Part 25. Wedding
Ruang fitting itu sederhana, tapi elegan. Cahaya matahari sore masuk lewat jendela besar, menyinari debu-debu halus di udara yang menari pelan. Gaun-gaun putih menggantung rapi di rak, dan hanya ada mereka berdua di sana—Ana dan Akira.
Akira duduk di sofa empuk di dekat cermin besar, menunggu dengan sabar sambil memainkan kancing jasnya. Matanya sesekali melirik ke arah tirai ruang ganti, menanti.
"Siap?" suara lembut Ana terdengar dari balik tirai.
Akira berdiri otomatis. "Kapan pun kau siap."
Tirai perlahan terbuka.
Dan saat itu dunia seperti berhenti berputar.
Anastasia melangkah keluar dengan gaun putih berpotongan sederhana tapi anggun. Kainnya jatuh lembut membentuk siluet tubuhnya yang ramping. Kulit pucatnya tampak bersinar, rambut pirang tembaganya terurai lembut di bahu, dan mata hijaunya... ah, mata itu seperti hutan yang dalam dan sunyi.
Akira menatapnya—tidak berkedip.
Ana sedikit gugup, melangkah pelan ke depan cermin. "Terlalu mencolok, ya?" katanya ragu. "Atau... terlalu sederhana?"
Akira masih diam. Dan ketika Ana menoleh ke arahnya, ia mendapati tatapan pria itu seolah baru pertama kali melihatnya. Ada keheningan, dalam, berat... lalu perlahan dipecah oleh suara berat dan tulus Akira:
"Kau cantik sekali..."
Ana mengerjap, sedikit terkejut.
"Kau... seperti peri," lanjut Akira. Ia melangkah mendekat, memperhatikan setiap detail dari sosok di depannya—rambut yang bersinar kemerahan, mata yang hijau terang, kulit seputih pualam... dan tubuh itu—tinggi, elegan, jauh lebih kuat dari yang selama ini ia kira.
"Sebenarnya kau tidak pendek, ya," gumam Akira, hampir seperti bicara pada diri sendiri.
Ana tersenyum malu. "Kau baru sadar?"
Mereka sekarang berdiri begitu dekat. Napas mereka saling bertemu di antara ruang yang sempit. Dan sebelum Ana bisa berkata apa pun lagi, Akira mengangkat tangannya, menyentuh rambutnya pelan, lalu menunduk sedikit...
...dan mengecup kening Ana dengan sangat lembut.
Penuh hormat. Penuh rasa.
Ana terdiam. Hatinya berdebar kencang—bukan karena ciuman itu, tapi karena ketulusan yang terasa di dalamnya.
Dan untuk pertama kalinya, ia merasakan sesuatu tumbuh di dalam dada. Bukan sekadar rasa nyaman, tapi mungkin... awal dari sebuah cinta.
***
Dua hari kemudian mereka pergi ke panti asuhan. Hari itu langit mendung, tapi suasana hati Ana justru terasa hangat. Dia dan Akira berdiri di depan pintu panti asuhan yang pernah jadi tempat tinggalnya dulu—tempat yang penuh kenangan, dan tempat yang tak pernah ia lupakan meski ingatan tentang masa lalu sebagian telah sirna.
Bu Maia membuka pintu dengan senyum lembutnya yang khas, meski guratan di wajahnya terlihat lebih dalam dari terakhir kali Ana melihatnya.
"Astaga, Ana... Nak, kamu kelihatan sehat dan makin cantik saja," ucap Bu Maia memeluknya erat. Lalu tatapannya beralih pada Akira, pria tinggi di sebelah Ana. "Dan ini... Akira?"
Akira membungkuk sopan. "Terima kasih sudah menerima kami, Bu Maia."
Setelah duduk dan disuguhi teh hangat serta kue buatan anak-anak panti, suasana menjadi akrab dan hangat. Tawa kecil terdengar dari ruang bermain, tempat anak-anak asuh berlari-larian.

KAMU SEDANG MEMBACA
SWEETHEART OF THE AIDE
Mystery / ThrillerDi dunia gelap yang dipenuhi intrik, eksperimen manusia, dan perang bayangan antar organisasi rahasia, Anastasia-seorang gadis tanpa masa lalu-bangkit dari reruntuhan ingatan yang hilang. Diselamatkan oleh Akira Toda, seorang mantan gangster elite y...