • an adult with childish taste 」 ㅡ Kesalahan pihak kampus membuat tiga belas orang laki-laki dan dua belas orang perempuan ini harus tinggal bersama di satu rumah yang disiapkan oleh kampus. Tak hanya tinggal bersama, mereka juga selalu...