Chapter 1

8 3 1
                                    

Suasana kelas XII IPS 2 terlihat sangat gaduh hari ini. Pasalnya, guru yang mengisi jam pelajaran pertama sedang berhalangan hadir dan beliau hanya memberikan tugas melalui sang ketua kelas.

Sudah tak diragukan lagi, hanya murid-murid pandai dan rajin yang mengerjakan tugas itu. Dan sisanya menganggap pagi ini adalah anugerah bagi penghuni kelas itu.

" Gas, ini cakep ga? " Tanya Nino yang duduk di samping Bagas seraya menunjukan layar ponselnya.

" Ngga! " Jawab Bagas cuek.

" Kalo yang ini? "

" Ngga! "

" Nah yang ini pasti cakep kan? " Tanya Nino lagi, kali ini ia sedikit antusias.

" Gue bilang ngga No! " Jawaban Bagas tetaplah sama. Tak satupun dari gadis yang ditunjukkan Nino yang membuatnya tertarik.

" Ini engga, itu engga. Kayaknya ketertarikan lo sama cewe udah ilang ya " Ucap Nino sembarangan.

" Iya emang. Gue udah ga tertarik sama cewe " Sahut Bagas lalu terkekeh.

Nino menatap heran Bagas. " Udah ga waras lo " .

" Lagian lo ngapain sih repot - repot cari cewe buat gue? " Tanya Bagas.

" Ya... gw ga mau aja nantinya lo kesepian pas gua sama Ressa punya pacar, ya ga Res? " Ujar Nino.

" Hah... Iya kali No. " Sahut Ressa tak beraturan yang duduk di hadapan mereka. Ia terlihat tengah sibuk dengan game onlinenya.

" Emang ada yang mau sama lo berdua? " Tanya Bagas meremehkan.

" Dih! Jangan salah, gini - gini banyak yang ngantri. Kasih tau Res. " Ucap Nino menyombongkan dirinya.

" Tar dulu apa No, gua lagi jaga markas dulu ini " Decak Ressa kesal.

" Yee.. Pake jaga markas segala lo. Udah kaya lagi perang aja. " Ucap Nino asal.

Bagas terkekeh seraya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan kedua temannya itu. Kemudian ia menutup buku novelnya dan beranjak dari kursinya.

" Ehh, mau kemana lo? " Tanya Nino menahan Bagas.

" Perpus. Disini ga tenang gua bacanya. "

" Oh.. Oke silahkan. " Nino kembali memberi ruas jalan kepada Bagas yang sebelumnya terhambat oleh dirinya.

" Nanti ketemu di kantin aja. " Ucap Bagas seraya melangkahkan kakinya menuju perpustakaan. Kemudian diangguki Nino.

" AHH!!! " Tiba-tiba Ressa berdesah sangat keras. Sampai-sampai membuat Nino tersentak kaget saat mendengarnya.

" Gara-gara lo nih! Jadi kalah gua! " Sewot Ressa.

" Dih! Emang lo nya aja yang ga bisa main! " Sahut Nino tak kalah emosi.

" Udah ayo ah kantin! Laper gua dengerin lo ngomong mulu kaya burung. "

****

Bagas memasuki ruang perpustakaan yang terlihat sepi. Tetapi bukan berarti ruangan itu tidak berpenghuni, melainkan sudah menjadi ciri khas dari ruang perpustakaan yang tidak boleh mengeluarkan suara sedikitpun. Karena itu dapat mengganggu ketenangan bagi para pembaca yang ada di sana.

Bagas segera mencari posisi senyaman mungkin agar ia dapat membaca novel nya dengan tenang.

Bugghh...

Di tengah ketenangannya, Tiba-tiba saja tumpukan buku mendarat dengan kasar disebelahnya. Spontan Bagas langsung menatap sang pelaku yang ternyata seorang perempuan dengan earphone yang menempel di telinganya.

Gadis itu pun tak menyadari akan kesalahannya. Namun, Bagas juga tak ingin mempermasalahkannya. Ia pun kembali membaca novel yang sebelumnya sempat terganggu.

Ternyata tak sampai disitu. Kini gadis itu membaca sambil bernyanyi menirukan lagu yang ia dengar. Dan sudah jelas itu sangat mengganggu ketenangan Bagas.

" Sorry.. Nyanyi nya bisa dalam hati aja gak? " Tegur Bagas kepada gadis itu.

" Eh.. Lo ke ganggu ya? Maaf banget ya. " Ujar gadis itu.

Setelah merasa semuanya sudah tenang, Bagas kembali lagi membaca novelnya. Berharap gadis itu tidak lagi membuat suara bising yang mengganggu.

" Mmm.. Mmm.. Mmm.. " Gadis itu memang sudah tidak bernyanyi. Tapi kini ia malah bersenandung mengikuti alunan lagu yang sama mengganggunya seperti sebelumnya.

Bagas menghela nafas berat, gadis disebelahnya ini benar - benar mengganggunya. Meskipun tau ini bukanlah tindakan yang sopan, tapi ia tak peduli akan hal itu. Bagas menarik earphone yang terpasang di telinga gadis itu.

" Aduh.. Aduh.. Sakit! " Rintih gadis itu.

" Sorry.. Tapi suara lo ganggu konsentrasi gue. "

" Tapi tadi lo nyuruh gue nyanyi dalam hati, gue udah lakuin itu kok. " Protes gadis itu.

" Lo emang udah ga nyanyi, tapi lo masih bersuara dan itu ganggu banget!! " Sewot Bagas. " Kalo lo masih mau berisik, mending lo pindah ruangan. " Lanjutnya.

" Ok... Gue akan pindah ruangan. " Ucap gadis itu kemudian merapikan buku bacaannya lalu beranjak dari tempat itu.

Bagas menatap lekat gadis yang ada disebelahnya. Ia berharap setelah gadis ini pergi, dirinya bisa kembali membaca dengan tenang.

Bughh...

Baru beberapa langkah gadis itu berjalan, tanpa disengaja buku yang berada ditumpukkan paling atas jatuh tepat di atas kepala Bagas.

" Aduh...! " Rintih Bagas seraya memegangi kepalanya.

" Ehh.. Sorry gue ga sengaja. "

Bagas sudah tak tahan lagi. Batas kesabarannya sudah mencapai puncaknya. Ia pastikan gadis ini akan lenyap ditangannya.

" LO KENAPA?!! CARI MASALAH SAMA GUE?!! " Murka Bagas.

" Engga kok, gue beneran ga sengaja. "

" GA SENGAJA DARIMANA!!! "

" Sumpah, gue beneran ga sengaja " Ucap gadis itu berusaha membela dirinya. " Lagian itu kan cuma buku, masa gitu aja sakit " Ujarnya.

" CUMA ?!! Coba sini kepala lo gue lempar buku ini!!!" Bagas mengangkat buku yang menimpanya barusan. Buku itu memang cukup tebal. Maka, tak heran jika Bagas sangat marah pada gadis itu.

" Jangan! "

" HEI! HEI! " Tiba-tiba saja penjaga perpustakaan datang meneriaki mereka layaknya seorang pengacau ditempat itu.

" Kalian ini berisik banget!! Kalian sadar gak ini dimana?!! " Tegur penjaga perpustakaan dengan nada yang tinggi.

" M-maaf bu, kita ga bermaksud bikin keributan kok bu. " Ucap gadis itu.

" Kalo kalian masih bikin keributan, lebih baik kalian berdua keluar dari sini! " Tegas si penjaga perpustakaan.

" Kali ini lo beruntung!!! " Bagas melemparkan buku itu kembali ke atas meja kemudian ia segera keluar dari ruang perpustakaan.

Gadis itu menghembuskan nafasnya lega setelah pria yang baru saja terlihat seperti macan yang akan menerkam pergi meninggalkannya. Jika saja penjaga perpustakaan tak datang, mungkin dirinya sudah menjadi tulang-belulang. Dewi penyelamat benar - benar berpihak kepadanya.

" Kamu ngapain masih disini? " Tanya si penjaga perpustakaan.

" Hehe... saya masih boleh disini kan bu ? " penjaga perpustakaan itu menatap tajam gadis yang sedang meringis dihadapannya ini.

" Saya janji gaakan bikin keributan lagi kok bu, " ucap gadis itu meyakinkan. 

" yasudah, awas kalo kamu buat keributan lagi! " peringat penjaga perpustakaan kemudian diangguki gadis itu.

Rasa Saat BerjumpaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang