#12 - Mendadak Microblog

7 2 0
                                        

Apa itu microblog? Blog berukuran kecil. Tipe blog seperti ini emang punya keterbatasan dalam jumlah huruf dan kata. Jadi, kita kudu puter otak biar setiap kata yang digunakan efektif.

Jenis blog ini mulanya populer semenjak kemunculan Twitter. Yup, awalnya Twitter emang situs microblog sebelum bergeser jadi media sosial.

Konten yang biasa digunakan untuk microblog jauh lebih pendek dan singkat. Kadang juga berseri seperti halnya kultwit (kuliah Twitter) yang populer di era 2010-an.

Membuat microblog gak harus pakai Twitter kok. Kita juga bisa memanfaatkan media yang sama kecilnya seperti Twitter (contoh: IG, TikTok) untuk memulai ini.

Kenapa Kudu Microblog?

Jujur, ane gak laku di sini. Stamina menulis ane pun turun. Dari semula maksimal menulis 2k kata perhari jadi < 500 kata. Itu di luar kesibukan sekarang.

Ane emang ingin jadi penulis dan senang berbagi. Bukan berarti ane gak bisa jadi penulis buat berbagi pengetahuan dan pengalaman.

Itu sebabnya ane mulai jadi microblogger dengan modal akun IG pribadi lama yang diubah jadi akun kreator. Soalnya ane lupa password akun Twitter lama.

Ane inget post pertama di luar koleksi foto pribadi itu soal tips ikut event nulis maraton. Pas lagi ane bikin waktu ngemaso NaNo 2020.

Pertumbuhan akunnya emang sih lambat, tapi lebih cepet daripada Wattpad. Alhamdulillah sekarang mau tembus 200 followers di IG dengan interaksi yang jauh lebih rame daripada di sini. Itu dalam waktu 3 bulan.

Ane juga lebih bebas jadi diri sendiri. Ane bagikan tips dan pengalaman menulis sambil ngereceh. Receh itu jalan ninja ane. 😎

Pembelajaran Berharga

Ada pelajaran berharga yang bisa ane petik selama belajar jadi microblogger.

1. Kenali audiens.

Ini penting banget. Berhubung ane udah main langsung tembak niche, fokusnya lebih terarah.

Ane baca dari analytics kalo sebagian besar pengunjung ane di usia 17-34 tahun, penyuka pop culture (animu, drakor, film, game, dll), dan mayoritas pake nomor +62 22. Makanya ane bisa langsung tembak niche karena audiens ane pun spesifik.

2. Konten yang efektif

Bahasan microblog itu beda sama nulis blog ato artikel. Bedanya cuman di jumlah huruf dan durasi.

Gimana caranya bikin konten yang pas sama durasi video FYP TikTok dan muat di IG/Twitter? Itulah tantangannya.

Berbekal bantuan analytics juga main ke akun sesama microblogger lainnya, ane belajar cara bikin konten efektif biar main di level niche sekalipun.

Kalo kita sering main terus amati microblogger lain yang bangun akunnya, kita bakalan tahu pola yang efektif dan disukai pembaca. Hasilnya ya angka di analytics baik dan komentar berdatangan.

3. Branding yang efektif

Membangun microblog juga bisa jadi cara kita membangun branding. Apalagi buat ane yang branding-nya kacau banget dan pengen reset dari awal.

Semenjak main di sana, ane masih tetep jadi penulis receh.

Soalnya prinsip ane buat nulis dari zaman main blog itu gini.

Tulisan serius, tapi receh.

Hal itu efektif buat naikin traffic dari zaman masih aktif di blog. Soalnya ngereceh itu emang gak lepas dari diri ane di dunia nyata. Biar ane bukan "urang Sunda tulen", soal heureuy alias bercanda sudah mendarah daging.

Personal LogbookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang