light

389 38 0
                                    

Selamat membaca 💞💞💞

"Langitnya cerah bukan ?"

Ucapan seorang pria di sebelahnya membuat Alluca mengerutkan dahinya. Ia mungkin memakai earphone untuk menghalau beberapa suara mengganggu di sana. Tapi tadi pria itu benar benar mengucapkan sebuah kalimat. Apa telinganya tak berfungsi dengan baik ?

"Tak seperti hatiku yang dipenuhi awan kelabu"

Alucca kembali bingung, kini sampai ia mengecilkan volume earphone miliknya. Tak ada orang di samping kanan mau pun kirinya. Ia sedang berbicara pada siapa ? Tak mungkin pada kawanan kupu kupu yang beberapa kali melintas melewatinya.

"Kau tahu aku selalu menantikan pelangi, setidaknya tolong singgah beberapa detik saja tetapi ia bahkan enggan untuk menyapaku" lanjutnya sendu.

Alucca melepaskan earphone miliknya mulai tertarik akan kelanjutan kalimat dari pria yang berbicara sambil menatap kawanan awan yang berlalu lalang.

"Mereka sungguh manis ya. Beriringan, bersama sama seakan tahu bahwa semesta akan memecah belah mereka di waktu yang dekat"

Membuat Alluca ikut menengadahkan wajahnya ke atas. Matanya sibuk mengikuti jalannya kawanan awan. Tapi telinganya tak berhenti untuk menarik setiap kalimat yang keluar dari mulut pria itu dan menyalurkannya pada otak Alluca.

"Harimu berat ?" Kalimat yang tiba tiba meluncur dari mulut Alluca yang sedari tadi menutup. Bukan kehendaknya Alluca pun sempat terkejut sendiri kala kata kata terucap dari bibirnya.

"Ah maaf, aku mengira kau masih setia dengan alunan lagu ditelingamu" Ya. Pria itu tak menyadarinya sedari tadi Alluca mendengar dengan jelas setiap kalimat yang ia ucap.

"Tak masalah. Aku bisa menjadi pendengarmu, tapi maaf tak bisa jadi penasehat aku sangat buruk akan hal yang satu itu"

Pria itu terkekeh. Senyuman yang sedari tadi tak tampak di wajahnya kini dengan jelas ia tunjukkan pada Alluca.

"Pendengar pun sudah lebih dari cukup untukku. Terima kasih sebelumnya" Alucca menganggukkan kepala. Ini sangat jauh dari rencana awalnya tapi apa daya ia sudah kepalang jatuh dalam setiap kalimat pria itu.

"Beberapa saat lalu seseorang dari masa laluku kembali. Mengapai tanganku dan memelukku erat. Tapi sayangnya bukan sebuah kabar baik yang terucap dari bibirnya"

"Ia menangis di dadaku. Menarik ujung kemejaku erat seakan menaruh harapan yang besar padaku"

"Butuh waktu lama untukku menyatukan kepingan puzzle hatinya yang berantakkan. Butuh waktu lama untukku mengusap setiap rintihan air mata yang jatuh ke wajah cantiknya. Butuh waktu lama untukku mendatangkan tawa untuknya" Pria itu tersenyum seutas memori berlarian dikepalanya. Dengan gambaran wanita yang sedang tersenyum lebar.

"Aku mungkin menunggu kedatangan hari itu hari di mana ia datang ke pelukanku dan mungkin ada secercah harapan untukku agar bisa mendampinginya hingga akhir"

"Bagaimana selanjutnya ? Dia pergi darimu ?" Katakan Alluca tak punya tata krama tapi bagaimana lagi, jeda yang diberikan pria itu cukup lama kali ini.

Pria itu tersenyum lembut menatap Alluca yang menatapnya pula. Ia menggeleng pelan.

"Dia ada, tapi tak memilihku untuk mendampinginya"

"Dia ada, tapi tak memilihku untuk mendampinginya"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Yerin [One Shoot]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang