03

7.4K 597 27
                                    

Perlahan kau mulai membuka kedua matamu yang terasa berat. Mengerjap beberapa kali sebelum terbuka sepenuhnya. Kau tatap suasana ruangan yang kau tempati. Terasa sangat asing.

"Akhirnya kau bangun juga."

Kau terperanjat ketika mendapati sosok yang membuatmu pingsan sudah terduduk manis di atas meja yang tak jauh dari ranjang tempatmu terbaring. Ia melipat kedua tangannya di dada sembari memberikan seluruh atensinya padamu.

"P-pak Jeon?"

Laki-laki itu terlihat berbeda dengan  mengenakan pakaian casualnya, meski demikian ia tetap saja tampan. Entah mengapa aura gelap nan dingin yang kau lihat tadi, terasa sedikit berkurang ketika melihatnya menggenakan baju rumahan seperti itu.

Astaga! Kau harusnya tak boleh lupa bahwa laki-laki di depanmu ini bukanlah manusia.

"Kita tidak sedang dikantor, jadi kau boleh memanggil namaku saja." Ujarnya dengan santai.

Sejujurnya kau masih takut pada Wonwoo, karena terakhir kali kau melihatnya sebagai manusia tampan adalah ketika ia mulai menunjukan siapa dirinya yang sebenarnya.

"K-kau ini sebenarnya a-apa? Dan apa y-yang kau mau dariku?" Tanyamu ragu

Wonwoo tersenyum sebelum  melangkahkan kakinya ke arahmu. Kau yang awalnya terduduk sembari melentangkan kaki, kini terpaksa harus menekuk kakimu dan memeluk lututmu takut.

Wonwoo pun mengambil posisi duduk tepat di depanmu. Menaikan kakinya sehingga ia bisa bersila di hadapanmu yang tak juga berani mengangkat wajah untuk menatapnya. Jangankan menatapnya, menghembuskan napas di depannya saja kau tak berani.

"K-kenapa kau bisa masuk ke m-mimpiku?"

Wonwoo tak menjawab. Yang ia lakukan adalah menaikan wajahmu dengan menarik dagumu keatas.

"Kau lupa? Aku tak suka orang yang tak menatap lawan bicaranya."

Meski bukan yang pertama kali, kau masih saja tertegun melihat betapa indahnya ciptaan Tuhan satu ini. Garis wajah yang tegas, kulit bersih tanpa cela, dan bibir yang pernah kau jamah beberapa kali, semuanya terlihat begitu sempurna.

"Kenapa memperhatikam bibirku?"

Kau kembali ingin menunduk sebelum tangan Wonwoo menahan wajahmu untuk tetep mengarah padanya.

"M-maaf." Cicitmu pelan

Namun tak lama setelah itu kau bisa merasakan ada benda kenyal yang menabrak bibirmu. Memberikan gerakan lembut hingga matamu sontak mengerjap beberapa kali.

Setelah Wonwoo melepaskan bibirnya dari bibirmu, laki-laki itu menatapmu dalam hening. Kau sendiri tak mengerti maksud dari ciumannya dan arti dari pandangan matanya.

"A-apa... kau juga bisa membaca pikiranku?" Celetukmu.

Wonwoo yang mendengar itu lantas tertawa gemas. Ia mengusap puncak kepalamu sebelum beranjak dari ranjang itu dan keluar dari ruangan yang bisa kau perkirakan adalah kamarnya.

Karena tak tahu harus berbuat apa, kau pun memutuskan untuk mengikuti Wonwoo. Hari sudah berganti malam dan kau tak tahu sudah berapa lama kau tak sadarkan diri. Tapi mengingat kau bersama Wonwoo, maka dari itu kau harus meminta penjelasannya terlebih dahulu.

"Maaf pak, anda belum menjawab pertanyaan-pertanyaan saya." Ucapmu

Rupanya laki-laki itu mengambil segelas air di dapurnya. Ia meneguk air tersebut hingga tandas. Bahkan lagi-lagi kau dipertontonkan adegan yang mampu membuatmu kesulitan menelan saliva. Terbayang bagaimana jakun itu naik turun begitu si pelaku meneguk air tersebut dengan sekali tegukan.

Uncontrolled Lust [M] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang