[Daily Clover Marathon]
Ketika semua ide tumpah di kepala, riset sudah dilakukan, tapi tak sedikitpun ada keinginan untuk memulai, sepertinya ada yang salah.
Ini hanya sepenggal kisah seorang mata duitan yang ingin kembali jatuh cinta pada dunia ima...
Udah mah tulisan ane diksinya ketinggian, susah dipahami, jarang promosi, dan mati aja lo!
Bahasanya tega ya? Emang.
Ane gagal di fiksi bukan berarti gagal di bidang lain.
Pokoknya ane kudu bisa jadi penulis. Malu dong tiap nulis biodata selalu cantumin pekerjaan sebagai penulis, tapi karya minim.
Bermula dari pengalaman nulis dk blog, ane beraniin diri buat nulis artikel.
Receh Gak Menjamin Kesuksesan
Jujur aja, ane itu bisa dibilang penulis receh dan garing. Gak cuman karena di dunia nyata emang gitu sih.
Semua berawal dari mabok kodingan. Udah tahu ane benci ngoding, tapi menyiksa diri di Informatika. Akhirnya ane cari modul biar setidaknya gak oon banget di kelas dan ketemu buku ini.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Yup, seri Head First. Buku belajar ngoding paling ramah di kepala. Bahasa di buku ini sangatlah receh.
Apa hubungannya sama nulis? Buku ini mengajarkan ane banyak hal soal teknik menulis di samping masalah ngoding.
Lebih baik tulisan sederhana dengan lelucon karena itu lebih mudah dicerna otak.
Prinsip ini ane temuin dari buku seri Head First. Itu selalu jadi pegangan ane buat menulis.
Efek sampingnya, prinsip ini berhasil angkat blog yang sesepi kuburan jadi ramai pada tahun 2014–2019. Sejak saat itulah tulisan ane selalu identik dengan receh.
Sayangnya, itu gak berlaku buat nulis artikel. Gaya tulisan ane yang receh bikin artikel ditolak berkali-kali.
Pasar Gak Selalu Bisa Diprediksi
Ane jadi keinget kutipan di cerita ane sendiri.
Keakuratan analisisku tidak lebih dari 90%. Sisanya gabungan dari faktor toleransi statistik dan kuasa Tuhan.
Buat yang gak ngerti maksudnya, ane bicarain sampling error. Kesalahan dalam proses penghitungan statistik yang bisa diakibatkan beragam faktor seperti kecerobohan manusia dan kuasa Tuhan.
Itu sebabnya jangan percaya gitu aja sama hasil quick count pilkada.
Hal ini berlaku pula dalam masalah riset.
Data emang bisa bicara banyak hal selama kita mau mengolahnya. Seakurat apapun kita menganalisis data jadi bahan pengambilan keputusan, pasti ada saat hal itu tidak akurat di dunia nyata. Contohnya masalah tren dan pasar.
Ane selidiki apa aja yang bikin artikel ane diterima di salah satu situs. Ane pelajari tipikal tulisan yang dimuat di sana. Ane pelajari topik apa aja yang diterima. Abis itu ane ikutin gaya tulisan ane sesuai pasar di sana.