BAB 001

4.2K 158 103
                                    

"Hi, Hannagan, are you ok?" Cabel bertanya, saat Ally baru saja datang menghampiri lelaki itu dan meletakkan nampan di atas meja bar. "Kau tahu, jam kerjamu sungguh gila-gilaan." Dia berkomentar berdasarkan fakta, membuat Ally mengembuskan napas kasar seolah memberikan beban hidup di pundaknya kepada Cabel.

Liburan akhir semester baru saja dimulai, sebentar lagi Ally akan berada di kelas dua belas. Namun, bukannya belajar, gadis itu justru menyambutnya dengan pekerjaan yang menumpuk. Bagaimana pun sejak awal Ally memang tidak bisa berbuat lebih, selain bekerja banting tulang karena terlahir dari rahim seorang ibu yang kurang menaruh perhatian sejak bercerai dengan suaminya.

"Sungguh, tidak ada yang bisa kulakukan, Dude. Aku tidak terlahir dari orangtua kaya raya, bukan pula pewaris tunggal dengan harta berlimpah, dan sekarang aku butuh uang untuk biaya kuliah," ujar Ally sembari mengambil dua gelas berisi masing-masingnya alkohol dan vodka soda hasil racikan Cabel, salah satu pramutama bar paling keren di Las Vegas. "Siapa pun tentu tahu bahwa biaya kuliah itu sangat mahal. Jadi ke mana aku harus mengantarkan minuman ini?"

"Meja nomor sepuluh dan ... tunggu sebentar, Ally." Cabel merogoh saku celananya dengan tangan kiri dan tangan lainnya mengisyaratkan agar gadis itu bersedia menunggu, sampai dia memberikan secarik kertas yang terlipat ke arah Ally. "Tolong berikan ini padanya. Dia memiliki rambut hitam yang sangat indah dan berkilau. Pastikan juga bahwa ia bernama Megan."

"Kau gila!" Kedua mata Ally melebar seiring dengan nada suara yang terlampau tinggi, tetapi berhasil disamarkan oleh riuh suasana pengunjung bar di akhir pekan. Ally mencondongkan sedikit punggungnya, membuat jarak mereka berdua cukup dekat untuk sekadar berbisik. "Bagaimana aku menanyakan namanya? Aku tentu akan terlihat sangat aneh dan ... kenapa tidak kau lakukan sendiri saja? Bukankah kau memiliki semua hal yang disukai perempuan lalu--"

"Ally, Cabel." Suara Mr. Robinson tiba-tiba saja memaksa Ally untuk menghentikan aksi protesnya terhadap Cabel, dan mereka secara refleks menoleh ke arah lelaki berperut besar itu. "Pelanggan sedang ramai dan jangan biarkan mereka mengambil banyak waktu, hanya demi mendapatkan kesenangan di bar kita," ujar Mr. Robinson, sembari menyalakan pemantik kemudian mengarahkannya pada sebatang rokok yang terjepit di antara dua bibirnya.

Ally menggigit bibir bagian bawah barang sejenak lalu secara bersamaan, mereka--Ally dan Cabel--berkata, "Sorry, Sir." Kemudian Ally segera pergi menuju meja nomor sepuluh, sesuai ucapan Cabel barusan.

Ally melangkah lebar, tetapi tidak terburu-buru karena kebetulan, meja nomor satu hingga nomor sepuluh masih berjarak cukup dekat dengan meja bar. Musik Flames yang terdengar samar karena tenggelam oleh keriuahan pelanggan pun, membuat gadis itu sesekali bersenandung mengikuti lirik lagunya. Dia terlihat tidak peduli dengan keadaan sekitar, tidak peduli jika hal tersebut (mungkin) menarik perhatian orang lain.

Pada dasarnya pekerjaan akan terasa sangat menyenangkan jika dilalui dengan rasa penuh suka cita. Ally memegang teguh prinsip tersebut, dan satu hal yang terlintas di benaknya saat ini hanyalah bernyanyi mengikuti irama hasil tangan dewa sang Disk Jokey.

"Hai," ucap Ally, sembari tersenyum lebar dan mengambil satu gelas di atas nampan lalu segera meletakkannya di meja, begitu pula untuk gelas kedua. "We've got a beer and vodka soda."

"Thanks," ujar si gadis berambut hitam yang sepertinya bernama Megan karena di antara keduanya, hanya dia yang sesuai dengan intruksi Cabel. 

Sehingga tanpa perlu melakukan seluruh arahan Cabel, Ally segera merogoh saku celemeknya lalu tersenyum kecil, serta mengulurkan kertas milik Cabel ke arah Megan. "Sorry, tapi ini dari temanku. Seorang bartender dan aku yakin kau bisa melihatnya dari sini," kata Ally menjelaskan seperlunya, agar tidak terkesan aneh di hadapan mereka.

Heat Me Up Sugar Daddy [Move To Innovel]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang