Endless Desire

283 29 3
                                    

Endless Desire

Disclaimer:

Attack of Titan © Hajime Isayama

Saya tidak mengambil keuntungan apapun dari fanfiksi ini

.

.

Perang belum juga berakhir.

Levi menatap nanar kalender tablet di tangannya. Sudah lama ia tak menghitung hari demi hari perang yang berlangsung. Rasanya perang sudah pecah lebih dari empat bulan. Ini perang yang setiap hari acung senjata, bukan perang dingin, membuat Levi begitu lelah.

Kau seharusnya bersyukur. Kau ditempatkan di sini, bukan di garis depan.

Levi memarahi diri sendiri dan memandang tenda yang ia tempati, tenda sempit yang sesak oleh peralatan mekanik, beberapa android yang lumpuh, dua kursi, tiga meja, satu pendingin sekaligus penghangat ruangan, dan satu kasur. Tenda ini terbuat dari grafin dan dilengkapi security pintu, tetapi bisa saja dihancurkan dengan bombandir peluru. Terdengar canggih, ya? Namun, ini termasuk tenda biasa di era sarat teknologi ini. Semua tentara menggunakannya ketika perang.

Ini adalah tenda pribadi Levi yang disediakan Angkatan Darat mengingat prestasinya. Levi adalah mekanik android yang ahli, dulunya bekerja di pabrik android megabesar milik Paradisa, negaranya. Pekerjaan awalnya adalah membuat manusia-manusia android, mulai dari untuk membantu pekerjaan rumah hingga menjadi prajurit perang, tetapi tiga setengah bulan terakhir ini, Levi bergabung dalam angkatan darat dan menjalankan tugas lain, meski ia masih didapuk untuk membantu merancang kerangka android muktakhir dan memperbaiki android tentara.

Pip! Pintu tendanya terbuka secara otomatis. Seorang wanita berkepala tiga melangkah masuk dengan santai. Levi menoleh padanya. "Mikasa."

"Hai, Levi. Seperti biasa, aku akan mengganggumu malam-malam." Berbeda dengan sapaan Levi yang datar, sapaan Mikasa terdengar ceria. Ia menyodorkan air kemasan pada Levi dan mengedarkan pandangan ke sekeliling. "Mana Erwin?"

Levi menerima pemberian Mikasa. "Menggantikanku untuk membantu dokter melakukan pertolongan pertama."

Erwin adalah android yang menjadi bodyguard sekaligus membantunya dalam banyak hal. Tugas Levi di Markas Timur ini sangatlah banyak: berkeliling tenda untuk memperbaiki automail yang rusak sembari membantu dokter merawat luka ringan atau melakukan pertolongan pertama. Itupun masih ia selingi dengan memantau android yang rusak, memperbaiki bila kerusakannya ringan, memesan suku cadang, juga memilih android untuk diperbaiki di pabrik. Memang Levi dibantu asisten-asisten dari kantornya, tetapi tetap Levi kebanjiran tugas. Adanya Erwin yang telah bersamanya sejak lama cukup banyak membantu.

Ah, ya. Fun fact, sejak awal Erwin diprogram Levi untuk memanggil "Kakak" pada semua orang dewasa yang masih muda.

Mikasa duduk di kursi di depan Levi, terpisahkan oleh meja. Mikasa meletakkan tangan kanannya di meja dan Levi melirik kondisinya.

"Empat jarimu nyaris copot," Levi mengambil peralatan di meja yang ada di sisi kanannya. "Habis kena apa kau?"

"Uh.... Senapan?" jawab Mikasa tak yakin. "Terlalu banyak jenis senjata yang kuhadapi."

"Ada juga garis terbakar di antara tulang hasta dan pengumpilmu," tambah Levi yang masih sibuk mengambil peralatan. "Senjata laser kah?"

"Hebat sekali, Dokter Levi," puji Mikasa—sebenarnya ia sedang mengejek Levi. "Iya, aku sempat terserempet sinar laser saat menghindar. Fuh.... Sepertinya mereka baru upgrade senjata. Tanah tempat aku pijak bolongnya lebih besar 3 cm dan lebih dalam 5 cm. Lebih mematikan dari android bersenjata laser yang pernah kaurancang. Tapi mereka belum bisa mengatasi kerasnya suara dari senjatanya, sih."

Endless DesireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang