01. Shaira Violia Mahesa

17 3 0
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

Tatapan tajam mengarah ke semua orang yang menyambut hangat seorang perempuan yang beberapa hari lalu pulang dari pertukaran pelajar Jerman-Indonesia. Bahkan, mereka membuat acara mewah untuk perempuan itu dengan mengundang beberapa kolega bisnis dengan tujuan untuk menjodohkan cucu kesayangan oma tercinta.

Sangat menjijikan.

Tatapannya beralih ke kedua orang yang sangat ia sayangi. Ia menghampiri keduanya lalu memeluk mereka dari belakang.

"Ira, ngagetin aja kamu." Shaira Angelina menanggapi kekesalan mamahnya dengan kekehan.

"Jangan kayak gitu lagi ya dek. Kasian mamah, nanti cepat tua karena sering marahin kamu," gurau pria tampan, papahnya.

"Mas! Hari ini kamu tidur di luar!"

Pecah sudah tawa Shaira melihat pemandangan itu. Mereka sangat lucu. Ketawanya redup kala seorang wanita renta datang bersama perempuan yang menjadi tokoh utama acara ini. Tak dapat didefinisikan seberapa benci Shaira kepada perempuan itu. Semua keluarganya----bukan bahkan semua orang membanggakannya kecuali mamah dan papahnya. Pasti mereka datang untuk mempermalukan dirinya. Ia berdiri tegak dan menyambut mereka dengan senyuman kecil.

"Arland, tolong kasih tau ke istri dan anakmu. Terutama istrimu, apakah dia tidak mengajarkan putrinya tata krama? Lihatlah cucu kesayanganku, sudah cantik, anggun, sopan, dan berwibawa pula . Oh, ya, satu lagi tentunya sangat pintar." Oma memandang Shaira dengan tatapan sinis lalu tatapannya berubah menjadi lembut saat melihat cucu kesayangannya, Sharon.

Shaira melangkah maju, namun ia mengurungkan niat kala melihat gelengan mamah. Ia hanya mengucapkan sumpah serapah ke Oma dan Sharon dalam hati. Ia tak terima apabila orang yang sangat dia cintai dipermalukan. Jika saja tadi ia menahan mamah dan papahnya agar tak datang, kejadian ini tidak akan terjadi.

"Mohon maaf, Bu. Sepertinya tawa anak saya Shaira tidak membuat kebisingan untuk acara ini, tapi kenapa ibu mempermasalahkannya? dan ibu jangan sekali-kali menghina istri maupun anak saya. Saya juga ikut andil dalam pendidikannya dan saya akui istri saya lebih hebat dari saya dalam mendidik Shaira. Jadi, jika sekali lagi saya mendengar ibu menghina istri dan anak saya, saya tidak akan segan-segan pergi dari rumah ini."

"ARLAND KA----"

"SHAIRA COBA LIAT WEBSITE SEKOLAH ALEXANDRIA HIGH SCHOOL. LO LULUS!" Teriakan Shanka mengalihkan perhatian tamu, sedangkan Shanka dengan hebohnya berlari seraya mengangkat tinggi-tinggi handphonenya.

"BENERAN?!" Shaira tak kalah heboh mendengar berita itu. Ia dengan cepat merebut handphone Shanka dan membaca pengumuman kelulusan seleksi penerimaan calon siswa dan siswi ALEXANDRIA HIGH SCHOOL di website. Tangannya gemetar saat melihat namanya berada pada urutan pertama, yang berarti ia lebih unggul dari cucu kesayangan Oma. Yessss!

Para tamu pun membuka website sekolah asrama ALEXANDRIA HIGH SCHOOL dan benar yang dikatakan oleh Shanka. Mereka pun bisik-bisik sambil melirik ke Sharon.

"Oma, bisa liat sendiri 'kan siapa yang lebih pintar dan bermartabat dalam keluarga ini. Oma juga tahu bahwa sangat tipis bisa lolos ke Alexandria High School. Perbandingannya 1:1000. Cucu kesayangannya Oma bisa enggak?" Shaira berkata ke Oma sambil melirik Sharon yang wajahnya sudah berubah merah.

Rasain lo.

"Mohon maaf, apakah kamu menyontek saat tes masuknya? Alexandria High School tak main-main dalam menyeleksi dan terbilang sangat sulit untuk dijawab. Saya rasa kamu tidak bisa lolos dengan mudah dengan keadaan otak kamu."

Tuduhan tak berdasar itu membuat beberapa tamu setuju atas perkataan Sharon Vianna Mahesa. Mereka mengenal betul bagaimana kapasitas otak dari keluarga Mahesa, terutama cucu perempuan kedua keluarga ini yaitu, Shaira Violia Mahesa. Jika dibandingkan dengan Sharon, Shaira kalah telak dari segi otak. Jadi, bagaimana dia bisa lulus dari seleksi penerimaan murid baru di asrama ALEXANDRIA HIGH SCHOOL jika tidak berbuat curang?

"LO!" Shanka, orang pertama yang melihat perjuangan, frustasi, dan keluhan Shaira untuk masuk ke asrama itu, tak terima jika sepupunya yang cantik dituduh oleh Sharon. Saat ingin maju, ia kalah dengan Shaira yang sudah maju duluan.

Shaira dengan penuh percaya diri maju dan berhenti di hadapan Sharon. Kedua lengannya ia lipat di depan dada. Ia melihat Sharon dari atas ke bawah lalu terkekeh.

"Nyontek? Hahahaha. Tuduhan tak berdasar dari orang yang gak lolos seperti lo ini gak bakalan membuat mental gue tergoncang. Gue mengakui bahwa lo memang lebih pintar dari gue----"

"Ra!"

"Ayo jujur! Ayo jujur!"

Tawa Shaira semakin keras mendengar mereka semakin memojokkannya. Ia melihat kedua orangtuanya kemudian Shanka.

Shanka menggelengkan kepala dan berkata tanpa suara bahwa biar dia saja yang meladeni Sharon, namun Shaira tak menggubris.

Sekarang ya waktunya?

"Tapi gue selicik lo. Soo, buat kalian coba liat video satu ini. Byebye."

Shaira menekan sebuah tombol dan saat itu juga terpampanglah rekaman video Sharon, asisten Oma, dan salah satu donatur di Alexandria High School. Di dalam rekaman tersebut, asisten Oma dengan berani menyogok salah satu donatur di asrama itu untuk memasukkan Sharon. Dengan suatu syarat yang tak disangka-sangka . Para tamu tak percaya melihat rekaman itu, sedangkan Shaira dengan santai makan kue lalu meninggalkan acara bersama kedua orangtuanya dan Shanka.

"TIDAK! ITU TIDAK BENAR! SHAIRA MEMANIPULASI REKAMAN INI! SHAIRA GUE BENCI SAMA LO!"

Shaira tertawa.

Macan tidur kok dilawan.

🌼🌼🌼

Shaira segera tiduran di kasur. Ia mengambil handphone dan mengirimkan pesan ke Tari dan Beby, sahabat sehidup dan sematinya soal kabar lolosnya dia. Sesuai janji jika ia lolos tes masuk ke asrama bergengsi itu, lusa ia akan mengajak keluarganya jalan-jalan.

Shaira terkekeh membaca pesan kedua sahabatnya yang tak kalah heboh. Ia mengajak mereka untuk membeli peralatan sekolah esok hari tepat jam 10 pagi, namun kesenangannya tak berselang lama karena tiba-tiba ia dikagetkan oleh bunyi benturan keras pada jendela roftoopnya.

"Ck, ganggu saja."

Shaira bangun dari kasur dan melangkah ke sumber suara. Ia menggeser pintu dan mencari pelaku.

"Darah?"

Shaira mengikuti jejak darah. Langkahnya terhenti saat kakinya menginjak sesuatu yang empuk dan basah. Shaira menengok ke bawah dan betapa terkejutnya melihat burung gagak yang sudah terbujur kaku dan diselimuti oleh darah.

Keterkejutannya tak berselang lama. Shaira sudah biasa menghadapi situasi ini, tapi ini sungguh keterlaluan. Bangkai burung gagak?

"Ck. Gak elit banget kirim ginian. Gak ada manfaatnya, dia pikir gue takut gitu? Kalau kirim itu yang bermanfaat gituloh. Contohnya uang."

Shaira kembali ke kamar untuk mengambil sarung tangan, lalu kembali dan membuang bangkai tikus itu ke bawah. Tanpa ia sadari sedari tadi gerak-geriknya dipantau oleh sosok hitam lalu sosok itu pergi seperti bayangan.

🌼🌼🌼

TBC

Subang, 17 Juni 2023

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 17, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ALEXANDRIA HIGH SCHOOL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang