sebuah tugas

2.6K 108 4
                                    

Dr.Rania Anindya lulusan terbaik dari universitas terbaik di ibukota. Dia seorang dokter umum yang di kenal dengan kepintaran serta kecantikan wajahnya.

Mata yang indah, hidung mancung serta bibir mungil yang mampu menghipnotis setiap orang yang melihat nya. Dia juga di kenal sebagai dokter baik hati dan banyak di senangi oleh pasiennya.

Di balik kesempurnaannya dia menyimpan rasa sakit yang begitu dalam. Bertahun-tahun dia mencoba bangkit dan memulai hidupnya kembali hingga dia berhasil mengalahkan rasa sakitnya Dengan kesuksesan nya di masa muda.

Kini dia sedang berpindah tugas dari rumah sakit umum biasa ke rumah sakit khusus TNI angkatan darat.

Sudah dua bulan ini dia bekerja mengapdikan diri untuk rumah sakit militer dengan sepenuh hati.

"Dr. Rania Anindya"

Wanita yang di panggil namanya itu menoleh, melihat siapa yang memanggil nya Dengan nama lengkap

"Iya pak" jawabnya, ternyata yang memanggil nya adalah jendral Andika, beliau adalah pemilik rumah sakit sekaligus pemimpin TNI AD

"Dokter Rania. kita ada keadaan darurat, prajurit kita banyak yang terluka di desa jaya, mereka yang bertugas menjaga perbatasan rupanya mengalami penyerangan secara terus menerus sehingga banyak prajurit yang terluka"

Rania mengerti maksud jendral Andika, Rania tau bahwa di perbatasan tidak ada tenaga medis yang bertugas karna para prajurit membangun barak mereka di tengah hutan jauh dari permukiman warga.

" Saya memberi tugas pada dr Rania untuk ke perbatasan besok, dan saya juga mengirim dua perawat yang akan membantu dokter di sana, apa anda bersedia?"  Rania berpikir sejenak

Dia sudah terlanjur nyaman berada di rumah sakit, karna itu adalah kesenangan baginya bertemu dengan banyak pasien, tapi prajurit disana juga membutuhkan nya, mereka terluka dan keadaan darurat ini tidak bisa Rania sepelekan

Ini pertama kalinya dia bertugas di luar rumah sakit, tentu banyak kekhawatiran yang melandanya

"Saya siap jendral" jawabnya dengan tegas. Inilah keputusan nya, dia akan berangkat memenuhi sumpah nya sebagai seorang dokter untuk menyembuhkan dan menolong orang yang membutuhkan nya.

"Terimakasih dokter dan selamat bertugas" jendral Andika pergi dari hadapan Rania, dia tau gadis itu bisa di andalkan, maka dri itu dia memilih Rania yang pergi ke perbatasan bukan dokter senior lainnya

Jam istirahat Rania pergi ke cafe rumah sakit, dia mengisi perutnya yang sudah kelaparan dari tadi pagi.

Rania duduk di salah satu bangku cafe, dia benar-benar harus mengisi tenaga nya, dia buruh makan yang banyak agar lebih kuat menghadapi hari yang sulit ini.

Dua orang wanita menghampiri Rania yang sedang makan dengan damai.

"Dokter Rania, kami dengar anda akan pergi ke perbatasan?" Tanya Silvi, Dia adalah sahabat Rania sejak kuliah, mereka berbeda jurusan karna Silvi adalah seorang  perawat di rumah sakit

"Dokter kok tega sih? Dokter gak kasian sama kita?" Sahut azura, dia adalah sahabat Rania juga, mereka bertemu di rumah sakit dan sering melakukan tugas bersama

"Kalian kenapa sih?" Rania bingung sebab dua orang di depan nya ini menghampirinya dengan wajah sedih dan tidak bersemangat

"Jawab dulu pertanyaan kita, dokter akan pergi ke perbatasan? Dokter tega ninggalin kita berdua di sini?"

"Iya" jawab Rania malas karena dia amat sangat tau dua manusia yang berdiri di depan nya ini sangatlah drama

"Dokter serius? Kok dokter tega ninggalin kita berdua? Kita gak bisa hidup tanpa dokter?" Rania hanya terkekeh melihat tingkah dua sahabat nya itu

"Udah deh kalian, sini duduk dan makan" azura dan silvi pun mengikuti perintah Rania dengan wajah yang cemberut

"Kalian kenapa, orang aku cuma pergi bertugas. Kita juga masih bisa telponan, lagian aku gak bertugas selama nya di situ cuma lima bulan"

"Aku tau kalian khawatir, tapi aku gak pergi sendirian. Jendral Andika bilang dia akan mengirimkan dua perawat yang akan membantu aku selama di sana"

Silvi dan azura semakin cemberut, pasalnya mereka selalu bertiga kemana-mana, mereka saling melengkapi

"Aku mau ngomong sama jendral Andika deh supaya aku dan azura yang ikut kamu ke perbatasan" Silvi benar-benar tidak mau sahabat nya itu pergi sendirian ke perbatasan

"Aku juga gak rela kamu tinggalin" Rania terkekeh melihat kedua sahabat nya itu, Rania bersyukur sekali bertemu dengan Silvi dan azura karna mereka berdua lah yang mengerti Rania selama ini

Mereka berdua adalah saksi bagaimana perjuangan Rania untuk sembuh dari luka masa lalu

"Emang kamu siap ninggalin bebeb kamu?" Ejek Rania. ya azura mempunyai kekasih, dia adalah TNI khusus tenaga kesehatan yang bertugas di rumah sakit juga

"Ya dia kan tugas di sana juga" dengan senyuman tanpa dosa azura ternyata mempunyai niat lain

"Pantes pengen ikut Rania ke perbatasan. Dasar bucin" azura hanya terkekeh mendengar celetukan sahabat nya itu

"Tapi ran, kita gak rela kelepasin kamu sendirian ke perbatasan, kamu tau sendiri di rumah sakit ini cuma kamu yang mau temenan sama aku yang cuma perawat biasa ini" sejak Rania bergabung di rumah sakit militer, hanya Rania yang mau berteman dengan azura

Azura di jauhi oleh orang-orang yang bekerja di rumah sakit hanya karena dia dari kalangan biasa, beda dengan mereka yang terlahir kaya.

"Udah deh jangan sedih gitu, aku cuma ke perbatasan selama lima bulan, setelah tugas aku selesai kita bisa ngumpul bareng-bareng lagi"

"Ya kita gak rela aja" mereka hanya bisa pasrah, ya mau bagaimana lagi ini adalah tugas yang tidak bisa di sepelekan.

Mereka hanya berharap jendral Andika akan mengirimkan mereka berdua mendampingi Rania.




Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 05 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PERGI UNTUK KEMBALI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang