SamaIchi

210 23 5
                                    


"Oh, Ichiro."

Yang namanya disebut menoleh ke arah belakang. Sosok Jyuto Iruma si polisi berkacamata—juga merupakan kekasih dari adik sulungnya— terlihat melambaikan tangan ke arahnya.

"Jyuto, halo." Tak ada panggilan hormat seperti penambahan –san di belakang nama, ini atas permintaan Jyuto beberapa waktu silam. Polisi berkacamata itu ingin Ichiro memanggilnya dengan nama biasa saja, agar lebih akrab alasannya. Jauh dalam lubuk hati Ichiro tahu alasan lain kenapa Jyuto meminta hal itu, supaya terlihat akrab dengan (calon) ipar. Begitu.

"Mau bertemu Samatoki?" Jyuto mengutarakan pertanyaan yang sebetulnya sudah ada jawaban pasti. Mana mungkin Ichiro jauh-jauh datang ke Yokohama jika tidak untuk menemui leader Mad Trigger Crew? Apalagi status mereka berdua yang merupakan seorang kekasih.

"Iya. Jakurai-sensei berkata bahwa Samatoki kurusan. Aku agak khawatir." Sudah seminggu Ichiro dan Samatoki tidak bertemu.

"Masa, 'sih?"

"Kau 'kan sering bertemu dengannya. Apa tubuh Samatoki tidak terlihat ada perubahan?"

Jyuto mengangkat bahu. "Entah." Untuk apa juga ia memperhatikan Samatoki yang sudah punya pawang sendiri? Lebih baik ia memperhatikan dedek Jiro kesayangan. Ah, bocah kesayangannya itu sedang apa ya sekarang?

Ichiro menghela napas. "Ngomong-ngomong, kau ada urusan dengan Samatoki?"

"Ah, iya. Aku hendak melaporkan sesuatu."

Ichiro mengangguk. Perjalanan menuju ruangan Samatoki seketika hening.

.

.

.

Samatoki berdiri. Mawar kuning bertengger di mulut, topi jerami diletakkan di atas kepala sedang kedua tangan memegang ukulele. Itu semua properti milik Hifumi yang tertinggal! Semalam pemuda nyentrik itu datang bersama Jakurai dan tentu saja gomen gomen otoko bernama Doppo Kannonzaka. Paket lengkap Shinjuku Division itu datang membawa sekotak makanan buatan Hifumi beserta beberapa vitamin. Alasannya? Karena Jakurai takut Samatoki kekurangan gizi.

"Kenapa juga rekan satu tim sensei membawa ini semua?" Samatoki bingung. Semalam ia memang tidak memperhatikan apa saja yang mereka bawa selain kotak makanan dan beberapa vitamin. Benda ini ketahuan ada tadi pagi saat ia kembali ke ruangan. Ia hanya iseng saja mencoba-coba benda milik Hifumi, kebetulan dirinya sedang bosan juga.

TRING.

Senar ukulele ia petik.

"Gitar kupetik,

Bass kubetot."

Suara senar ukulele yang dipetik terdengar kembali.

"Hei Ichiro cantik,

Bass kubetot."

"Errr... Samatoki?" Ichiro terdiam di ambang pintu. Sebenarnya mereka berdua sudah berada di ambang pintu sejak Samatoki memetik senar ukulele yang pertama. Namun, Jyuto melarang Ichiro untuk membuka suara.

Samatoki membeku di tempat. Kepalanya menoleh ke arah belakang dengan gerakan patah-patah. Matanya membola ketika melihat penampakan Ichiro dan Jyuto di ambang pintu. Background kaca pecah diiringi cahaya petir imajiner menghiasi bagian belakang tubuhnya.

Bahu Jyuto bergetar, bibir bagian bawahnya digigit, pipinya agak sedikit mengembung. Ponsel yang ia genggam terarahkan pada sosok Samatoki. Ia merekam aksi bodoh Samatoki tadi, sebagai bahan blackmail.

"PFFFT—HAHAHAHA!" Jyuto tak bisa lagi menahan tawanya, "KAU NGAPAIN, SIH?! JELEK BANGET SUMPAH JELEEEEEEEEEEK!!" Jyuto memukul daun pintu sebagai pelampiasan atas kegembiraan yang membuncah.

"Samatoki—pft— kau oke?" Ichiro mati-matian menahan tawanya.

"TUTUP MULUT KALIAN BERDUA, BRENGSEK!" Samatoki murka. Ukulele dilempar ke atas sofa, tangkai bunga mawar sudah tergeletak di lantai karena bibirnya terbuka lebar untuk mengumpat. Topi jerami di atas kepala ia lempar ke arah Ichiro dan Jyuto.

Malu? Tentu saja Samatoki merasa demikian. Wakagashira yang biasanya terlihat garang dan dihormati bertingkah bodoh. Sialnya lagi, di depan sang kekasih dan polisi kelinci yang tidak ada akhlaknya sama sekali.

Samatoki mengurung diri kemudian.

.

.

.

"Ayolah Samatoki, kau sudah mengurung diri seharian. Belum makan. Nanti sakit gimana?" Ichiro mengetuk pintu kamar Samatoki beberapa kali. Setelah menyumpah-serapah, Samatoki langsung kabur ke apartemennya dan mengurung diri di kamar seperti remaja puber yang baru putus cinta. Jyuto tidak ikut pergi ke apartemen Samatoki.

Kuserahkan Samatoki padamu, ya, I-chi-ro~kun!

Begitu kata si bangsat. Tapi Ichiro sama sekali tidak keberatan, sih.

"HAH?! Kau pikir aku selemah itu hingga bisa sakit?!"

"Gak gitu, bego. Tapi kau memang harus makan!"

"Aku tidak lapar!"

Ichiro menghela napas. Ingin rasanya mendobrak pintu kamar Samatoki, tapi ia tidak mau mengeluarkan uang untuk mengganti rugi pintu yang rusak dan tidak ingin menyakiti diri sendiri. Ah, sudahlah. Sepertinya Ichiro akan memberikan waktu untuk Samatoki yang sekarang sedang terkena mental breadtalk.

"Hei Samatoki..."

"APA LAGI, BOCAH?!"

"Bass kubetot."

"DIIIIAAAAAAAAAAAMMMMMMMMMMMM!!!!"

.

TAMAT

Gitar Kupetik, Bass KubetotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang