1.Pulang

4 0 0
                                    

     Aku baru saja bangun tapi sudah mendengar kabar duka. Bukan, bukan duka sejenis  kematian. Ini adalah duka yang timbul karna mendengar kabar tetanggaku sudah kembali ke kampung ini. Ini berbahaya untuk ku, juga untuk kesehatan jantungku. Dan jangan sampai dia tahu rahasiaku selama ini. Jika dia mengetahui itu maka habis lah aku.

     Bertahun tahun aku hidup damai karena dia memilih melanjutkan pendidikan ke kota. Aku tahu sejauh apapun dia pergi disini adalah rumah nya. Tempat dia pulang. Yang artinya cepat atau lambat aku akan bertemu dia kembali. Tapi aku tak menyangka dia akan pulang secepat ini. Aku bahkan belum mempersiapkan pertahanan apapun untuk melindungi diri darinya.

     “Kenapa sih dia balik lagi, harusnya kan cari kerja di kota saja, jangan balik kesini lagi.”

     Aku menyapu rumah dengan malas malasan. Kabar itu membuat ku galau. Dan bertambahlah ke-galau-an ku saat akan menyapu halaman. Ternyata dia pun sedang di luar rumah mencuci motor matic kesayangannya. Yang sialnya rumah nya tepat dihadapan rumahku.

     Ibarat kata Warkop DKI “Maju kena mundur kena”. Bahkan  diam pun kena. Serba salah. Kalau aku tetap menyapu halaman rumah, itu tidak akan baik karena dia pasti bisa melihat ku dari jarak sedekat ini. Mau batal menyapu pun akan lebih aneh lagi, karena sapu lidi dan sekop sampah pun sudah ku bawa sebagai alat tempur, tidak mungkin batal menyapu padahal sudah membawa alat tempur. Diam pun akan lebih salah. seperti sekarang ini, aku seperti orang bodoh yang hanya berdiri didepan pintu rumah dengan lengan kaos yang sudah ku singkap ke atas ditambah sapu lidi ditangan kanan dan sekop sampah ditangan kiri. Sial.

     Yang lebih sialnya lagi dia kini menoleh ke arahku yang seperti orang tolol ini. Dia  Azka Alfariz . Tetanggaku, mantan teman masa kecil ku,dan orang yang sudah mencuri hatiku. Yap, inilah alasan kegundahan ku. Aku tak tahu kapan perasaan itu bermula tapi yang ku tahu aku menyukainya. Namun dalam proses melupakannya. Dia itu terlalu sulit untuk ku gapai. Karena itu, aku berusaha melupakannya.

     2 tahun belakangan aku cukup berhasil, karena dia jauh dari pandangan ku. Tapi aku belum benar benar melupakannya. Ditambah kepulangannya yang mendakak. Aku belum mempersiapkan benteng pertahanan di hatiku.

     “Bodo amat dah, pura pura  cuek aja” aku membatin.

     Aku melanjutkan menyapu halaman dengan wajah lempeng yang terkesan datar. Sambil mencoba menenang kan jantung ku tentu . Sial. Tatapan matanya masih berdamage seperti dulu. Dan yang lebih sial nya lagi kini dia menatap ku dengan intens. Double sial.

     Selesai menyapu halaman aku kembali ke dalam rumah. Tepatnya kedalam kamarku. Merutuki hatiku yang lemah.

     “dasar hati, lemah amat. Timbang di liatin doang usaha move on bertahun tahun langsung berantakan.” Aku terus menggerutu sambil berguling guling di ranjang ku.

     “Sha!” Aku tersentak

     “iya ma, sebentar” Aku langsung bangkit dan mencari ibuku

     “Punya anak gadis satu kerjaannya berkurung mulu dikamar”

     “Ya Allah emak, dari tadi Disha udah bantuin kerjaan rumah. Udah nyuci piring, nyapu rumah, ngepel, nyapu halaman”(sampai bela belain dah usaha mup on gagal karna dilihatin si dia) lanjutku dalam hati. “giliran ke kamar bentaran doang dah diomelin. Serba salah akutuh.”

     “Sabar sabar ini ujian” Emakku berkata dengan senyuman khasnya. Gini nih kalau punya emak kelewat gaul.

○○○

     “Sha ,emak mau kondangan nih” Ibuku datang dengan wajah fresh sehabis mandi dengan menggunakan daster batiknya

     “Lah terus hubungannya sama Disha apaan?”

     “Chatting mamanya Bang Azka dong, kondangan apa enggak”

     “wa nya emak kan ada”

     “mager, kelamaan ngetik nya entar”

     “ya makanya, dibiasain mamak” Mulut memang menolak tapi kalau ratu sudah berkata bagaimana hendak membangkang. Sudah pasti lah apa yang di perintahkan akan dilaksanakan

     “ini gimana cara ngomongnya mak?”

     “tanya gini. Tan, tante kondangan nggak ke rumahnya ibu RT.”

     “oke oke”

To: Tante Risa
Tan, tante kondangan ke tempat nya bu RT?

From: Tante Risa
Iya, disuruh mama tanya in ya?
Bilang ke mama ya perginya bareng tante

                                      To: Tante Risa
                                       Iya tan

     “Ma,kata tante Risa bareng mama perginya”

     “Oke Mak mau siap siap dulu bye.” Ya allah ini emak emak satu.

     Sama sama punya suami yang  sibuk kerja,nggak sempat nemenin kondangan. Eh punya anak sama sama mager kalau diajak kondangan, jadilah mamaku dan tante Risa itu partner kondangan yang serasi. Tiap kondangan pasti berdua

     Mungkin beberapa orang iri karna aku bisa chattingan se akrab itu sama mamanya Azka, ada rasa senang sih. Tapi lebih senang lagi kalau bisa chattingan sama anaknya. Ea.

     Selepas ibuku pergi kondangan aku kembali ke kamar . Menikmati sedapnya rebahan sembari menyelami dunia oren. Ditemani dengan snack yang selalu setia ku stok dikamar. Aku memang pelit membelikan uangku untuk hal lain terlebih untuk skincare tapi aku amat sangat loyal terhadap makanan. Dibanding beli masker wajah seharga lima ribu rupiah pun aku lebih memilih membeli jajan walaupun harga nya lebih mahal dari itu.

     Dan ya, kamar ku penuh dengan rak rak yang berisi snack . Wafer, Ciki, minuman soda, minuman berasa, susu, coklat, sampai mie instan berbagai varian pun ada. Wah benar benar surga nya tukang makan.

     “ah bisa bisanya yak, ketemu cerita tentang tetangga eh pas dianya pulang kampung. Kan bawa-an nya jadi menghayal kalau aku yang jadi pemeran utama.” Aku menggigit jariku menikmati kebaperan ini sambil berguling guling di ranjang ku.

     Wattpad selalu bisa menghanyutkan ku, membawaku melihat hal hal yang tak pernah ku pelajari . Membuka mataku melihat luasnya dunia . Mengasah kemampuan ku beracting karena setiap ada adegan yang baper aku selalu menirukan dialognya.

○○○

     “Assalamualaikum”

     “waalaikumsalam, bentar ya.” Aku buru buru mencuci tangan ku dari sabun cuci piring. Berjalan dengan tergesa gesa melihat siapa yang ada diluar

     Ada sesosok punggung tegap didepan teras rumahku. Memakai kaos dengan celana training panjang senada dengan bajunya.

     “cari siapa ya”

     Set...

     Pemilik punggung tegap itu berbalik.

     “B-bang Azka?

 

    

APA? TETANGGA?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang