5

466 69 43
                                    

"Ini akal-akalan lo doang apa gimana nih?"

Salahkan pada budaya keluarga kota besar yang hanya menghabiskan akhir pekan di mall maupun tempat makan populer, Kamal tak pernah membayangkan akan tiba masa dirinya berdiri di pinggir lahan penuh jeep untuk naik gunung sebelum matahari terbit.

Disaat jam yang sama, biasanya Kamal baru meringkuk naik kasur untuk tidurㅡberbanding terbalik dengan para penyewa jeep sudah memanaskan suaranya sejak tengah malam, bersiap menjajakan mobil raksasa untuk membawa para turis naik gunung. Opini terbaik bagi para pendatang kota yang tak terbiasa fisiknya dipaksa bekerja keras, namun opini terburuk untuk solo traveller yang mau tak mau harus berbagi mobil dengan turis lainnya.

Bukan Kamal dan rombongan tentunya, bahkan mereka mungkin tak perlu mengeluarkan uang lagi berkat modal nekat Yeonjun yang tak bakal ragu terus menyetir sampai puncakㅡpadahal mobilnya cuma avanza bekas bisnis taksi ayahnya taun lalu. Takut tapi tetap percaya diri, kutip Yeonjun penuh percaya diri sebelum dicegat tukang parkir.

"Mal! Indomie dulu sini, telor setengah mateng!" 

Menjadi tamu baru, Kamal harus menyimpan kesalnya rapat-rapatㅡterlebih Kamal tak mungkin merusak suasana hati gembira Soobin.

 Suara bising yang tiba bersamaan saat Soobin menjemput, Kamal kira Soobin membawa rombongan besarㅡnyatanya, avanza Yeonjun hanya penuh berisi ransel gunung. Sisanya hanya Yeonjun dan Soobin. Kamal sempat ingin bertanya apa keduanya adalah sahabat yang Soobin punya, namun binar cemerlang senyum Soobin malam itu menjawabnya.

Dari Soobin, Kamal belajarㅡtak perlu puluhan teman untuk bahagia.

Waktu matahari terbit masih lama, rombongan Soobin memutuskan untuk naik jeep begitu waktu sudah mendekati. Artinya mereka akan menghabiskan waktu dengan sarapan sejenak di warung kopi terdekat, dimana sudah pasti menu yang tersedia bakal serba instan. Tak cocok dengan pola makan Kamal, yang sehari-hari pun tak pernah sarapan.

"Gue belom dipesenin kan? Punya Kamal buat gue aja!" Soobin terbirit menuju kedai, berkat lirikan maut Kamal. Rencana mendadak naik gunung sudah cukup menyebalkan untuk sang anak rumahan Kamal, Soobin berdosa jika memaksa Kamal lagi untuk mengkonsumsi makanan yang sudah setahun lebih ia hindari. "Bu, nambah mendoan!"

"Pelan-pelan makannya, keselek ntar."

"Iya, keselek ntar." Mendengar bangku sebelah digeret, Soobin makin memusatkan konsentrasinya ke mangkokㅡtak berani menatap sumber suara terakhir yang menyahut horor.

Detik makin berlalu, makin menyesal Soobin atas paksaannya menjemput Kamal yang tengah main game tengah malam tadi dengan kaos molor serta kolor motif bunga raksasa yang kebesaran di kaki sumpitnya. Soobin kira wajah sebal Kamal hanya akan berlangsung saat prosesi penjemputan, nyatanya ekspresi Kamal tak berubah sedikitpun sesampainya di lokasi.

Baru lah Soobin sadar, diskusi dengan orang dengan kepribadian berlawanan dengannya adalah hal penting.

Soobin takut sesampainya di puncak, yang mengancam keselamatannya bukan arwah gaibㅡmelainkan Kamal.

"Makan, Mal." Soobin menunduk, menyodorkan sendoknya ke Kamal yang rupanya belum melepas tatapannya ke Soobinㅡmasih sebal satu akhir pekan dalam hidupnya, Kamal diculik ke tempat antah berantah. "Makaaan."

"ㅡmph!" Rahang Kamal dicengkram Soobin, dalam konteks bercanda pastinya. Namun, Kamal juga tidak main-main menolak Soobin---sontak menghilangkan tawa Yeonjun Beomgyu dan beralih tatapan waspada. "Ngga mau!"

"Dih, sama pacar begitu amat lo." Cecar Soobin, bibir cemberut tawarannya ditolak Kamal dan kembali mengunyah indomie---tak sadar cibirannya menimbulkan senyap canggung di meja.

"ㅡgoblok."

"BAJINDUL TENAN. Mbe konco dewe ngono ya kowe, Bin. (BAJINGAN. Sama temen sendiri gitu ya lo, Bin.) " Mata melotot Beomgyu berdampingan dengan umpatan medhok Yeonjun. "Wes lah, Beom. Ayo pacaran, daripada angel-angel nggolek wedokan. (Udahlah, Beom. Ayo pacaran, daripada susah-susah cari cewe.)"

"MUATAMU." Usaha Beomgyu belajar mengumpat medhok tidak sia-sia, walau aksen bataknya masih dominan.

*****

"Lo ga bosen makan indomie mulu, bang?"

Kamal, Soobin, Beomgyu dan Yeonjun selesai menyaksikan matahari terbitㅡsetelah puas memojokkan Kamal dan Soobin untuk berpose berduaan dengan latar belakang langit fajar.

Hari itu keempatnya habiskan untuk memasang tenda di area khusus bermalam. Kamal kira menghabiskan waktu menuju malam akan membosankan, namun begitu semua orang mengajaknya berbaur dengan penghuni tenda lain, Kamal lupa waktu.

Yeonjun dan Beomgyu tetap riang seperti biasa ketika berkenalan dengan orang baru, Soobin juga. Namun seiring waktu, Kamal menyaksikan sendiri bagaimana energi Soobin surut dan berakhir duduk diam di sisi Kamal. Teman-teman baru mereka tidak berjumlah besar, mungkin karena itu Soobin tak menampakkan gejala seperti di lift mall tempo hari. Meski di penghujung hari, Kamal lagi-lagi belajar tentang sisi lain introvert Soobin.

"Hah?" Tak hanya berdiam diri mengisi ulang baterai diri, Soobin tak pernah diam sedetik untuk tidak mengunyah sesuatu. Agak menjelaskan kenapa ransel Soobin penuh bungkus makanan instan.

"Makan mulu lo."

"Biar kuat gendong lo kalo pingsan."

Oㅡoke, Kamal lupa betapa nyaman pendakian perdananya beberapa jam lalu berkat inisiatif Soobin untuk membopong tubuh Kamal setelah melihat lutut gemetaran sang kekasih.

"Tetep aja jangan banyak-banyak makan, ga mual lo? Lagian gaada toilet disini, mau boker dimana lo besok." Beruntung Kamal agak diberkahi bakat mengolah kata, perhatian Soobin kembali teralih sebelum sempat melirik wajah padam Kamal.

Sesungguhnya faktor utama rona di wajah Kamal adalah ingatan soal kokohnya lengan Soobin yang Kamal tak sengaja raba ketika naik di punggung Soobin, serta bidang pundak Soobin yang berbanding terbalik dengan pinggang rampingnyaㅡKamal meneguk ludah keras beberapa saat kemudian begitu ia turun dari punggung Soobin dan mendapat pemandangan kaus basah Soobin yang mencetak sempurna tubuh bagian atasnya.

"Mentang-mentang ga dirumah, makan indomie mulu Bin?" Yeonjun dan Beomgyu tiba, kembali ke api unggun kecil mereka setelah mengantri air bersih untuk besok.

"Kalo sampe lo kena serangan jantung terus mati, badan lo gue gelindingin sampe kota."

"Iya, iyaa." Untungnya mie Soobin habis tepat ketika kedua sahabatnya tiba. "Gue cuma ngabisin punya Kamal."

"Idih."

"Mal, lo gamau tanya apa gitu soal Soobin??" Ujar Beomgyu memecah hening, agaknya sudah sudah melepas dendamnya pada Kamal.

"Tanya apaan, bang?"

"Semacem truth or dare gitu, tapi bolehnya truth doang ke Soobin. Kalo Soobin bohong, gue sama bang Yeonjun siap jitak dia."

"Hm.." Kamal seketika menelaah sosok yang duduk canggung di sebelahnya. Sejauh ini Soobin termasuk pribadi yang mudah Kamal tebak, tak pernah ada tanda tanya dalam diri Kamal selama berhubungan dengan pemuda jangkung itu. "Bang."

"Apa?"

"Lo suka cigarettes after sex, ngga?"Kamal menyeringai puas, begitu respon Beomgyu dan Yeonjun sontak tersedak. Ucapan Kamal barusan bukan pertanyaan, melainkan frasa terselubung untuk menggoda.

"Mm.." Di sisi lain, ekspresi Soobin tampak setenang lautㅡjustru mengulum bibir memikirkan matang-matang jawaban yang tepat.

"Aneh banget pertanyaan lo." Wajah heran segera Soobin tampilkan begitu selesai berpikir. "Gue penderita asma dan proudly masih perjaka!"

"BUBAR AJA YOK."

Daripada makin makan hati, Kamal seketika menyudahi sesi percakapan bodoh itu dengan mengguyur api unggun dengan air.

Dating ChallengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang