1. day 455

514 91 5
                                    

DAY 455

"Bagus sekali, Wood!"

Teriakan-teriakan dengan semangat membara itu terdengar ke seluruh penjuru lapangan Quidditch yang kini sedang di dominasi para pemain berseragam merah dan biru.

"Ya ampun! Apa kau lihat yang barusan? Dia melakukan teknik itu lagi!"

Dengan jelas, perempuan itu mendengar suara heboh beberapa meter di sebelahnya. Dia menoleh, dan menemukan si Cantik berdasi hijau-silver itu—lagi. Entah sudah keberapa kalinya Crystal menjumpai Iris yang selalu hadir di setiap pertandingan Quidditch yang sama dengannya.

Masalahnya adalah, Slytherin, asrama Iris, sedang tak bertanding hari ini. Crystal kembali memperhatikan ke lapangan. Penuh dengan seragam biru dan merah, seperti yang sudah diceritakan di awal tadi.

Crystal mengembuskan napas panjang. Dia kemudian lagi-lagi melirik Iris yang sedang bersorak meneriakkan nama Oliver Wood dengan senangnya. Sedikit merasa aneh pada hatinya, Iris ini cantik sekali. Kalau disandingkan dengan Oliver si Kapten Quidditch, pastilah seimbang.

Jelas tidak seperti dia. Hei, dia ini siapa?

"Ya ampun ini payah sekali." Sage menggerutu di sisi lain Crystal. "Hei, ayo kembali." Tawarnya pada gadis itu.

Tapi Crystal hanya diam.

"Astaga, apa kau tidak melihat asrama kita kalah telak oleh mereka? Dan kau jelas seorang Ravenclaw disini, jadi ayo kita pergi sebelum pertandingan berakhir dan tak perlu mempermalukan diri sendiri." Laki-laki berambut gelap itu berdiri, menarik tangan Crystal yang masih lempeng tak bersemangat.

Keduanya berjalan bersebelahan di lorong yang penuh dengan siswa-siswi Hogwarts yang berlalu-lalang di sore hari.

"Hei, hei, hei!" seorang gadis berambut pirang tiba-tiba berlari kearah mereka dengan terburu-buru. "Crystal! Kau harus segera ke Hospital Wing sekarang." katanya susah payah sambil mengatur napasnya.

"Ada apa?" tanya gadis itu.

"Silver! Dia terjatuh!"

Sage berdecak, "Lagi? Ya ampun, sepertinya dia harus pensiun dari posisi Keeper." Desisnya. "Hei, tapi, apa? Kami baru saja dari lapangan.."

"Ya.. uh Carmen, apa kau yakin itu Silver?" tanya Crystal lagi.

Perempuan yang dipanggil Carmen itu mengangguk mantap. "Ayo cepat!"

*****

"Ini sudah ketujuh kalinya di musim ini." Crystal melipat tangan di depan dadanya. Menatap laki-laki berambut gelap yang terbaring itu dengan galak. "Jika aku melaporkan pada Ayah sejak jatuhmu yang keempat, kau mungkin sudah disuruh keluar dari Quidditch."

Silver berdecak malas, "Hei, mungkin kau bisa salahkan pacarmu itu yang entah kenapa sepertinya selalu memiliki dendam padaku." Gerutunya.

Entah karena marah atau malu, tapi wajah Crystal memerah. "Pacar." Dia mendesis sarkastik.

Sage memutar bola matanya, "Baiklah, Kembar Aneh, sebaiknya kalian berfokus pada kegiatan masing-masing. Seperti Silver memulihkan diri, dan Crystal yang harus mengerjakan esai." Dia memegang kedua bahu Crystal, bersiap mendorong perempuan itu keluar Hospital Wings.

"Astaga esai!" dari kasurnya, Silver berteriak kelupaan.

Crystal tertawa meremehkan, "Kau pasti belum mengerjakan."

"Aku itu sibuk, tahu." Laki-laki itu membela diri. "Hei, Sage.. aku akan mentraktirmu jika—"

"Tidak." Potong Crystal cepat. "Ayo kita pergi, Sage." Kemudian gadis itu menggandeng Sage keluar tanpa memperdulikan teriakan kembarannya yang meminta mereka untuk kembali.

"Hei, sejujurnya aku sedikit kasihan dengan Silver.." Sage bersuara sekeluarnya dari Hospital Wings.

Crystal masih dengan kuat menarik tangannya, berjalan menuju Ruang Rekreasi Ravenclaw. "Tidak, kau sudah mengasihaninya enam kali. Jangan membuatnya menjadi tujuh." Katanya ketus. "Aku tidak peduli jika besok Professor Snape menyuruhnya berlari mengelilingi lapangan hingga dia ingin mati."

Sage tertawa, "Kau jahat sekali untuk ukuran saudara kembar."

"Aku tak pernah minta dilahirkan kembar dengan orang bodoh itu." Gadis itu mendengus. Dia mengambil belokan ke kanan dan berpapasan dengan para pemain Quidditch asrama sebelah, Gryffindor.

Semuanya masih menggunakan seragam lapangan, sepertinya baru kembali dan sedang berjalan kearah Hospital Wings. Jelas untuk menjenguk Silver. Karena walaupun mereka musuh di lapangan, tentu berbeda ketika pertandingan telah berakhir.

Crystal tak bisa mengenali orang-orang itu karena mereka cukup banyak dan bergerombol, dan begitu ramai membicarakan sesuatu dengan tertawa. Tapi, tentu dia bisa mengenali satu orang itu.

Sang Kapten.

Yang terpaku sejenak melihat tangan gadis itu bergandengan dengan laki-laki di belakangnya. Crystal menatap Oliver yang juga menatapnya.

Hanya dua detik, sebelum laki-laki berambut gelap itu memilih kembali menyusul teman-temannya.

*****

lily collins as crystal sea on mulmed!

WONDERWALL - Oliver WoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang