"Dis, bangun woy." Reza mengguncang tubuh Disha, bermaksud membangunkannya.
"Ngh..." Disha berbalik membelakangi Reza. Dan menutup kembali wajahnya dengan selimut.
"Dis,bangun woy. Gue mau tanding futsal ini. Dis, woi."
"Lah terus kalau elo mau tanding futsal hubungannya sama gue apa bege."
"Siapin sarapan dong. Mama sama ayah kan hari ini pergi ke rumah nenek. Udh pergi dari subuh tadi." Reza terus berusaha membangunkan Disha.
"Loh kok gue gak tau." Akhirnya Disha duduk dengan mengucek matanya.
"Lah salah sendiri. Kenapa dari tadi kebo banget. Dibangunin susah nya naudzubillah."
"Udah ah keluar lu, mau mandi gue."
Disha mendorong Reza agar keluar dari kamarnya.
"Awas kalau nggak mandi." Reza akhirnya keluar kamar dan pergi ke kamarnya.
Disha turun menggunakan celana training hitam dan kaos hitam polos. Segera menyiapkan sarapan dan bergegas menuju kamar Reza untuk memanggil abang nya. Reza turun dengan celana training hitam dan kaos hitam polos. Selera mereka berdua memang sama. Yang membedakan adalah kaos yang Reza pakai pas badan. Sedang kan Disha menggunakan kaos overzie yang menenggelamkan badan nya.
"Bang, tanding nya jam berapa?"
"Jam 9 keknya"
"Udah buruan makan, ntar telat."
Disha dan Reza menikmati sarapan mereka hari ini. Sandwich dan segelas susu cokelat. Reza tidak suka makan berat saat akan bermain futsal. Perutnya akan terasa sakit dan itu sangat menggangu. Dan Disha adalah orang yang paling paham dengan kebiasaan itu. Kalau mama mereka memasak pun Disha pasti menyiapkan roti untuk Reza.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Disha bangkit dan membuka pintu rumah nya. Ternyata seseorang yang menginterupsi kegiatan makan mereka adalah Azka. Dia sudah berdiri di depan pintu rumah Disha menggunakan setelan baju futsal tangan pendek dan celana pendek. Pagi pagi dah bikin jantungan aja ini anak. Mana baju nya menjiplak otot ototnya lagi.
"Nyari bangza ya bang?" wow. Tumben sekali Disha bisa berbicara dengan Azka dengan tenang.
"iya, Reza udah siap?"
"Belum, masuk aja bang. Tunggu didalam aja."
"iya."
"Bentar ya Ka. Ganti baju dulu gue."
Sepeninggal bang Reza berganti baju. Kini tinggalah aku dan Azka. Suasana yang akward. Bahkan seandainya ada yang menjatuhkan jarum pun akan terdengar. Sial sekali ponsel ku tertinggal dikamar. Jadi nggak bisa pura pura main ponsel.
"Ekhem" Aku pura pura batuk untuk menetralkan jantungku dan membunuh keheningan ini dan berhasil. Azka yang tadinya diam memandangi meja sofa kini menoleh kearahku. Tepat ke mataku. Kini giliran aku yang memandangi meja sofa.
"Apa kabar dis?" Sial. Harus kah pertanyaan itu yang di pertanyakan. Setelah beberapa kali bertemu dan melihat ku baik baik saja dia masih menanyakan kabarku. Kalau yang ditanya kabar hati sih mending.
"Baik, elo gimana bang."
"Harus ya panggilannya elo gitu. Lebih bagus juga abang aja udah." Reza menatap Disha serius.