#2

10 3 0
                                    

Mobil Valldy memasuki pekarangan rumah mewahnya, Lucy segera turun dan masuk ke kamarnya. Valldy beranjak menuju ruang tengah dan menyandarkan tubuh di sofa.

"Akan ada masalah apalagi sekarang," Valldy memukul kepalanya dan memejamkan mata.

Bel rumah berbunyi tak lama sosok seorang pria duduk di sebelah Valldy.

"Perasaan buruk lagi?" Tanya pria itu terus terang.

"Bang Ken?" Valldy terlonjak kemudian kembali tenang. "Begitulah bang, banyak lintasan kejadian buruk tapi gak jelas siapa."

Pria itu bernama Alkenzo Shakalio. Sepupu Valldy dan Lucy yang dekat dengan Valldy.

Kenzo menepuk pundak Valldy. "Semua bakal baik baik saja Val," ucapnya menenangkan.

Valldy menghela nafas berat. "Gue berharap gitu bang tapi Lucy juga ngerasain hal yang sama. Lo tau sendiri kan feeling Lucy gak pernah meleset," ucap Valldy sambil mengusap wajah frustasi.

Kenzo tersenyum mengingat perkataan Lucy yang dulu memperingatinya namun dia abaikan berakhir dengan dia kehilangan orang tuanya. Kenzo berusaha menenangkan Valldy yang memang masih trauma dengan kehilangan. Siapa sangka Valldy yang setenang itu punya begitu banyak beban dan trauma yang di pikul sendirian.

"Bang. gue titip Lucy ya ada urusan nih sama orang,"ucap Valldy kemudian menyambar jaket dan kunci mobilnya.

"Ya udah tenang aja Lucy aman sama gue," balas Kenzo diiringi senyuman khasnya.

Valldy tersenyum kemudian berlari keluar, mengemudikan mobilnya keluar dari gerbang rumahnya. Valldy membuka kembali kartu yang di terimanya dari Gevin. Valldy bergegas menuju alamat tersebut.

Valldy kini berhenti di sebuah rumah, dengan sopan Valldy menekan bell sambil menunggu sang pemilik rumah keluar. Tak lama Gevin keluar dari rumah.

"Ah Valldy. Ayo masuk," ucap Gevin kemudian mempersilahkan Valldy masuk. "Duduk dulu saya ambilkan minuman," lanjut Gevin.

"Tidak perlu repot-repot pak langsung saja. Dimana adik bapak?" Tanya Valldy.

Gevin tidak menjawab kemudian melangkahkan kaki menuju lantai atas di ikuti Valldy. Kini Gevin membuka sebuah pintu berwarna merah dan memperlihatkan seorang gadis berusia 20 tahun tengah duduk di atas kursi roda sambil menatap keluar jendela.

"Dia adikku Mikha. 3 tahun lalu dia kecelakaan dan itu membuatnya mengalami lumpuh permanen," jelas Gevin.

"Jadi?" Valldy memiringkan kepalanya.

"Dia sangat senang dengan bahasa asing jadi aku ingin kau mengajarinya," pandangan Gevin mengarah pada adiknya.

Valldy mengangguk paham. Dia bukan orang yang sulit tanggap karenanya dia dengan mudah memahami maksud dosennya.

"Ah baiklah mulai besok seusai mata kuliah saya akan langsung kemari," jawab Valldy.

"Terima kasih," Gevin membungkukkan badannya memberi hormat.

"Eh tidak perlu seperti itu pak saya hanya membantu," ucap Valldy sedikit canggung.

Gevin segera menegapkan badannya. "Jangan memanggil saya dengan sebutan pak bagaimanapun saya hanya lebih tua empat tahun darimu," ujar Gevin sambil berjalan menuju dapur. "Panggil aku Gevin atau kak juga tidak masalah," lanjutnya.

PROTECTORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang