Ch 23 - Bully (2)

1.1K 208 91
                                    

Rachel menggertakkan giginya geram. "Kalian berdua, pegangi si jalang ini!" titahnya.

Sontak kedua orang tersebut langsung menuruti perintah Rachel dan memegang tangan Elina dengan kuat. Sementara Elina terus meronta-ronta dan berteriak kencang.

"Apa yang mau kau lakukan, huh?" pekik Elina was-was.

Tanpa banyak bicara, Rachel mendaratkan sebuah tamparan keras di pipi kiri Elina. "Untuk memberimu pelajaran."

Lalu dia menampar pipi kanan Elina juga dengan keras. Kemudian dia menendang perut Elina sampai gadis itu terjungkal ke belakang memegangi perutnya.

Melihat itu Rachel menginjak betis kaki gadis itu dengan kuat lalu menjambak rambut Elina. "Kang Jimin adalah milikku!" ucapnya dengan penuh penekanan.

"Siswi culun sepertimu tidak pantas bersanding dengan Kang Jimin, sang pangeran sekolah ini. Karena lelaki itu hanya pantas bersanding denganku, sang peri sekolah," lanjutnya dengan percaya diri.

"Cuih!" Elina mengumpat lalu tersenyum sinis, walau sudut bibirnya terasa sakit dan robek akibat tamparan tadi. "Setan sekolah yang berkedok menjadi peri. Lucu sekali."

Rachel semakin geram lalu mengambil sebuah tongkat kayu dan memukulnya ke perut lalu ke kaki sang korban berulang kali. Kedua temannya dengan panik mencegah Rachel mendaratkan pukulan lagi.

Jeder!

Suara guntur mulai terdengar dengan beberapa kilatan petir yang terlihat dari jendela atas gudang. Wajah Rachel kelihatan begitu bengis, dia mencengkeram dagu Elina dengan kasar.

"Orang sepertimu tidak pantas bersekolah di sini," desis Rachel lalu menghempas kasar kepala sang korban.

Elina tak berdaya hanya bisa terbaring di lantai yang dingin dengan badan nyeri. Saat ini dia hanya ingin pulang ke rumah, berkumpul dan makan malam bersama keluarganya. Dia menggigit bibirnya menahan tangisan yang akan meledak.

Apa salahku? Batinnya. Dia bahkan belum memberikan jawaban kepada Kang Jimin yang menembaknya, dia memang sedikit kagum dengan sikap gigih pria itu yang terus mendekatinya selama beberapa minggu ini. Namun, Ibunya selalu melarang dia untuk berpacaran karena masih kecil. Jadi ya pasti akan dia tolak dong. Buat apa Rachel begitu marah padanya?

Bunyi gluduk semakin terdengar keras, angin pun bertiup kencang pertanda malam ini akan terjadi hujan badai. Suasana begitu tampak mencekam, Elina membenci aura suram yang seperti ini.

"Rachel, lebih baik kita pulang. Ini sudah mau hujan," tutur salah satu temannya.

"Bagaimana dengan dia?" tanya temannya yang lain, Hyorin.

Rachel mengerling sebentar lalu membalikkan badannya. "Biarkan saja dia di sini. Ah atau kita masukkan dia ke loker tidak terpakai di sana?" Matanya menatap sebuah loker besi 3 pintu yang sudah karatan di sudut ruangan.

"Rachel, jangan begini," timpal temannya dengan raut muka cemas. Dia tahu sesadis apa Rachel jika sudah bertindak keterlaluan.

"Hyorin, kau memihak si culun itu?" gerutu Soo Ah cemberut.

"Bukan begitu. Sebenarnya Elina tidak bersalah. Kang Jimin yang duluan menargetkan dia sebagai bahan taruhannya. Aku mengetahui itu karena mendengarnya," tutur Hyorin seraya memainkan tangannya gusar.

Rachel belum mengetahui hal ini karena Hyorin tidak mengatakannya. Karena menurut Hyorin, Rachel dan Kang Jimin bukanlah pasangan resmi. Jadi buat apa Hyorin memberitahukan hal ini kepada Rachel, bukan? Rachel sangat terobsesi dengan Jimin yang mempunyai paras tampan dan otak yang cemerlang, jadi dia selalu mengatakan bahwa Kang Jimin adalah kekasihnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 12, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Penjahat Keluar Dari Game (On Hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang