Kehidupan Zuhrina Syahara (Zuhry) si gadis kampung berubah sejak menikah dengan Lucky Anggara (Lucky) si anak band sekaligus konglomerat yang punya segalanya. Menjadi istri Lucky membuat Zuhry hidup bak puteri di negeri dongeng. Karena Lucky dan kel...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ada yang beda rasanya setelah menikah. Rumah bertingkat tiga yang beberapa minggu lalu masih berstatus sebagai rumah salah satu muridnya kini berubah menjadi tempat tinggalnya. Tempatnya berlindung dari hujan, dari terik panas matahari, dan juga akan menjadi tempatnya pulang. Tempat tinggalnya bersama Lucky mulai malam ini.
Awalnya dia kira akan tinggal di Kampung Jambu. Tapi Ammar melarang. Akhirnya Lucky mengajak untuk tinggal di rumah Johan- mertuanya. Zuhry tentu tak keberatan. Dia akan ikut kemana pun suaminya pergi. Tapi Yoana malah memaksa mereka tinggal bersama. Sementara waktu sampai suaminya itu selesai membangun rumah.
Pasalnya rumah yang dibangun Lucky untuk Zuhry bukan main-main besarnya. Butuh waktu yang lama untuk selesai. Baru mulai digarap minggu lalu. Untuk hadiah istrinya, sebagai suami yang baik, Lucky bangunkan sebuah rumah megah berlantai empat kepada Zuhry. Dengan sebuah lift yang menghubungkan seluruh lantai di dalamnya. Lucky tidak mau Zuhry kelelahan berjalan, jadi dia sengaja buat lift di sana. Nanti kalau anak mereka pulang dari sekolah, pasti kecapekan. Bisa langsung menuju lift ke kamar.
Lucky juga mendesign mini market khusus di dalam rumahnya nanti. Jadi, Lucky sediakan mini market serba ada di sana. Agar Zuhry tidak kerepotan berbelanja di pasar. Zuhry hanya perlu berbelanja di dalam rumah saja. Di mini market milik mereka. Setelahnya Zuhry bisa memasak di lantai dua. Karena Zuhry sangat suka memasak, khusus untuk dapur istrinya tercinta, Lucky bangunkan sebuah dapur luas di lantai dua dengan seperangkat kitchen set ternama.
Oh, jangan lupakan kebun bunga di sekeliling rumah mereka nanti. Begitulah kira-kira rancangan rumah impian yang sedang digarapnya. Tapi, berhubung masih berjalan 0,0001 %. Alias masih lama sekali. Terpaksa mereka numpang dulu. Apalagi Albim masih butuh guru belajar.
Rasanya ada debar-debar yang masih terus menggebu di hati Zuhry kala bunyi jeep Lucky mengakhiri perjalanan mereka dari Kampung Jambu malam ini. Dan tangan Lucky masih terus mengelus lembut cincin emas di jemarinya. Sambil sesekali memutar setir yang sudah tidak bergerak. Belum mau beranjak dari jeep. Padahal jeep sudah berhenti di pekarangan. Harusnya mereka sudah turun. Tapi Lucky hanya terus diam menatap Zuhry di sampingnya.
Zuhry masih merasakan pipinya memerah panas mendengar bisikan Lucky. "Apa maksudnya, Mas-"
Lucky menggeleng malu. Masih tersenyum-senyum memainkan jemari dingin Zuhry di tangannya. "Ih, kok dingin kenapa, sih? Padahal tadi anget."
Zuhry menarik jemarinya panik. Segera meremas ujung kebaya broklatnya yang berlapis kristal swarovski, "Nggak apa-apa. AC-nya dingin, Mas."
"Padahal udah mati," tawa Lucky pura-pura memainkan tombol AC yang jelas-jelas sudah padam sejak tadi. Jemarinya membuka dua kancing surjan yang dipakainya. Rasanya panas dan gerah. "Kamu mau mandi nggak? Badanku lengket, Pay."