Sinar mentari dari ventilasi kamar membangunkan ku dari tidur nyenyakku. Aku segera mandi dan turun ke bawah untuk sarapan.
"pagi putri tidur." Sapa ayahku. Beliau ini orangnya cuek kalau di depan orang lain tapi sangat hangat dan jahil dihadapan keluarganya.
"ih... ayah. Disha udah bangun dari tadi kok. Udah mandi nih. Nggak kaya abang belum mandi." Disha duduk dikursinya dengan manyun.
"Dih.... pertama kali dalam sejarah mandi pagi aja songong bet lu." Reza,abang nya nampak berbeda. Wajah yang biasanya jahil kini terlihat lesu. Tak bersemangat.
"Disha malas mandi aja banyak yang naksir apalagi kalau rajin mandi sama perawatan. Beuh, bisa bisa satu tongkrongan abang naksir Disha semua." Disha menyendok nasi goreng buatan mamanya dengan wajah songgong.
"Astaghfirullah anak anak ayah ini nggak pernah akur." Pak Rudi, ayah Disha. Super duper sibuk. Beliau bukan pemilik perusahaan seperti di novel yang biasa Disha baca. Beliau adalah seorang wiraswasta dengan usaha yang mampu mencukupi kebutuhan Reza dan Disha. Namun beliau ingin memulai usaha dibidang properti. Dan untuk memulai nya pak Rudi berusaha dengan sangat keras. Karna itu beliau menjadi sibuk.
Mama nya Disha yang sudah lelah melarang hanya menyaksikan putra putri nya itu beradu mulut. Capek.
"Bang, Nanti ada arisan disini abang jangan kemana mana hari ini ya. Disha juga."
"iya ma" Jawab Reza dan Disha kompak, bedanya Disha menjawab dengan semangat sedangkan Reza nampak ogah ogahan.
Hari itu mereka semua sibuk mempersiapkan acara arisannya Mama Disha. Mulai dari berbelanja, membersihkan rumah, memasak, menggelar ambal. Sungguh melelahkan. Untung saja bu Yuni, mamanya Disha mengajak teman teman bang Reza untuk membantu acara hari ini. Urusan menggelar tikar dan angkat angkat adalah tugas mereka. Sedangkan teman teman Disha yang juga di diundang bu Yuni bertugas membantu di dapur. Arisan bu Yuni memang sederhana, bukan arisan yang mewah. Hanya sekedar kumpul kumpul teman lama yang tempat pertemuannya di gilir.
Hari ini bang Surya lebih cerewet dibanding biasanya. Ada banyak sekali pertanyaan yang dia ajukan. Bahkan hal yang sepele pun dipertanyakan. Seperti
"Sha, Ini sofa nya di taruh dimana?"
"Sha,ambal nya dimana?"
"Sha, ambal nya yang warna apa ?"
"Sha,ambal nya di gelar vertikal atau horizontal"
"Sha,buat es teh manis dong."
"Sha, jangan manis manis dong entar diabetes gue."
"Dih, tadi katanya es teh manis, ya manis lah gimana sih." Disha menjawab dengan wajah sewot. Ini orang emang minta digelpak kali ya.
"Bukan tehnya yang kemanisan. Elu nya Sha." Surya menampilkan cengiran kudanya.
"Dih, gaje."
"apaan sih, caper banget." Azka yang berdiri tak jauh dari Disha menggeram rendah. Sangat pelan sehingga hanya dia yang mampu mendengarnya dengan jelas. Sedang kan Disha yang merasa Azka mengeluarkan suara mengerutkan dahi.
"dih, aneh bat." Disha membatin
○○○
Pukul 14.50. Sepuluh menit sebelum acara dimulai.Namun anehnya hanya ada teman teman bang Reza dan 3 orang teman Disha. Teman arisan nya Mama justru tidak ada yang hadir. Ada yang aneh.
Dan ternyata mama nya Disha datang bersama ayahnya membawa kue tart berbentuk bola dan beberapa balon voil. Sudah ku duga. Pantas saja dari awal teman teman bang reza dan temanku diajak mengerjakan ini semua. Sebelum nya mama nya tidak pernah meminta bantuan ke teman teman anak nya.