Gadis bersurai hitam kecoklatan tengah duduk di bangku taman kampusnya. Tangannya masih setia memegang novel bersampul biru, matanya nampak fokus dengan setiap kata pada novelnya.
"Hoi!!" Seorang pria duduk di sampingnya.
Gadis itu terlonjak kaget, matanya menatap tajam sosok pelaku yang mengejutkannya.
"Kurang ajar lo!!" Gadis itu memukul pria tersebut dengan novelnya.
"Dek sakit dek," sang pria melindungi tubuh dari pukulan gadis itu sembari terkekeh.
"Ya habis abang ngeselin banget sih," gadis itu melipat tangan di dada sembari mengerucutkan bibir.
"Iya deh abang minta maaf," pria itu memeluk sang gadis dari samping.
Sang gadis balik memeluk pria itu. Gadis itu bernama Lucy, Lucyfier Lexandro. Sang pria merupakan kakaknya, Ryvalldy Lexandro. Mereka merupakan mahasiswa di salah satu perguruan tinggi dan merupakan mahasiswa yang namanya cukup terkenal. Selain karena orang tua mereka yang merupakan ilmuan berprestasi ternyata Lucy dan Valldy juga punya IQ yang sempurna.
"Ngapain disini? Sana ke kelas ntar selesai kelas samperin abang ke kantin," Valldy mengacak surai Lucy.
"Huft iya deh Lucy ke kelas," Lucy memasukkan novelnya ke dalam tas lalu beranjak menuju kelasnya.
Valldy berjalan ke arah lain, tangannya di masukkan ke saku, mulutnya senantiasa mengunyah permen karet, jangan lupakan dua kancing atas bajunya yang terlepas. Sepanjang perjalanan para wanita hingga uke di buat terpesona olehnya. Fakboy mah beda.
Valldy memasuki kantin lalu duduk di samping seorang pria yang merupakan teman dekatnya.
"Darimana lo Val?" Tanya pria itu.
"Habis nemuin si Lucy," jawab Valldy.
Pria itu adalah Zervalio, teman dekat Valldy juga mahasiswa yang satu fakultas dengannya.
"Ntar malem ke bar sabi lah," ujar Zervalio sambil menyenggol lengan Valldy.
Valldy berdehem singkat. "Ntar malem gue udah janji nemenin Lucy latihan," ucap Valldy yang tengah fokus dengan ponselnya.
Zervalio menghela nafas kecewa. "Padahal gue mau ngenalin ku ke cewe cakep," ucap Zervalio.
Pandangan mata Valldy kini tertuju ke arah sudut kantin senyum tipis di wajahnya terukir.
***
Lucy duduk di bangkunya menyimak dengan seksama penjelasan dari dosennya. Kini rasa bosan memenuhi hatinya dan ingin segera keluar dari kelas ini.
"Cy ini gimana?" Seorang pria nampak kesulitan dengan soal yang ada di tangannya.
"Yaelah ini mah gampang," Lucy menyerahkan bukunya pada pria itu. "Liat aja."
Pria itu bernama Alzico Zevandro, sahabat Lucy dari kecil juga mahasiswa satu fakultas dengannya.
Zico menatap buku itu dengan berbinar kemudian menyalin setiap jawaban yang tertulis. Lucy hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan sahabatnya itu. Ya Lucy memang memahami Zico dengan baik karena keduanya bersahabat sedari kecil. Orang tua mereka juga sama sama dokter dan ilmuan yang menjalankan penelitian.
"Co, ntar malem temenin gue latihan ya bareng bang Valldy juga. Nanti gue traktir boba deh," Lucy menatap berharap pada Zico.
"Jam berapa?" Zico masih fokus menyalin jawaban.
"Jam 7 malem nanti," ujar Lucy.
"Yodah deh gue juga gak ada kerjaan nanti malem," ujar Zico sambil tersenyum.
***
Kini Lucy sudah menyelesaikan kelasnya dan itu berarti ini saatnya menuju kantin menghampiri kakaknya. Lucy langsung mengambil posisi duduk di samping kakaknya. Valldy yang melihat kedatangan Lucy segera merangkul pundaknya.
"Mau langsung balik atau mau mampir kemana gitu dulu?" Valldy tersenyum.
"Ke toko buku dulu deh bang soalnya gue ada buku yang mau di beli," balas Lucy sembari meminum minuman Valldy.
"Yodah ayok," Valldy mengambil tasnya kemudian menggandeng tangan Lucy menuju parkiran.
Kini mereka sampai di toko buku, Lucy turun dulu dan berlari masuk kemudian disusul Valldy. Lucy berdiri di antara rak buku sambil sibuk memilih buku yang ingin di beli.
"Mau beli buku paan sih dek?" Tanya Valldy sambil ikut melihat-lihat buku.
"Itu pak Gevin nyuruh nyari buku soal ilmiah kimia fisika," jawab Lucy.
Valldy tertegun kemudian meletakkan kembali buku. "Pak Gevin jadi dosen lo?" Tanya Valldy.
"Iya. Mana ngeselin abis tuh guru rasanya pen gue banting," ujar Lucy penuh emosi.
Valldy menahan tawa kemudian mengambil satu buku yang menurutnya menarik. Lucy masih sibuk mengumpulkan buku yang menurutnya cocok dengan maksud dosennya.
Seorang pria dengan setelan semi formal nampak memasuki toko buku. Kemeja biru, celana panjang hitam, lengan kemeja yang tergulung hingga lengan, serta 3 kancing baju atas terbuka membuat para pengunjung terpana. Sang pria menuju rak buku di mana Lucy berada.
"Bagaimana dengan buku yang saya minta?" Ujar pria itu.
Lucy terlonjak kaget. "P...pak Gevin? Oh itu anu saya belum nemu," jawab Lucy sedikit gelagapan.
Pria itu bernama Gevin, Gevinio Joseovanen. Dia merupakan dosen muda berpengalaman di kampus Lucy juga Valldy.
"Tidak perlu buru-buru besok langsung antarkan ke ruangan saya," Ucap Gevin kemudian beranjak mengambil buku.
Setelah menemukan buku yang cocok, Gevin segera duduk di salah satu bangku tepat di depan Valldy. Gevin melirik Valldy kemudian memulai membuka suara.
"Kamu Valldy? Mahasiswa dari fakultas bahasa asing?" Tanya Gevin terus terang.
"Iya pak," jawab Valldy.
"Kemampuan berbahasa mu bagus dan sering di perbincangkan para dosen jadi lain kali saya ingin kamu mengajari adik saya," ucap Gevin sambil melipat tangan di dada.
"Kenapa saya? Dia bisa bersekolah," balas Valldy.
"Datang saja ke rumah saya jika kamu mau," Gevin menyodorkan sebuah kartu berisi alamat rumahnya. "Saya pulang dulu," ucap Gevin kemudian beranjak pergi.
Valldy menatap kartu itu kemudian menyimpannya di saku. Lucy telah selesai memilih buku dan akhirnya mereka memutuskan untuk pulang. Di perjalanan Lucy tak henti bersikap seolah tak nyaman.
"Bang. Kok Lucy ngerasa kayak bakal ada kematian ya," ujar Lucy menatap keluar jendela.
"Just your bad feel baby," balas Valldy.
"Not. This feels so real," ucap Lucy yakin.
"Tidak perlu terlalu di pikirkan," Valldy mengusap rambut Lucy lembut. "Everything will be alright," Valldy menggenggam tangan Lucy memberi efek tenang.
***
Yoo akhirnya part satu nya selesai. Karena masih part awal jadi mungkin ceritanya sedikit aneh. Seiring berjalannya waktu saya akan memberikan cerita yang menarik.
Sampai jumpa....
KAMU SEDANG MEMBACA
PROTECTOR
Fantasy"Apa yang harus di takuti dari kematian? Setiap orang akan mati siap tidak siap!" -Ryvalldy "Aku kehilangan orang yang paling berarti apa aku tidak boleh berduka?! Kini hatiku penuh dendam!" -Lucyfier "Kematian adalah bagian dari hidup." -Zervalio...