Chapter 3

1K 99 2
                                    

Bau perkamen menyebar memenuhi ruangan kerja direktur eksekutif. Sosok pria platina dengan setelan hitam seperti biasanya menjadi pusat perhatian ditengah perkamen-perkamen keluar masuk dari saluran khusus surat. Draco memijat pangkal hidungnya sebelum kembali membaca untaian kalimat sepanjang enam inchi digenggamannya.

“Kau harus merilekskan tubuhmu, Mate.” suara seseorang yang tidak ingin Draco dengar muncul.

“Berhentilah datang tiba-tiba, Blaise.”
Blaise menduduki dirinya di tengah sofa ruangan tersebut, mengabaikan ucapan Draco.

“Aku benci melihat kau seperti ini terus. Ayolah, nikmati hidupmu lagi.”

“Pergilah Blaise. Aku tidak ingin diganggu saat ini,” Draco tetap memusatkan perhatiannya pada perkamennya.

Come on Mate, Aku tahu kau stres atas pernikahanmu. Tapi tidak menjadikan dirimu semakin stress,” Blaise menatap jengah pada lembaran-lembaran perkamen itu.

Draco menghela nafas panjang, dia seribu yakin bahwa si pria italia ini tidak akan menyerah untuk mengajak dirinya. Tanpa hanya bicara dia mulai merapihkan berkas-berkasnya dengan sekali lambai dari tongkatnya.

“Keputusan yang bagus, Mate.” Blaise menyeringai.

Keduanya pergi dari ruang kerja Draco. Blaise merangkul bahu sobatnya dan mengajak ke tempat favoritenya yang ia yakin semua pria sukai.

.

Blaise menarik Draco ke tempat yang sangat tidak tepat. Hal itu menurut Draco, karena saat ini ia tidak membutuhkan hal bising dan keadaan banyak orang. Meskipun ada sedikit setuju dengan pria italia tersebut.

“Brandy,” ucap Blaise pada bartender perempuan.

Draco menatap penjuru ruangan tersebut. ia mengeryit saat melihat orang-orang yang tidak seperti biasa yang ia lihat.

“Muggle?”

Exactly. Kau harus melihat perempuan-perempuan muggle disini. Sangat seksi dan penuh gairah,” Blaise menyeringai lalu ia menoleh saat pesanan mereka tiba, ia memberi kedipan nakal pada bertender tersebut.

Draco memutar kedua matanya bosan, melihat sikap sosok sahabatnya yang sama seperti dirinya dulu tidak pernah puas dengan perempuan-perempuan. Ia menuangkan minuman beralkohol itu pada slotnya lalu meminum dalam sekali tegak. Ia tidak menyangka, kejadian dengan Granger membuat dia kembali menegakan minuman itu.

“Kau harus membawanya satu, Drake.” Blaise berbicara pada Draco tetapi ia sibuk dengan perempuan yang menghampirinya.

Draco menghela nafas pelan, mengabaikan ucapan Blaise yang bagaikan angin lalu. Suara musik yang sangat memekang telinga dari lantai dasar serta cahaya minim di ruangan ini mampu membuat ia melarikan diri berkelana dalam fantasi dan imajinasinya. Rasa panas yang sangat menyengat membakar tenggorokannya tidak membuat ia tidak mengulaginya lagi dalam setiap gelasnya.

“Hai, boleh aku bergabung?” sosok perempuan entah darimana mendatangi Draco. Dia baru sadar bahwa dirinya ditinggal sendirian dan menjadikan sebagai santapan para perempuan jalang di sini.

Fuck off,” ujar Draco datar.
Perempuan itu menggodanya dengan menyentuh tangannya, “Ayolah, kau akan menikmatinya tampan.” Lalu membisikan dengan penuh seksual.

Draco memberikan tatapan mematikan dan langsung saja perempuan tersebut pergi dan mencari mangsa baru. Draco menghela nafas kesekian kalinya. Ia menyanggah kepalanya dengan satu tangan dan menatap kosong kearah depan. Dia bertanya-tanya apa yang dilakukan seorang Granger saat ini, apa dia sudah memulai kebebasannya dengan menikmati satu tempat ketempat lain. Sial umpat Draco dalam hati. Kembali dia meminum dalam sekali teguk.

Hermione berencana sore ini akan mengelilingi sedikit di kawasan Los Angeles. Ia akan mampir makan malam di Perch LA Restaurant dan melanjutkan dengan sedikit minuman di bar disana. Sebelum hari esok akan mengeluarkan banyak tenaga untuk pekerjaan barunya.

Wanita paras cantik itu menatap senja, warna merah berpaduan jingga malam menghiasi langit Los Angeles saat ini.

“Silahkan,” suara pelayan mengintrupsi lamunan Hermione. Setelah berterimakasih, Hermione menikmati hidangan Ahi Tuna.

Draco kehilangan fokus saat memandang disekitarnya, sesekali dia memaki atau mengerutu karena salah menabrak seseorang. Dalam hati dia mengumpat kehilangan kontrol dibawah minuman laknat tersebut.

Shit Granger! Bisakah kau tidak melakukan ini,” Blaise yang sedang merangkul untuk membawa Draco pulang hanya memutar kedua bola matanya.

“Berhentilah mengerutu bodoh,” Blaise bosan mendengar semua yang terlontar dari bocah Malfoy tersebut. Dia merasa dirinya juga bodoh untuk meminta sahabatnya diam dalam kondisi yang tidak sadar diri.

Alunan musik santai menemani pengunjung bar serta tamu yang ingin menikmati makan malam. Hermione menyesap cocktailnya sambil membuat daftar hari esok didalam otak cerdasnya.

“Aku baru pertama kali melihatmu, nona” bertender pria yang baru selesai sibuk melayani pelanggan, buka suara menyapa pendengaran Hermione.

Hermione mengangkat wajahnya, “Tentu, ini pertama kali aku disini.”

“Pertemuan pertama ini atau kau benar-benar baru disini?”

“Kau bisa mengartikan keduanya,” Hermione tersenyum kecil.

Bartender tersebut mengangguk dan tertawa kecil.

“Maxie Godson," Pria itu mengulurkan tangannya.

“Hermione Granger,” Hermione menyambut jabatan tangan Maxie dengan membalas senyuman pria tersebut.

To be Continued—

Untitled |Dramione|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang