"Rin, lo dipanggil Pak Kim ke ruangannya."
Yang diajak ngomong tidak mengiyakan ataupun menolak. Dia cuma diam, tak berniat mengeluarkan sepatah kata pun dari mulutnya. Sakit di kepalanya benar-benar menyiksa, dan itu membuatnya tak nyaman. Makanya sejak tadi dia lebih memilih bungkam daripada meladeni orang-orang yang baginya menjengkelkan.
Seperti Yooa, contohnya.
"Ck, terserah."
Perempuan itu melengos pergi karena ucapannya tak ditanggapi Yerin. Tapi justru Yerin malah bersyukur karena akhirnya punya waktu untuk kembali sendiri.
"Nghh.."
Yerin meremas rambutnya saat merasakan denyutan di kepalanya terasa semakin parah. Dan kali ini ia ikut merasa perutnya seperti diaduk-aduk, mendesak Yerin agar cepat-cepat mengeluarkan isinya.
Sontak Yerin langsung berlari kecil menuju toilet dan menutup mulutnya dengan tangan. Mengabaikan tatapan heran pegawai lain yang berpapasan dengannya.
Ia kemudian berlutut di depan toilet, memuntahkan isi perutnya disana. Tidak ada apapun yang keluar selain air, namun bekas muntahannya itu meninggalkan pahit di dalam tenggorokannya. Sangat tidak enak.
Dan setelah rasa mualnya hilang, Yerin terduduk di lantai. Tak lagi mempedulikan bahwa tempat itu sangat tak higienis. Dia terlalu lemah, merasa sangat tak berdaya seakan tenaganya telah dikuras habis. Untuk beberapa saat Yerin hanya diam disana sembari mengatur ritme napasnya yang tak beraturan.
"Loh, Rin? Kamu kenapa?"
Ireneㅡsupervisor-nya, datang dengan wajah panik. Ia berjongkok di depan Yerin, memegangi keningnya. "Nggak panas, tapi muka kamu pucat," katanya.
"Pusing, Mbak.." adunya.
Yerin sangat ingin menangis saat ini sebagai pelampiasan rasa sakitnya. Namun sebisa mungkin ia menahannya, berusaha untuk berdiri meski tungkainya bergetar.
Untungnya Irene berbaik hati membantunya. Wanita yang lebih pendek dari Yerin itu memapahnya kembali ke biliknya, lalu membantu Yerin kembali duduk di kursinya.
"Sebentar, ya. Saya bikinin teh hangat supaya kamu enakan."
Yerin cuma mengangguk, memejamkan mata karena sakit kepalanya tak mau hilang. Dia tak mengerti kenapa sakitnya bisa sampai separah ini, padahal tadi pagi dia merasa baik-baik saja sebelum pergi ke kantor.
"Yerin."
Wanita dua puluh tujuh tahun itu tak perlu menoleh untuk mencari tau siapa yang memanggilnya. Karena suara itu sudah terekam dengan sangat baik di dalam kepalanya.
Dan mungkin karena tidak mendapat jawaban, Yerin bisa mendengar suara derap langkah kakinya yang terdengar mendekat. Disusul dengan aroma parfum yang terasa menyengat, dan Yerin tau pria itu sedang berdiri di depannya sekarang.
"Yerin. Kenapa kamu nggak datang padahal...." suara husky itu tak berlanjut.
Yerin merasakan bahunya ditarik dengan lembut, seakan memaksanya untuk mengangkat kepala. Dan sekarang Yerin bisa melihat sorot khawatir dari mata monolid Kim Taehyung yang sedang berlutut di depannya.
"Kamu kenapa, hmm?"
"Tae..." lirihnya dengan mata berkaca-kaca. Perasaannya campur aduk saat mata cokelat gelap milik pria itu berhasil menembus pertahanannya. "kepalaku sakit..."
Mendengar ucapannya, Taehyung langsung menghela napas panjang, mengusap pipi Yerin dengan lembut. "Kan udah aku bilangin, harusnya kamu nggak usah kerja hari ini. Kamu ngeyel sih," pria itu mengomelinya, namun raut khawatirnya tak luntur dari wajah tampannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wonderwall [TAERIN]✓
Fanfiction"And afterall, you're my wonderwall." Published date : 20210214 Copyright © Firanasyazhi, 2021