Sepuluh

695 85 18
                                    


Sore itu setelah membeli cheesecake Wonwoo bergegas kembali menuju rumah sakit. Dulu waktu kecil ibu selalu membelikan Wonwoo cheesecake untuk menghibur Wonwoo yang sedang sakit, ibu bilang tidak apa-apa makan sesuatu yang manis untuk meredakan kepahitan dari obat-obatan yang ditelannya.

"Aku akan panggil dokter."

Wonwoo nyaris saja menjatuhkan kotak kue yang dibawanya saat ada suara orang asing, matanya melebar dan sejurus kemudian ia berlari menghampiri Hansol yang terlihat panik dan sulit bernapas. Wonwoo begitu tenang saat meminta Hansol untuk bernapas dengan normal, tangan kanannya menggengam tangan kiri Hansol sementara tangannya yang kiri mengusap pipi Hansol.

Jeonghan yang mengingat wajah Wonwoo itu mengernyitkan keningnya dan terus memperhatikan Wonwoo dan Hansol. Sedang Joshua tersenyum melihat betapa tenangnya Wonwoo di tengah rasa khawatirnya, ia bisa melihat kekhawatiran yang tergambar di pancaran mata dan di setiap garis wajah pria berkacamata itu meskipun setiap gerakan tangannya begitu lembut dan penuh kasih sayang, namun bahunya terlihat tegang meski bibirnya terus menyampaikan kalimat-kalimat yang menyejukan.

Beberapa menit kemudian Hansol mulai kembali tenang, anak itu langsung bergelung di dalam selimut dan membalik badannya menghadap jendela, Wonwoo tersenyum, anak itu masih merasa tidak nyaman bersama dengannya.

"Wonwoo, kau teman Woozi kan?" Wonwoo menoleh dan mendapati Jeonghan di sana, pria itu tersenyum hangat.

"Ah Hyung ... apa yang kau lakukan di sini?" Tanya Wonwoo heran, tadi Hansol memang bilang kalau temannya akan datang, tapi ia sama sekali tidak menyangka kalau yang dimaksud adalah Jeonghan.

"Hai, kau ingat aku?" sela Joshua, Wonwoo mengenalnya sebagai kakak sepupu Soonyoung yang mengajaknya mencoba memainkan game baru buatannya yang masih belum diluncurkan, "Aku dan Hansol berteman sejak kecil."

Wonwoo memandangi Joshua dari ujung kaki hingga kepala sebelum akhirnya menyambut uluran tangan Joshua, "Oh ... a-aku adalah kakaknya Hansol."

"Wow dunia sangat sempit!" Jeonghan mengomentari, ya tidak ada yang menyangka kalau mereka semua akan berkumpul di sini.

"Maaf, tapi apa yang kalian lakukan di sini?" Wonwoo menoleh ke arah Hansol, "Kenapa dia mendapatkan serangan panik?"

Kedua pria itu menggelengkan kepala mereka, "Dia tadi ingin ikut jalan-jalan bersama kami, tapi tidak jadi karena dia tiba-tiba terkena serangan panik."

Wonwoo mendesah kecewa, bagaimana bisa mereka mau membawa kabur seorang pasien dari rumah sakit? Setelah memastikan Hansol tenang ia mengajak kedua orang tersebut untuk keluar dan berbicara dengan mereka.

"Aku kira kau orang yang cukup tertutup." Jeonghan berbisik kepada Joshua, tidak menyangka kalau Joshua begitu frontal mengakui kesalahannya "Ngomong-ngomong dia tadi melihat ini dan ketakutan."

Wonwoo mengambil pulpen yang diserahkan oleh Jeonghan dan membacanya, "Pulpen?"

"Kevin Lee, apa kau punya teman yang bernama Kevin Lee? Kurasa Woozi tidak pernah mengganti namanya." Jeonghan mulai membuat hipotesanya sendiri, bisa saja Woozi meminjam pulpen itu dari temannya, atau pulpen temannya tidak sengaja terbawa.

Wonwoo tidak menjawab, ia malah sibuk memandangi pulpen mahal dengan ukiran nama asing tersebut. Wonwoo yakin pernah mendengar nama itu, namun ia lupa di mana.

"Bagaimana dengan anak tetanggamu?" Tanya Joshua.

"Lee Chan? Nama panggilannya Dino, bukan Kevin." Jawab Jeonghan santai.

"Dino?" Wonwoo memandang Jeonghan penuh tanya, ia semakin bingung kenapa Jeonghan mengenal Dino dan apa hubungannya Dino dengan pulpen yang membuat Hansol panik?

JeonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang