4

490 77 75
                                    

"Pindahan lo, bang?"

Kamal sama sekali tak mengira kencan berikutnya dengan Soobin akan beruntut seperti ini.

Baru saja pantat Kamal menyentuh kasur sepulang dari mall, Soobin sudah menginvasi ponsel Kamal. Menelpon sang kekasih untuk memberi kabar bahwa besok Soobin akan main kerumah Kamal, dengan tujuan demo masak.

Menyimpan julid untuk dirinya sendiri, Kamal tak pernah menyangka si kahim garang Soobin rupanya punya kemampuan memasakㅡtampaknya cukup mahir untuk Soobin berani pamerkan. Ketika Kamal tanya apa yang harus ia persiapkan untuk Soobin, sang lawan bicara Kamal tak perlu repot-repot. Soobin akan menyiapkan semua kebutuhannya sendiri.

Jadilah semalam penuh Kamal membayangkan demo masak Soobin seperti demo masak arisan sang ibu, sama sekali tak menyangka keesokan harinya Soobin muncul dengan 2 jenis hidangan.

Masakannya, sekaligus tampilan fisik Soobin yang tiba dengan rambut klimis disisir kebelakang, kemeja putih slim fit yang sangat membentuk garis tubuh. Belum lagi ketika Soobin gerah mengeluarkan bahan-bahan yang sudah disiapkannya ke meja dapur dan akhirnya menggulung separuh lengan kemejanya, Kamal susah payah menegak liur begitu pemandangan urat tangan Soobin terpampang nyata didepan mata.

"Masak apaan sih, repot amat?"

Beruntung, seisi rumah Kamal lenyap piknik keluar kota. Meninggalkan si bungsu yang kini memuaskan pandangannya pada sosok Soobin yang berdiri membelakangi, sibuk di depan kompor dan membiarkan Kamal menatap pinggang ramping Soobin yang terpampang jelas berkat kemeja ketatnya.

"Steak." Soobin akhirnya membocorkan masakannya, setelah semalam sengaja menggantung telpon Kamal yang memberi syarat masakan Soobin harus kukusan dan tak boleh berkalori tinggi. Dan seperti dugaannya, Kamal sontak mengerang protes.

"Steak? Pake butter segitu banyak??" Longlong Kamal tak terima. Ngeri belum lenyap dalam benaknya saat menyaksikan Soobin mengoleskan banyak butter ke daging merah itu, kini mimpi buruk Kamal jadi nyata. Sudah hampir setahun Kamal berhenti mengkonsumsi daging merah dan sebagai tuan rumah yang baik, tak mungkin juga Kamal menolak masakan Soobin.

"Nih," Belum selesai kengerian Kamal, sebuah piring berisi steak yang masih berasap tersodorkan ke hadapannya. "Tapi buat kamu sendiri, ga boleh bagi ke aku."

"Eh," Kamal kembali tertegun, kali ini bukan karena steak dihadapannya. "Kita aku-kamuan nih, bang?"

"Iya lah, 'kan kita pacaran?"

"Deal kita 'kan cuma kencan?"

"Kencan berarti pacaran 'kan?" Kamal kalah telak. Kamal yang tak biasa argumennya disangkal, kini mau tak mau mengalah ketika Soobin mencondongkan wajahnya. Seolah mengajukan kilau wajah yang membuat visual Soobin makin bersinar akibat panas api kompor sebagai tawaran agar Kamal mengikuti keputusannya.

"Oke." Bibir Soobin naik sebelah, membentuk senyum separuh begitu tak sengaja menangkap rona merah di pipi Kamal sebelum sang empunya buang muka.

"Tapi jangan kamu paksa abisin ini semua," Lengah, Kamal tersentak bukan main ketika Soobin mendadak ada di belakangnyaㅡmenarik kursi untuk duduk dan dengan cepat menarik pinggul Kamal untuk memangkunya. "Sini, aku ajarin motong daging yang bener."

"M-motong doang, yaelah. Gue juga bisa kali bang." Dua tangan digenggam, punggung Kamal tak diberi jarak sedikitpun dengan dada Soobinㅡsama saja dengan Kamal tak diberi ruang untuk bernafas sama sekali. Terlebih ketika dagu Soobin mengambil alih pundak kiri Kamal.

Tak peduli tanggapan Kamal, Soobin tetap bersikeras menggerakkan kedua tangan Kamal. Tangan kiri memotong daging dengan pisau, tangan kanan mengantarnya dengan aman hingga sampai di mulut Kamal. "Enak?"

"Oh!" Mungkin karena faktor terlalu lama mulut Kamal tidak didatangi produk olahan sapi, rasanya ada banyak ledakan rasa yang terjadi di mulut Kamal. "Lo pinter masak juga ya, bang."

"A' lagi." Belum juga Kamal selesai mengunyah, tangan Soobin sudah mengambil kuasa lagi menggerakkan tangan Kamal untuk memotong daging.

"Gue belom kelar ngunyah, sabar dikit elah. Gausah narik tangan gue." Kamal melirik sebal wajah Soobin. "Kontol lo juga gausah nyodok-nyodok pantat gue."

"O-oke."

Soobin akhirnya mundur, menarik punggung guna memberi ruang untuk Kamal menikmati makanannya. Meski yang dilihat hanyalah tengkuk Kamal, Soobin sudah cukup senang menyaksikan pipi Kamal penuh terisiㅡgembul, sibuk mengunyah.

"Ughㅡ"

Pergerakan Kamal berhenti, tubuhnya mendadak membatu.

"Kenapa, Mal?"

"Kekenyangan."

Belum juga Soobin paham situasi, Kamal bangkit begitu cepat dan lari keluar dengan kecepatan cahaya. Terlalu cepat untuk Soobin dapat buntuti, namun bayangan Kamal yang berlari dengan kedua tangan ke atas cukup membuat Soobin terkikik sembari menyusur kepergian sang kekasih.








"Maaal."

"Disini."

Bayangan Kamal terakhir terlihat sebelum berbelok naik ke lantai dua, otomatis Soobin ikuti. Namun sesampainya di lantai atas, Soobin benar-benar tersesat. Hanya ada dua pintu disana. Salah masuk, bisa-bisa Soobin justru bertemu kakak perempuan Kamal.

Untungnya inisiatif Soobin memanggil Kamal terbalas. Meski lemah, setidaknya cukup untuk mengantar Soobin ke kamar mandi pribadi Kamal.

Sesampainya disana, katakanlah Soobin kampungan atau sejenisnyaㅡtapi ini kali pertama Soobin menyaksikan kamar mandi yang terlampau bersih, sampai-sampai cukup bersih untuk menggelar karpet mini di sekitar toilet. Bahkan toilet Kamal terbilang terlalu kering bagi Soobin, hingga menyaksikan Kamal duduk di lantai untuk muntah di toilet terlihat terlalu nyaman. Seolah manusia duduk langsung di lantai kamar mandi adalah hal yang sangat lumrah terjadi disitu.

"Udah muntahnya?"

Soobin mau tak mau ikut duduk di samping Kamal, agak canggung sebab ini kali pertama pantatnya menyentuh langsung keramik kamar mandi. Hening sempat terjadi ketika Soobin mengamati Kamal dalam diam, menggosok lebar punggung Kamal berharap dapat membuat Kamal baikan.

"Hmm," Kamal akhirnya mengadahkan wajah ke Soobin, menunjukkan wajah sayunya dan menggeleng.

"Mungkin badanmu ga bolehin kamu muntah."

"Tapi gue makan kebanyakan tadi..."

"Badanmu kekurangan nutrisi  loh, Mal. Biarin steaknya dicerna badanmu, jangan dipaksa keluar."

"Tapiㅡ"

Manik mata Soobin membaca rencana pergerakan Kamal. Refleks Soobin segera menahan kening Kamal untuk menarik kepalanya agar tidak mengarah ke toilet lagi. Memaksa tubuh sang empunya untuk menghadap Soobin, mengalihkan perhatian Kamal dengan mengajaknya ngobrol.

"Ga boleh muntah!" Perbandingan telapak tangan Soobin dan wajah Kamal terlalu ekstrim. Dengan tangan di kening Kamal, Soobin setengah mati menahan ekspresi gemasnya pada wajah Kamal yang mendadak menyusut ketika bersandingan dengan telapak raksasa Soobin.

"Hngㅡ"

"Ga boleh."

Demi Tuhan, Soobin nyaris gigit jari mendapat pemandangan lucu wajah sayu Kamal dengan pipi merona. Belum lagi bibir terbuka Kamal yang pasrah, membuat celana Soobin sontak makin sesak.

"Ga boleh muntah." Tak ingin kehilangan diri, Soobin menarik Kamal dalam peluk. Mengusap-usap punggung Kamal tanpa henti, tersenyum merasakan jantung Soobin berdebar makin kencang ketika dada mereka bertemu.

"Ayo belajar sayang sama badan sendiri."







MAAF SLOW UPDATE🥺 tapi chapter berikutnya bakal cepet kok👀 MAKASIH UDAH NUNGGUIIIIN

Dating ChallengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang