Prolog

14 3 9
                                    

" ANJING!!! "

BRAAKKK...

Bagas menarik semua barang yang ada diatas meja belajarnya, melemparkan buku-buku, bahkan memukul cermin besar yang ada di kamarnya. Ia tak peduli apa yang ada disekitarnya, yang jelas dirinya benar-benar marah sekarang.

FLASHBACK<<<

" Gas, dengerin aku dulu. aku bisa jelasin. " Seru Qia berusaha memberhentikan Bagas.

" Apalagi yang mau lo jelasin? omong kosong - omong kosong lagi? " Bagas memberhentikan langkahnya kemudian menatap Qia marah.

" Ini tuh ngga seperti apa yang kamu liat. "

" Pegangan tangan, suap-suapan di tempat umum! Lo masih mau bilang cowo itu cuma temen?! "

" Oke.. aku ngaku salah. tapi aku punya alesan kenapa aku lakuin itu. " Jujur Qia.

" Udah jelas salah masih aja cari pembelaan." jawab Bagas kemudian tersenyum sinis.

" Aku tuh cape sama kamu! kamu ngga pernah ada buat aku, kamu ngga pernah peduli. " jelas Qia.

" Oh ya?!! terus dengan lo dinner sama cowo lain malam ini, itu solusinya?!! " 

" Aku butuh temen cerita, gas. Dan kamu ngga pernah ada di saat aku butuh. "

" Oh yauda.. Bagus kalo gitu. "

" Maksud kamu? " Tanya Qia heran sekaligus terkejut. 

" Sekarang udah ada cowo itu kan? cowo yang bakalan selalu ada buat lo. " jawab Bagas santai.

" Gas, kamu tuh-- " 

" Qia, aku cariin ternyata disini. " seorang pria tiba-tiba saja muncul dan seketika membuat Qia berhenti bicara. " Ini siapa? " tanya pria itu setelah melihat Bagas.

" Eeeee.. ini-- "

" Gue Bagas, temennya Qia. " potong cepat Bagas kemudian mengulurkan tangannya.

" Reno.. pacarnya Qia. " sahut pria itu membuat Bagas terkejut dan sangat yakin bahwa kekasihnya ini mengkhianatinya.

Bagas menatap marah Qia. Gadis ini sudah tidak bisa mengelak lagi.

" Mau gabung sama kita? " ucap Reno menawarkan.

" Aduh makasih nih tawarannya. Tapi sorry banget gue masih ada urusan lain, jadi harus buru-buru cabut. " 

" Oh gitu.. yauda gapapa santai aja. "

" Kalo gitu gue cabut duluan ya. " Bagas menyalami Reno kemudian berlanjut ke Qia, " Qi, gue cabut duluan. " Tatapannya berbeda Reno terlihat sangat kecewa pada Gadis dihadapannya ini.

FLASHBACK>>>

Bagas sangatlah frustasi sekarang. Rasanya seperti baru saja terbangun dari mimpi buruk. Pikirannya selalu terbayang akan kekasihnya yang berkhianat dibelakangnya. Ia masih tak menyangka bahwa kekasihnya dapat melakukan hal sejahat itu.

Bagas tak ingin mengingatnya lagi. Ia membuang, merobek, bahkan berusaha membakar semua foto kenangan saat bersama kekasihnya itu. Kini ia hanya meratapi kesedihannya itu dan menyadari bahwa cerita cintanya harus usai dengan cara yang tragis.

***

waktu berganti, cahaya matahari mulai masuk melalui celah-celah jendela kamar. Itu menandakan waktu siang akan segera tiba.

Sudah tiga hari Bagas mengurung dirinya di kamar. Tak ada yang ia lakukan selain terdiam melamun diatas tempat tidurnya. Ia masih tidak percaya mimpi buruk itu benar-benar datang padanya. Dan rasanya tak mungkin ia dapat melupakan hal itu dalam waktu semalaman.

Tok.. Tok.. Tok..

" Bagas, mamah boleh masuk? " suara wanita paruh baya terdengar memanggil dari luar pintu.

Bagas tak menghiraukan panggilan mamahnya itu, ia masih terdiam dengan pikirannya yang kosong.

Karena merasa tak ada jawaban dari anaknya, wanita paruh baya itupun memberanikan diri untuk membuka pintu kamar.

Ceklek

Bu Lina (mama bagas) hanya menghela nafas berat setelah membuka pintu kamar. Ia sangat tak tega melihat kondisi putranya yang terus merasa terpuruk itu. Kamar yang berantakan, barang-barang berserakan dimana-mana. Ini benar-benar bukan putranya.

" Bagas, sarapan dulu yuk nak. Kamu belum makan loh dari semalem. Nanti kamu sakit. " ucap Bu Lina yang sudah duduk di sebelah Bagas.

" Bagas ga laper mah " sahut Bagas dingin seraya mengalihkan tubuhnya kearah jendela.

" Mamah udah bikinin nasi goreng kesukaan kamu loh, yuk makan dulu. " Bu Lina masih berusaha merayu.

" Engga mah. "

Lagi-lagi Bu Lina hanya menghela nafas. " Bagas, mamah ngerti apa yang kamu rasain. Mamah tau kamu kecewa, tapi kalo kamu terus menerus seperti ini, mamah yang sedih liat kamu Bagas. Memangnya dengan kamu mengurung diri dikamar, itu bisa mengembalikan semuanya? Engga kan. Mamah tau ini berat buat kamu, tapi coba kamu ikhlaskan. Yang lalu biarlah berlalu. Kamu buka lembaran baru, ya. " nasihat Bu Lina

Yang diajak bicara tak memberi jawaban apapun. Ia masih diam tak bersuara dengan pandangan yang mengarah ke jendela.

" Ya sudah kalo kamu belum lapar. Makanannya mamah taro di kulkas. Nanti kalo kamu mau makan panggil mamah ya, biar mamah panasin makanannya. " ucap Bu Lina kemudian ia berjalan keluar dari kamar Bagas.

Apa yang diucapkan Bu Lina, sekarang terpikirkan oleh Bagas. Mungkin ada benarnya ucapan mamahnya itu. Ia bukanlah laki-laki cengeng yang tak bisa mengikhlaskan kekasih brengseknya itu. Tak ada untungnya juga jika ia terus menerus berlarut dalam kesedihan.

Perlahan-lahan Bagas berusaha menerima semuanya dan mulai menjalani kehidupan normalnya. Hari demi hari ia isi dengan banyak aktivitas. Seperti bermain basket, bermain game, juga berolahraga. Tanpa disadari, ia sudah bersikap tak acuh kepada setiap gadis disekitarnya.

Mungkin sikap Bagas yang menganggap semua perempuan sama seperti mantan kekasihnya memanglah tak adil. Akan tetapi, cara mereka menarik perhatiannya sama seperti sikap mantan kekasihnya saat pertama kali membuat dirinya jatuh cinta.

Sekarang Bagas benar-benar membenci mantan kekasihnya itu. Bahkan, mendengar namanya saja sudah tak ingin. Ia hanya ingin menjalani kehidupannya dengan damai. Meskipun tak akan sedamai dulu.

Rasa Saat BerjumpaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang