Cerita memuat konten dewasa, yang masih dibawah umur jangan baca:v
Hari yang dingin di awal musim dingin di jalan Seoul. Suhu diperkirakan dibawah minus nol derajat celcius, pepohonan membeku di luar sana. Salju seperti kristal berjatuhan, angin meniup udara dingin di sekitar dan mengirimkan serpihan salju ke mana mana. Karena kondisi dingin yang membeku, sebagian besar orang harus tinggal di dalam bangunan.
Di sana, seorang pria mengenakan syal berwarna gelap untuk menutupi lehernya demi melindungi dirinya dari udara dingin yang menusuk. Dia berjalan dengan susah payah karena tumpukan salju licin menghalangi jalannya ke sebuah apartemen yang ada di depannya. Dia melangkah melewati gerbang dan mencari jalan ke pintu masuk, setelah membukanya dan melangkahkan kakinya masuk kedalam bangunan tersebut ia segera memasuki lift menuju lantai teratas.
Dia menghela nafas lega saat dia telah memasuki apartemen tersebut, dengan cepat ia menutup pintu hingga tertutup. Pemuda itu kemudian melepaskan syalnya dan menggantungnya di gantungan kayu yang dipasang di dinding, dan tidak lupa melepas coat hitamnya.
Saat dia berbalik, dia melihat cahaya samar yang terlihat keluar dari ruangan di seberang ruang tamu dan dapur.Dia perlahan melangkahkan kakinya kedepan dan masuk kedalam ruangan untuk melihat sedang apa manusia bodoh yang ada di sana. Ia berdiri di ambang pintu, dia melihat seorang pria muda yang seumuran dengannya, tapi dengan rambut hitam bermodel pria Korea pada umumnya.
Pria itu mengenakan atasan kaos polos berwarna putih dengan ujung lengannya mencapai siku, ditambah dengan celana pendek hitam berbahan elastis yang lembut. Celana yang hampir tidak terlihat karena terlalu pendek.
Pria muda itu dengan nyaman duduk di sofa dekat perapian yang menyala, membaca novel sebelum dia menurunkan buku dan menatapnya.
"Selamat malam, Jonghyuk-ah" Dia tersenyum dengan ekspresi menggemaskan.
"Dokja-ya" Adalah jawabannya.
Yoo Jonghyuk mengagumi penampilannya dalam cahaya temaram karena perapian yang menyala. Melalui mata coklatnya, dia bisa melihat kulit porselen itu bersinar cerah, mata hitam yang sangat bercahaya dan jernih, kemudian tubuh mungilnya yang menggairahkan --lekuk tubuhnya sepertinya lebih menariknya -- seperti terakhir kali mereka melakukan nya.
Yoo Jonghyuk memotong pikiran liarnya dengan sebuah pertanyaan. "Jadi, bagaimana pelatihannya?" Rautnya wajahnya tampak berseri seri.
"Ya"
"Bagaimana sesi latihan dengan Sooyoung dan yang lainnya?" Pria itu mengembungkan pipinya lantaran kesal.
Yoo Jonghyuk tersenyum tipis, menatap Kim Dokja sampai hawa dingin datang. Dia kemudian melangkah kedapur, menyiapkan sesuatu. Kim Dokja mengintip buku lewat di tangannya kemudian ia fokus membaca lagi, tidak peduli apa yang tengah Yoo Jonghyuk lakukan.
Beberapa saat kemudian, Yoo Jonghyuk memasuki ruangan yang terang dengan tangannya memegang mangkuk yang memiliki camilan berwarna krem di atasnya. Melihat itu membuat Kim Dokja meletakkan novelnya perlahan, untuk melihat apa yang dibawanya. Yoo Jonghyuk duduk bersila beberapa inci dari perapian yang hangat dan panas, ia mengambil garpu dan mengambil makanan lezat itu.
Yoo Jonghyuk mencicipi lapisan yang lembut dan nikmat yang memiliki rasa gurih dari bumbu bumbu tertentu. Dia bergumam dan terdengar oleh Kim Dokja yang masih duduk di sofa sambil menatapnya dengan aneh.
"Jonghyuk-ahh, makan apa?"
Kim Dokja bertanya padanya walaupun ia sudah tau makanan apa yang dimakan sang Protagonis, saat ini ia sedang melihat api menyala di tengah tengah perapian.