# Stuck With You - RAIN

15 4 19
                                    

Hujan sangat lebat malam ini, membuat semua tumbuhan bersuka cita akan datangnya karunia Tuhan yang telah lama dinantikan. Sebagian orang masih sibuk bergelung dengan mimpi indah yang mereka ciptakan. Namun, sebagian yang lainnya memilih untuk tetap terjaga, hanya untuk sekedar menikmati hembusan angin dengan secangkir minuman hangat, atau hanya sekedar berkumpul bersama keluarga. Hujan kali ini benar-benar lebat, membawa rasa dingin yang begitu menusuk hingga ke dalam tulang.

Hal serupa juga, tengah dilakukan oleh seorang gadis muda dengan rambut berwarna hitam dengan sedikit corak merah di beberapa bagian. Tatapannya menatap lurus ke depan, seluruh tubuhnya sudah basah kuyup karena terpaan hujan. Namun, hal itu tidak menyurutkan niat gadis itu untuk tetap menikmati hujan, dengan caranya.

Gadis itu tersenyum, sambil merentangkan kedua tangannya. Seolah menunggu seseorang yang akan memeluknya, dan membawanya ke dalam sebuah peukan hangat yang menenangkan. Namun, semua tahu, hal itu akan sia-sia. Karena pelukan yang menenangkan, hanya akan didapat dari orang yang tepat.

Bukan karena sosok yang ditunggu sudah diambil oleh sang pemilik. Tapi lebih karena sebuah rasa kecewa tak beralasan. Mungkin hal semacam itu terdengar klise, dan terlalu mengada-ada. Namun, kenyataannya hal itulah yang terjadi.

Ia selalu melakukan hal yang sama, setiap kali tetesan air dari langit itu menyapa setiap jengkal tanah di bumi yang kekeringan, membasahi semua kehidupan, membawa rasa damai dan kebahagiaan tersendiri bagi setiap penghuni bumi.

"Masuklah! Hujan semakin lebat, kau bisa mati kedinginan," ucap seorang gadis dengan sweater yang membungkus rapi tubuh rampingnya.

"Aku tidak akan mati, hanya dengan terkena tetesan hujan terus menerus." Hah, gadis mungil membual lagi, padahal sekujur tubuhnya sudah hampir membiru, akibat teralu lama di bawah guyuran hujan.

Tanpa berlama-lama, gadis dengan sweater bergambar kelinci merah muda itu menyeret sang adik yang sudah terlihat menggigil, dan sedikit kehilangan keseimbangan. Dan benar saja, baru beberapa langkah gadis itu sudah kehilangan kesadarannya.

"Dasar bodoh! Sampai kapan, kau akan terus seperti ini."

Hujan deras semalam, nyatanya menyisakan hawa dingin yang begitu menusuk hingga ke dalam tulang. Namun, seorang gadis dengan tubuh mungil terlihat tengah tersenyum bahagia. Bahkan wajah pucatnya tidak membuat dirinya kehilangan senyuman di wajah cantiknya. Gadis itu terlihat tidak terganggu dengan udara dingin saat ini, padahal ia hanya memakai sebuah kaos tipis berlengan pendek, serta sebuah celana berbahan kain yang menutup kaki indahnya, hingga mata kaki.

"Selamat datang musim hujan, aku merindukanmu."

Duduk seorang diri, sembari bersandar pada sandaran bangku yang ada di salah satu taman yang selalu ia kunjungi, jika dirinya tengah erindukan sosoknya. Gadis mungil itu sangat menyukai hujan karena baginya, hujan adalah hidupnya. Kenapa? Jawabannya sederhana, karena ia bisa mengingat semua hal tentang sosokya, dan satu lagi alasan kenapa dia suka hujan, itu karena dia bisa bebas menangis tanpa ada satu orangpun yang tahu.

"Aku tahu kau membenciku, dan kaupun tahu, kenyataan bahwa aku mencintaimu dengan sangat." Tersenyum manis kala kenangan indahnya dengan sang sosok kembali terlintas dipikirannya, dan perlahan mulai menangis kala kenangan buruk itu ikut berputar diotaknya bak kaset rusak. Kenangan yang ingin sekali ia lupakan sepanjang sisa hidupnya. "Kenapa kau pergi saat itu, kenapa kau tidak mau mendengarkan penjelasanku." Semakin lama ia tenggelam dalam kenangan buruk, maka akan semakin banyak pula air mata yang terbuang sia-sia.

"Hai, Den," sapa seorang pemuda dengan tingi 173cm, yang kini tengah menatap sendu ke arah seorang gadis yang tengah duduk disebuah bangku dengan tangan yang menutupi wajahnya.

Friska Adeena Insani, atau biasa dipanggil Deena. Seorang gadis mungil dengan segala sikap tsundere yang ia miliki. Gadis cantik dengan mulut super pedas, yang membuat siapa saja berpikir ratusan ribu kali untuk mendekatinya.

Bagi orang lain Adeena adalah cerminan dari gadis bodoh. Kenapa? karena yang gadis itu lakukan, hanyalah menghabiskan sisa hidupnya dengan menunggu sosok yang bahkan mungkin tidak pernah mengingatnya lagi. Ditambah lagi, harapan gila yang masih ia pegang teguh sampai detik ini. Yaitu, haraan tentang pemuda yang beberapa tahun lalu meninggalkan dirinya di taman itu masih mencintainya, dan suatu hari nanti akan kembali padanya. Bukankah itu harapan bodoh? Manusia waras mana, yang masih menunggu seseorang yang bahkan sudah membuangnya bak sampah tak berguna.

Berjalan menjauh saat seorang pemuda super tampan menghampirinya. Daffin Cullen. Sahabat baik Adeena, meski mereka bukan sahabat dari kecil, namun nyatanya pemuda yang biasa dipanggil Alien itu sangat baik padanya, ditambah lagi status Daffin yang akan segera menjadi kakak iparnya, membuat keduanya semakin lengket. Tidak sedikit yang berpikir jika keduanya menjalin hubungan, mengingat di mana ada Adeena, disitu ada Daffin. Meski gadis itu selalu mengusir Daffin yang mengusik hidupnya, tapi pemuda berkulit coklat itu selalu setia di sekitar Adeena.

"Pergilah! Alien pengganggu!" Jika itu orang lain maka ia akan langsung pergi mendengar kata-kata pedas Denna. Namun tidak dengan Daffin, pemuda berkulit coklat itu tahu dibalik sikap kasar, dan kata-katanya yang selalu pedas, sebenarnya Adeena adalah sosok gadis yang sangat baik dan rapuh. Semua sikapnya hanya sebagai bentuk protes kepada dirinya sendiri yang tak bisa melupakan sosoknya.

"Lupakan dia! Sampai kapan kau akan terus mengingatnya." Daffin tahu semua tentang Deena dari kakak tercinta gadis cantik itu pastinya. Meski Daffin tak pernah tahu siapa nama dan wajah sosok yang membuat sahabat baiknya seperti sekarang ini. Namun, yang pemuda tampan berkulit coklat itu dapat simpulkan hanya satu hal, yaitu sang sahabat baik yang masih mencintai sosok pemuda yang masih jadi misteri bagi Daffin.

Daffin sering mendengar cerita Deena dari keluarganya. Sudah berbagai macam cara keluarga gunakan agar gadis ber-netra coklat bisa berhenti mencintai sosoknya. Namun, yang terjadi malah sebaliknya, semakin hari Denna semakin mencintai sosoknya, dan semua hanya bisa pasrah. Karena akan percuma saja, jika Adeena sendiri tidak punya keinginan untuk melupakan sosoknya. Lagipula, bagaimana bisa Adeena melupakan sosoknya dengan begitu mudah.

Kenapa, orang selalu meminta orang lain untuk melupakan kenangan orang tersebut? Aakah mereka lupa, jika tidak semua kenangan bisa dilupakan. Meminta seseorang untuk melupakan orang yang dicintai, itu sama saja dengan meminta orang tersebut untuk mati secara perlahan dengan cara yang mengerikan.

"Untuk apa kau datang kesini?" tanya Adeena, sembari terus berjalan meninggalkan sang sahabat di belakang yang mencoba menyeimbangi langkahnya.

"Davira menyuruh ku untuk menjemput mu." Adeena hanya memutar matanya malas. Kakaknya itu tidak akan pernah membiarkan dirinya hidup dengan tenang.

Dari dulu, sejak Davira tahu jika sosok itu menyakiti adiknya, gadis itu tidak pernah membiarkan Adeena untuk mengingat sosok yang begitu ia cintai. Bahkan hanya untuk mendatangi tempat yang dulu sering ia kunjungi bersama sosok itu pun, Davira tidak akan memberi izin. Tadi saja Adeena harus pergi diam-diam, tapi sialnya, Davira tetap tahu dan meminta peliharaannya untuk menjemput Adeena.

"Kenapa dia selalu tahu keberadaan ku? menyebalkan sekali," gerutu Adeena. Namun, sia-sia karena kakaknya tidak akan pernah mendengar ocehannya.

"Adeena, mau sampai kapan kau terus memikirkan pemuda itu? dia bahkan tidak peduli kau masih hidup atau tidak."

"Kau bukan Tuhan ataupun cenayang, yang bisa melihat dan menentukan jalan apa yang akan yang akan diambil seseorang. Jika kau bisa mengukur dalamnya lautan, belum tentu kau bisa mengukur dalamnya hati manusia. Jadi bagimu diam akan jauh lebih baik." Daffin hanya terdiam mendengar perkataan Adeena. Gadis itu benar soal itu dan ia juga sangat tahu soal itu, tapi satu hal yang gadis itu tidak tahu atau mungkin lupakan, yaitu Daffin yang menyayanginya dan sudah menganggapnya sebagai adiknya sendiri.

Daffin tidak akan tinggal diam jika melihat adik yang begitu ia sayangi terlihat seperti mayat hidup, bahkan beberapa orang secara terang-terangan mengatakan jika Adeena hanya wanita gila. Hati Daffin sakit mendengarnya, ia tak terima jika calon adiknya di katai begitu walau kenyataannya terlihat seperti itu.

"Pergilah! Aku akan pulang sendiri." Deena pergibegitu saja, meninggalkan Daffin yang tengah menatapnya, dengan tatapan yangsulit diartikan.




An-nyeong juseyo 🥳🥳🥳
Sesuai janji aku ke salah satu member gc, buat up part 1. Jadi aku up sekarang...
Happy Reading, jangan lupa tinggalkan jejak kehidupan 💜💜

MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang