"Eliza harus selalu menjaga Elia, ya," ucap seorang wanita bersurai merah terang. Tangannya membelai rambut cokelat terang salah satu anaknya.
"Kenapa harus Eliza yang menjaga? Kenapa tidak Elia saja yang menjaga Eliza? Elia 'kan Kakak?" Si gadis mendongak, menatap bingung sang ibu.
Ibu muda itu tersenyum. Dia berjongkok di depan sang gadis. Diusapnya tangan si bungsu. "Karena memang sudah seharusnya begitu. Janji ya sama Ibu, Eliza harus jadi anak baik!"
Eliza mengernyit. "Eliza 'kan memang anak baik!" serunya. Ia mencebik kesal setelah itu. Wajahnya dipalingkan dari sang ibu.
Ibu terkekeh pelan. Tangannya menarik Eliza ke dalam dekapan. Ia mengelus lembut surai yang kontras dengan miliknya. "Nah, karena Eliza anak baik, Eliza harus mengikuti apa kata Ibu! Mengerti, cantik?"
Eliza hanya mengangguk. Ia mengeratkan pelukannya. "Eliza janji."
"Elia mau ikut pelukaaan!"
Sepasang ibu dan anak itu sontak menoleh ke asal suara. Seorang gadis berambut merah berlari ke arah mereka. Ia merentangkan tangannya yang membawa beberapa kertas. Di belakangnya, ada seorang pria yang membawa setumpuk koran dan pena.
Keduanya tersenyum tipis dan membuka tangan lebih lebar. Keluarga kecil itu lantas berpelukan.
Hello! Welcome to Nyheter📰
Terima kasih telah membaca❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
NYHETER
RandomEliza Galena selalu mengisolasi diri saat menulis cerita. Dia selalu bercengkrama dengan para tokoh fiksi. Namun, hidup tak dapat berjalan di tempat. Suatu hari, Eliza harus turun dari singgasananya, dan merasakan kehidupan di dunia nyata, bukan dun...