part 1

2 1 0
                                    

  Namaku  Marsya Anis Sofea Kareem.  Satu gambaran dari namaku yaitu,  panjang banget.  Nama ibuku Aina Kareem sedangkan ayahku Ardi Kareem. Aku anak tunggal yang  sangat disayang oleh seluruh keluargaku.

  Aku tinggal di sebuah komplek perumahan sederhana. Namun,  sangat nyaman untuk ditempati. 

  "Anis, buka pintunya! Bahamut tadi lepas, gih cariin takutnya dia main kejalan! " beritahu mama dari depan pintu kamar, aku yang mendengar bahwa kucing  kesayanganku  kabur pun langsung bergegas pergi  keluar rumah mencari keberadaan Bahamut.

  Bahamut merupakan kucing jantan jenis Mainecoon berwarna Red tabi. Badannya besar dan panjang  dengan surai didada yang menambah kesan sangar pada dirinya.  Namun,  dia termasuk kucing yang sangat manja.  Semua kekhawatiranku sirna saat melihat Bahamut kabur kerumah bunda,  tetangga samping rumah bernama bunda ayu.

  Dengan langkah tegas aku mulai memasuki rumah bunda ayu dan seketika emosiku memuncak saat melihat kucing  kesayanganku  disiram dengan menggunakan selang air yang cukup deras, membuatnya ketakutan dan basah.

  "woi,  hentikan!" ucapku marah.

  " Berani-beraninya ya nyiksa kucing kesayangan Anis? " ucapku sambil menghampiri bahamut yang kedinginan serta ketakutan disudut taman rumah bunda.

   "Dasar manusia gak punya hati,  bisanya cuma nyiksa binatang! " ucapku  masih dengan emosi yang menggebu.

   "Oh,  jadi ini kucingmu?  Lain kali kalau punya  peliharaan itu dijaga, aku gak suka liat kucing  menjijikan kamu  ada dirumah aku! " ucap cowok yang tak kuketahui  namanya.

  "Dasar cowok Songong! " Aku berteriak kesal dan langsung mengangkat tubuh besar Bahamut untuk aku keringkan dirumah.

.........

   "Loh kenapa Bahamut dek?  Kok bisa kuyub begitu? " tanya  ayah setelah aku sampai dirumah.

  "disiram sama cowok Songong  dirumah bunda,  mungkin  tukang kebun baru bunda ayu yah,  ntar aku akan minta  bunda ayu  untuk memecat itu  orang! " gerutuku sambil terus melangkahkan kaki menuju halaman belakang tempat kucing-kucingku berada.

Aku dengan sangat hati-hati  membersihkan bulunya dan mengeringkan dengan handuk kemudian di blower.

  Bahamut sudah terbiasa dengan suara blower sehingga tak begitu ketakutan ketika dibersihkan,  berbeda dengan kucing-kucingku yang lain.  Mereka akan melompat-lompat ketika aku mulai menghidupkan dan mengarahkan blower kearah mereka. 

Mengeringkan kucing memakan waktu yang lama karena bulu  tebal mereka.  Aku biasa memandikan kucing-kucingku  dua minggu  sekali.  Jadi,  mereka semua bersih dan wangi.

............

   Setelah membersihkan  diri dan salat zuhur,  aku bergegas menuruni tangga melewati meja makan. Tujuanku hanya satu yaitu rumah bunda.

  "Mau kemana dek? " tanya ayah yang sedang menyantap makan siang bersama mama.

   Aku memang memanggil kedua orang tuaku dengan panggilan  yang berbeda.  Semua itu karena keinginan mama yang ingin dipanggil  mama sedangkan ayah bersikeras mau dipanggil  ayah.  Jadi,  yaudah seperti itulah ceritanya gak ada yang mau ngalah.

  " adek mau kerumah bunda yah! " beritahuku sebelum menghampiri mereka untuk meminta izin.

  "Mau ngapain adek kerumah bu Ayu? " tanya  mama heran.  Pasalnya ini masih siang bolong,  biasanya jam segini aku memilih untuk bermesraan  dengan  kasur kesayanganku.

"mau menyelesaikan masalah ma,  yaudah adek pergi dulu ya yah,  mah! " ucapku langsung kabur menuju rumah bunda.

............

   walaupun aku sudah terbiasa main kerumah bunda tapi,  aku tetap tak berani langsung masuk aja.

  Tok tok tok

Aku masih menunggu didepan pintu sambil mengamati halaman  rumah  bunda sepertinya  ada yang berbeda tapi apa ya?  Oh iya sejak kapan ada pipa pipa didepan rumah bunda?  Dan apa fungsinya?

Ceklek

Suara pintu terbuka itu berhasil membuatku tersadar dari lamunanku.

  "Assalamualaikum  bang  Hanif" sapaku saat melihat ternyata yang membuka pintu adalah bang Hanif,  anak bunda. 

  "Waalaikumussalam  Nis,  kirain siapa tadi tamunya ternyata kamu. Masuk yuk! " ajak bang Hanif yang kujawab dengan senyuman.

   skip meja makan

"Loh ada anak gadis bunda,  sini duduk sekalian ikut makan! " ajak bunda yang memang sedang makan siang. 

    Saat aku hendak menarik kursi disebelah bunda tiba-tiba ada tangan yang juga sedang menarik kursi yang sama denganku sehingga membuat aku sedikit bergeser karena kalah tenaga.

  Saat aku menoleh  keorang  tersebut,  seketika emosiku kembali memuncak,  teringat karena pelakunya sama dengan penyiraman Bahamut.

"Aku mau duluan yang mau duduk disini" ucapku tegas.

"Ini rumahku jadi aku bebas duduk dimana aja!" ujarnya dingin dan mulai menikmati  makanan didepannya.

  Aku berjalan menuju kursi kosong disamping bang Hanif dan otomatis berhadapan dengan  cowok rese tadi karena meja makan dirumah bunda berbentuk persegi panjang.

"Bunda dia siapa sih?  Tukang kebun baru bunda? " tanyaku sambil  menunjuk  kearah depan.

"haha... " aku heran mendengar tawa bang Hanif,  emang ada yang kucu ya?  Pikirku.

"Iya Nis, dia tukang kebun baru! " ucap bang Hanif masih dengan sisa tawanya.

  "Anis sayang,  ini Athar anak bungsu  bunda! " beritahu bunda sambil memegang bahu sang  anak.

Sontak saja aku langsung membolakan mata karena terkejut dan juga malu,  pasalnya selama ini yang  aku tahu anak bunda cuma bang Hanif.

"Loh bunda  punya anak selain bang Hanif?  Kok Anis gak pernah  tahu? " tanya ku masih penasaran.

"Emang kamu siapa samapai harus tahu segalanya? " ucapan  ketus Athar membuatku mendengus.

  "Sudah-sudah kalian makan dulu baru nanti debat lagi ya! " Seru bunda menjadi penengah sebelum perang dunia ke tiga dimulai.

"Pantes cungkring makan sayur aja gak mau!" aku tak memperdulikan sindirannya karena memang aku gak suka sayur. 

Kami makan dengan hikmat walaupun tanpa kehadiran sang kepala rumah tangga karena masih ada tugas diluar kota.

"Alhamdulillah " ujarku setelah selesau makan dan langsung membawa piring kotor kebelakang untuk dicuci langsung.

Setelah selesai membantu bunda membersihkan meja makan,  kami duduk dirunng tamu.

"Bunda,  tadi si Athar siram Bahamut bun! " aduku manja sambil memeluk lengan bunda.

"Kok bisa?  Jadi bahamutnya gak papa  kan? " tanya bunda yang juga terkejut.

"Siapa bahamut? Perasaan aku gak ada pernah punya urusan sama Bahamut -bahamut itu " ucap atahar membela diri.

"Bahamut tu nama kucing kesayangannya Anis,  kamu lain kali jangan kayak gitu ya thar! " peringat bang Hanif sebelum akhirnya pamit kembali kekantor karena masih ada urusan.

"Ngapain Athar minta maaf,  jelas-jelas kucing dia yang salah" ucap athar tak mau kalah.

"Kucing aku cuma main disini jadi gak perlu  disiram  juga kan? Ucapku  yang mulai terpancing  emosi.

Bunda geleng kepala karena kami gak ada yang mau mengalah. 



........................###.....................

Kamis, 11 Februari 2020

Jangan lupa saran dan kritiknya ya!!

Tetangga Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang