Ch 16 - Suspectum hominem

1K 274 303
                                    

"Siapa yang kau panggil Ahjumma, hah?!" teriak wanita paruh baya itu tidak terima. Amarahnya sudah berada di puncak terlihat dari wajahnya yang sudah merah padam.

"Ck ck ck, pantas saja anaknya suka main tangan. Ternyata didikan dari Ibunya toh," sahut Elina yang sudah mencengkeram pergelangan tangan Ibu Hans yang terangkat bermaksud menampar Mino.

"Hentikan adegan drama ini. Aku sekarang sangat sibuk, hubungi pengacaraku dan bicarakan tuntutan ini dengan dia. Ah, jika ada yang bermain kotor..." Elina merogoh dompetnya dan menaruh kartu namanya di atas meja.

"...aku akan langsung menarik semua bantuan dana yang pernah kutanam di sini dan mengungkapkan hal ini ke publik bahwa sekolah ini berisi orang-orang korup tidak berpendidikan," lanjut Elina mengancam seraya menggebrak meja dengan kuat memandang tajam guru laki-laki itu.

Ibu Hans langsung meraih kartu nama tersebut, hendak mencaci maki kesombongan Elina yang tidak ada apa-apanya. Namun, sedetik kemudian wanita itu terkejut. Dia ternganga memandang Elina tidak percaya. "Ka-kau..." katanya gagap.

Elina memasang senyum lebarnya, lesung pipinya yang timbul menambah kecantikannya itu. Jarinya menyelipkan anak rambutnya yang tergerai di sela telinga. "Omo~ Anda terkejut ya Nyonya bahwa saya tidak kalah jauh dari Anda? Ah, atau ternyata saya lebih daripada Anda?" tutur Elina sarkas. Ditambah dengan ekspresi sok polosnya yang terlihat menyebalkan.

*Omo (오모) artinya astaga atau ya ampun .

"Kenapa, Ibu?" tanya Hans penasaran yang lalu mengambil alih kartu nama tersebut. Seketika dia membekap mulutnya dengan satu tangan. Matanya terbelalak memandang tidak percaya Mino dan Mina. "Mereka anak konglomerat?"

Mina terkekeh sejenak. "See? Jangan pernah sombong bila tidak mengenal lawanmu. Pepatah mengatakan, 'Masih ada langit di atas langit'. Aku doakan kalian cepat sembuh dari keterkejutan ini," ucap Mina seraya menaikkan satu alisnya dan tersenyum miring.

"Kak, yuk pulang. Mino kesakitan, aku harus merawatnya dengan penuh kasih sayang agar lekas sembuh," lanjut Mina sembari tersenyum manis kepada sang kakak.

Alasan, pikir Elina sembari memutar bola matanya.

"Kalau begitu, saya mengajukan permintaan kepada Pak Guru untuk mengizinkan ketiga murid ini pulang lebih awal. Kami harus ke rumah sakit untuk mengobati luka-luka kedua orang ini sebelum terjadi infeksi, ah sekalian meminta hasil rontgen untuk dilaporkan kepada pihak berwajib bahwa adikku dikeroyok secara ramai-ramai," cetus Elina tajam.

Gadis itu merangkul Mino berjalan dengan ekspresi khawatir. Sebelum berbalik pergi, dia menundukkan kepalanya singkat agar tidak dicap sebagai orang tidak sopan kepada yang lebih tua.

Semua orang yang berada di situ terbengong setelah mengetahui identitasnya. Siap-siap saja berita mengenai latar belakang kedua anak kembar itu tersebar ke seluruh sekolah bahkan sosial media.

❇️❇️❇️

Rumah Sakit Byul University

"Auw, apha," ringis Mino sembari mengernyitkan wajahnya. Perawat di sana mengoleskan salep ke luka di pelipis, sudut bibir, dan hidungnya.

(*Apha (아파) artinya sakit.)

Muka lelaki muda itu terus mengerut seperti orang lansia yang mempunyai keriput. Sementara temannya, Jun, juga tengah diobati oleh perawat lain. Mereka duduk di ranjang masing-masing di UGD.

 Mereka duduk di ranjang masing-masing di UGD

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Penjahat Keluar Dari Game (On Hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang