Ikhlas - Bayuaji

22 3 0
                                    

cr name to eskalokal (on twitter)

--------------------

Mas, besok aku pulang.

Bayu cuma bisa diem ngeliat layar ponselnya yang menyala akibat notifikasi dari aplikasi chatting barusan. Cowok itu memilih untuk nggak membuka notifikasi tersebut dan cuma menggesernya biar pop-up notifikasinya hilang.

Ngeliat hal tersebut, Kirino jadi penasaran karena nggak biasanya Bayu nyuekin notifikasi apalagi kalo lagi jam-jam narik kayak sekarang.

"Siapa, Bang?"

Pandangan Bayu beralih ke Kirino di sampingnya kemudian menggeleng pelan, "biasa, sms dari pinjaman online," ekspresinya berubah bingung bercampur kesal, "heran deh, emang beneran ada yang kepincut bakal minjem duitnya gitu?"

Kirino cuma tersenyum remeh, "ya namanya orang kepepet mana kita tau, Bang."

"Tapi resikonya kan gede banget, No."

"Kalo kepepet emang mikirin resiko? Yang penting mah kan kelar dulu."

"Itu si namanya nutup masalah pake masalah."

Tawa kecil Kirino keluar, "kenapa si sewot banget? Lagian bukan lo ini yang disuruh ngebayarin utangnya."

Bayu cuma mendengus mendengar omongan Kirino. Nggak lama ponsel Kirino bergetar, seseorang menelfon yang bisa dipastikan kalo itu Ai, pacaranya Kirino. Cowok itu menunjukkan gestur minta izin buat ngangkat telfonnya yang cuma dibalas anggukan sama Bayu. Setelah mendapat persetujuan, Kirino bangkit menuju balkon kosannya supaya acara telfonan dengan mbak pacar nggak direcokin koneksi dan nggak bikin Bayu ngerasa jadi nyamuk. Iya, sekarang Bayu lagi ada di kosannya Kirino. Mampir bentar di sela-sela jam nariknya, sambil nunggu orderan penumpang.

Sekarang Bayu sendirian, dia pun memilih buat merebahkan tubuhnya di kasur tanpa ranjang milik Kirino, sambil memandangi layar ponselnya yang gelap menampilkan bayangan dirinya sendiri. Jujur, ia masih kepikiran sama pesan dari seseorang yang dia cuekin. Jarinya pun tergerak buat mengusap benda canggih itu, kemudian langsung membuka aplikasi chat tadi. Sempet ragu sebentar sampai akhirnya dia mengetik..

Jam berapa? Mau mas jemput?

**

Bayu lupa kapan terakhir kali dia ngerasa segugup ini, kayaknya waktu mau sidang atau pas minta izin ke papanya buat jadi supir taksi online. Yang jelas udah lama banget. Sesuatu dalam dadanya bergemuruh, cowok itu bahkan udah ngelap keringet di wajah dan tangannya berkali-kali padahal sampe stasiun aja belum, masih kejebak macet, maklum Ibukota.

Di tengah kegugupannya dan jalanan macet, ponsel Bayu yang dia taruh di dashboard mobilnya bergetar, seseorang nelfon. Rasa gugupnya bertambah berjuta kali lipat begitu melihat nama yang tertera di sana. Dia mengatur nafasnya sebentar sebelum akhirnya menekan tombol hijau di layar benda tersebut.

"Halo, Mas Bayu?"

Sebuah suara lembut muncul sepersekian detik setelah Bayu menempelkan ponselnya ke telinga. Bayu berdehem pelan, "mas masih di jalan, macet. Tapi bentar lagi sampe, kok."

"Oh iya nggak papa, aku cuma mau ngabarin ini baru sampe stasiun Jatinegara kok, mas."

"Berarti kayaknya mas yang bakal sampe duluan."

"Mas Bayu nunggu nggak papa?"

"Nggak papa, nanti mas tunggu sambil ngopi."

"Jangan kopi, mas."

"Yaudah, teh."

"Air putih." Sahut lawan bicara Bayu, lembut dan tegas.

"Ya masa mas nunggu di coffee shop cuma pesen air putih, malu dong."

Langit (Tak) Selalu BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang