Jennie merutuki hujan yang turun saat ini. Dia bingung bagaimana caranya ia bisa sampai dirumah secepat mungkin. Keadaan tidak memungkinkan baginya untuk pulang. Dia ingin memesan taksi, tetapi tidak bisa karena hpnya yang kehabisan baterai. Dia juga tidak membawa payung tadi karena cuaca sangat cerah. Ia menghela nafas panjang, haruskah ia menerobos hujan? Rumahnya tidak terlalu jauh dari kampusnya, hanya berjarak 15 menit kalo ditempuh dengan berjalan kaki.
Jennie tenggelam dalam pikirannya, ia tidak menyadari lelaki yang berdiri di sebelahnya. Lelaki itu sibuk menengadahkan tangannya untuk menampung rintik air hujan yang jatuh dari ujung atap gedung. Ia sangat menyukai hujan bahkan aroma setelah hujan berhenti turun. Baginya, aroma itu sangat menenangkan dan membuatnya merindukan seseorang yang entah siapa.
Saat Jennie hendak menerobos hujan, tangan lelaki itu dengan cepat menariknya sehingga membuat Jennie langsung berhadapan dengan lelaki itu. Lelaki itu menatap Jennie lekat.
"Sepertinya kau butuh tumpangan untuk pulang.", ucap lelaki itu.
"Tidak, terimakasih Baekhyun-ssi.", balas Jennie datar.
"Baiklah terserah padamu saja, tetapi aku akan tetap mengantarkanmu pulang.", ucap Baekhyun sambil menarik tangan Jennie menuju parkiran dimana mobilnya terparkir.
Jennie tak habis pikir, bisa-bisanya dia diam saja dan menuruti Baekhyun. Bahkan ia hanya bisa menatap ke arah jendela tanpa berniat mengajak Baekhyun untuk sekedar berbincang dalam perjalanan pulang. Alunan lagu ballad mengisi ruang yang sunyi di dalam mobil yang berisi dua insan yang sibuk dengan pikirannya masing-masing.
"Ternyata selera musiknya masih sama", batin Jennie. "Sepertinya ia juga masih menyukai hujan", gumam Jennie.
"Kau berbicara denganku?", tanya Baekhyun.
"Tidak, aku hanya berbicara dengan diriku sendiri. Abaikan saja perkataanku yang tadi.", balas Jennie.
"Mmm, baiklah. Lagian aku juga tidak mendengarnya, suaramu terlalu kecil.", ucap Baekhyun.
Setelah percakapan singkat mereka, keheningan kembali menerpa hingga mereka sampai di tempat tujuan. Jennie dengan segera turun dan mengucapkan terimakasih tanpa mendengarkan balasan dari Baekhyun.
-
Baekhyun saat ini merebahkan badannya di kasur nyamannya. Ia menatap langit-langit kamarnya sambil memikirkan tentang Jennie.
"Aku seperti pernah bertemu dengannya. Wajahnya sangat familiar. Dan mengapa jantungku sangat sakit ketika menatap wajahnya?", pikir Baekhyun.
Rasanya, Baekhyun sangat ingin menangis ketika ia menatap Jennie, bahkan ia juga melihat tatapan Jennie yang sendu. Ia juga merasa, Jennie menghindarinya dan bersikap sangat tidak ramah padanya. Padahal mereka baru bertemu beberapa kali dan sempat berkenalan waktu itu.
-
Jennie sudah selesai membersihkan dirinya dan saat ini ia sedang memasak mie rebus di dapur. Hujan masih setia turun untuk membasahi bumi. Sepertinya hujan ini akan awet sampai malam hari. Hal yang disukai Jennie, karena hujan membuat tidurnya nyenyak.
Setelah memakan mienya, Jennie merebahkan badannya di kasurnya. Tiba-tiba ia menjadi sendu dan merindukan seseorang. Walaupun ia merindukan pria itu, tetapi rasa bencinya juga masih begitu melekat pada pria itu. Tetapi, sekuat apapun Jennie membencinya ia tidak pernah menyesal mencintainya. Entah perasaan macam apa uang dimiliki Jennie. Ia tidak ingin memikirkan itu lebih lanjut.
-
Dering telpon pagi ini sungguh memekakkan telinga sehingga membangunkan sang empunya. Jennie langsung mengangkat panggilan telepon tersebut tanpa melihat siapa yang menelponnya pagi ini dan mengacaukan tidur nyenyaknya.
"Hallo", ucap Jennie dengan suara serak khas bangun tidur.
"Hei, putri tidur. Apa kau lupa kalau kita ada kelas pagi hari ini?", balas Jiyeon di seberang sana.
Jennie membulatkan matanya. Ia segera mengecek jam disebelah tempat tidurnya, jam menunjukkan pukul 10 pagi.
"Hei, kenapa kau tidak membangunkanku Jiyeon-a? Mmm, aku jadi melewatkan kelas kesukaanku.", ucap Jennie sedih.
"Aku sudah meneleponmu berkali-kali. Coba saja lihat berapa panggilan tak terjawab yang sudah aku lakukan nona.", balas Jiyeon.
Belum sempat Jennie menjawab, Jiyeon kembali bersuara.
"Oh iya, kelas siang ini dibatalkan. Aku akan kerumahmu. Tunggu aku ya.", ucap Jiyeon semangat.
"Mmm, baiklah. Aku kira kau akan melupakanku karena pangeran berkuda putihmu sudah kembali. Aku akan menunggumu dan melanjutkan tidurku lagi. Aku masih mengantuk, jangan lupa membawakan makanan untukku.", balas Jennie.
"Kau ini, mana mungkin aku melupakan sahabat gembulku. Baiklah, akan kubawakan untukmu, nona gembul.", jawab Jiyeon.
Jiyeon segera mematikan panggilan telepon tersebut sebelum disemprot oleh Jennie karena barusan mengatai gadis itu gembul.
-
Nyatanya, Jennie tidak bisa melanjutkan tidurnya lagi semenjak ia membaca pesan yang dikirimkan Baekhyun padanya. Ia hanya menatap pesan yang sudah dibaca olehnya itu tanpa berniat membalasnya. Terbersit pikiran aneh dipikirannya. Apakah Baekhyun pura-pira lupa atau melupakannya? Bagaimana bisa lelaki itu mengirimkan pesan seperti ia tidak mengenal gadis itu, seakan akan mereka baru berkenalan.
Dia membaca ulang pesan yang dikirimkan Baekhyun sambil menggumamkannya.
"Ini aku, Baekhyun. Pikiran ini selalu mengangguku. Aku ingin menanyakan satu hal padamu, apakah kita pernah bertemu ataupun dekat sebelumnya? Karena sepertinya aku sangat familiar dengan wajahmu.", gumam Jennie.
"Wah, aku tidak habis pikir dengannya. Setelah ia menyakitiku saat itu, kini ia bahkan lebih menyakitiku dengan melupakan ekstensiku dulu saat dengannya.", kesal Jennie.
.
.
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untitled
FanfictionKesenangan yang sementara telah dirasakan oleh seorang Jennie kim. Akan tetapi ada sebuah atau bahkan lebih banyak kesedihan yang tersirat di kehidupan Jennie kim ketika kesengajaannya yang bertemu seorang pemuda yang rupawan bernama byun baekhyun...