Selepas 47 hari berlalu, semua orang kembali ke tempat asalnya. Tapi mereka tak lagi sama dengan diri mereka setelah melewati 47 hari di Dusun. Meski kembali, ada cerita berbeda yang mengantar hari – hari mereka kini.
Langkah setiap orang tak lagi sama meski kembali ke tempat asalnya. Masing – masing memiliki bekal baru untuk melangkah menyambut hari – hari lain yang tak terhitung.
Pukul tiga sore itu, Arin keluar dari kelasnya dengan langkah ringan, berpamitan dengan beberapa teman lalu pergi menyusuri Gedung Fakultas Ilmu Budaya (FIB) keluar.
Ponselnya berdering dan langsung diangkat mahasiswi jurusan sastra indonesia itu.
"Aku udah beres kelas kok, jadinya kumpul dulu di square kan, Kak?"
"..."
"Loh? tadi kata Mama disuruh ambil bahan kue dulu? Yaudah, nanti pas pulangnya aja."
"..."
"Enggak, Kak Juaaan. Aku gak janjian dulu sama mereka. Ini jalan sendiri, kan udah sepakat ketemu di square semua?"
"..."
"Okey, daaah~"
Arin menutup panggilan telfon, memasukan ponsel ke dalam tas tangannya lalu menuju tempat yang kini tengah dituju.
...
Sementara itu dari Kampus tetangga, Joy sudah tampil bergaya seperti biasa, dengan Reno yang berjalan di sisinya mengikuti. Seperti bodyguard yang tengah menjaga selebriti.
Mereka sudah sampai di gerbang utama ke parkiran, lalu tengah berjalan menuju square tempat paling sentral di Universitas A.
"Lo jalan deketan kek, kaya lagi musuhan aja sama gue." Joy menarik lengan Reno, lalu menggandengnya agar mendekat.
"Diliatin yang lain, ntar lo dijauhin cowok – cowok dikira punya pacar," ujar Reno.
Joy tertawa kecil, "sekarang udah banyak gossip gue pacaran sama lo, jadi kalem aja. Lagian di kampus tetangga gue gak seterkenal itu. Ayo ah, ntar telat pada ngomel – ngomel lagi," tarik Joy agar berjalan lebih cepat.
Reno menurut, membiarkan Joy menggandeng tangannya.
Berjalan berdua, di tengah jalan mereka melihat sosok tak asing. Tengah berdiri memasukan tangan ke dalam dua saku celananya, sembari menendang – nendang kecil kerikil. Begitu sosok itu menengok, dia langsung menegakan tubuh.
"JOYYY!" panggil Kalla kencang.
"APAAA!" balas Joy berteriak tak kalah kencang.
Lalu Joy dan Kalla sama – sama tertawa. Reno menggelengkan kepala tak aneh.
"Lama amat lo berdua, kaya kampus lo ada di mana aja," tutur Kalla.
"Cari parkiran kosong di kampus lo susah. Suruh Juan ajuin permintaan lahan parkir baru coba. Buat apa banyak taman tapi kurang parkiran?" balas Reno.
"Taman itu penting demi mental hijau mahasiswanya."
"Parkiran juga penting buat mobilitas warga kampus. Tukang Parkir di Kampus lo juga masih dikit," balas Reno.
"Iyadeh yang kampusnya banyak tukang parkir," ujar Kalla tak mau kalah. "Lo kalo mau daftar jadi tukang parkir di sini bilang aja. Ntar gue bantuin daftar ke Kepala Bagian parkir," balas Kalla.
"Gak gitu konsepnya Marcelo!" dengus Reno.
Melihat kedua pemuda di sampingnya malah berdebat perkara parkiran, Joy langsung mengangkat kedua tangannya, merangkul serta menarik dua leher mereka agar merunduk di sisi kanan dan kirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BERTIGABELAS | 47 Days With Them✔ [OPEN PO check IG allyoori]
General Fiction[B E R T I G A B E L A S] ▪︎selesai▪︎ • College but not about collegelife in campus • Semi-baku • Lokal AU 13 orang terpilih dari dua perguruan tinggi berbeda, untuk hidup bersama selama 47 hari kedepan dalam sebuah rumah yang terletak di dusun terp...