02. Plan

13 4 33
                                    

"Dimakan nasinya. Aku pesennya pake uang, kalo pesennya pake daun, oke-oke aja kamu jadiin pupuk juga."

Clara berdecak, ia mengambil nasi kuning yang disiapkan  Haekal di piring. Cewek itu mengambil sendok lalu menyendok nasi dan menyuapkannya.

"Enak nggak?"

"Iyalah, lo kan beli."

Haekal tersenyum, Clara galak. Artinya, Clara akan kembali.

"Ya udah lo makan. Kalo nggak abis, beresin rumah gue."

"Iyeee." Clara mengangkat kepalanya, ia memandang Haikal. "Mama lo ke mana?"

"Bisnis."

Mulut Clara membulat, sudah tahu apa arti bisnis itu. "Nggak kumpul sama temen-temen?"

"Nanti, makan dulu. Elah. Berisik amat."

Clara bergumam mengiyakan. Haekal berisik jika mengomel, melebihi mamanya jika kesal. Haekal selain merangkap sebagai pacarnya, juga merangkap sebagai mamanya.

"Mau jajan?"

"Tumben, nggak minta diganti nanti?"

"Nggak, hiburan nih buat lo."

Clara tertawa dan Haekal suka itu. "Meskipun gue minta apa-apa, mau dikabulin?"

"Iya dong, aku kabulin."

"Kalo aku minta, kamu berhenti ngegame?"

"Nggak bisa, itu salah satu tujuan hidup aku."

Clara berdecak, ia menggeser piringnya ke samping lalu bersandar pada punggung kursi. "Capek," katanya.

Haekal mengangkat wajahnya, ia menatap wajah Clara yang benar-benar terlihat lelah. Cowok itu berdehem singkat. "You did well. I'm proud of you."

Clara tersenyum. "Sok Inggris, inget, bahasa Inggris masih remedial."

Haikal tertawa. "Seenggaknya aku tahu ungkapan bahasa Inggris buat kamu." Duduknya menegak, ia menatap Clara dengan serius. "Mama kamu, tau kamu ke sini?"

Clara mengangguk.

"Aku semalam ke rumah kamu."

"Serius?!"

"Iyalah, mana aku naik gojek, lupa bawa motor, terus aku saking paniknya kasih ongkos seratus ribu!"

"Gilaaa! Kalo buat beli seblak, aku bakalan kenyang!"

"Lambung iya!"

Tawa Clara pagi ini adalah suara yang paling Haekal rindukan setelah tiga hari, jika dihitung dengan hari ini, sudah empat hari terlewati. Hari di mana pengumuman yang menegangkan bagi para pejuang SBMPTN, untuk meraih kampus impian mereka.

Hari itu, Clara meneleponnya. Haekal masih ingat apa kata Clara.

"Kal, hari ini pengumuman, kalo aku nggak lulus, gimana? Kal, aku nggak bakalan hubungin kamu sebelum aku siap."

Haekal menyanggupi, ia tahu Clara butuh waktu sendiri. Sepertinya Clara juga sudah punya firasat bahwa dirinya tidak akan diterima.

"Sepi, aku panik. Takutnya kamu langsung ke kuburan jalur mandiri."

"Heh! Asal ngomong!" Clara melipat tangannya di depan dada. "Nggak bakalan sampai ngakhirin hidup juga." Matanya menyendu, ia menatap piring Haekal yang tersisa setengah nasi. "Mama nggak ada, kerja. Aku udah lima hari tinggal sendiri."

"Teruuus? Lo baru bilang sekarang?!"

Clara kaget, ia melotot. "Lupa!"

"Terserah." Haikal menyendok nasinya, ia menyuapkannya. "Mama kamu, udah tau?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 31, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hai Cla: Gap Year | Lee HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang