Toko Buku

10 0 0
                                    

Pagi itu, Chinen sedang berkunjung ke toko buku langganannya. Membeli novel seperti biasa, atau buku latihan soal untuk ujian akhir.

Siapa sangka, hari ini Chinen akan bertemu dengan seseorang yang membekas di hatinya? Bertemu dengan seseorang yang berharga untuknya?

Chinen berjalan terus menuju toko buku. Ia lebih suka berjalan kaki, lebih segar. Cuaca sedikit mendung hari ini, namun siapa peduli. Chinen akan tetap berjalan kaki.

Ia telah sampai di toko buku langganannya. Tidak besar memang. Tapi menurut Chinen, justru itu daya tariknya. Suasananya tenang, jauh dari keramaian kota.

Terkadang Chinen menghabiskan waktunya untuk bersantai di sana. Mengobrol dengan pemilik toko—Chinen memang sudah mengenalnya, saking seringnya datang.

Kali ini, Chinen ingin membeli novel karangan Agatha Christie. Namun ia sendiri masih tidak tahu, mau membeli buku yang mana. Ia ingin membaca salah satu bukunya setelah diberikan review oleh salah satu temannya, Arioka Daiki.

Chinen terdiam di depan rak buku. Di hadapannya, banyak novel karya Agatha Christie terpampang. Kemudian ia mulai membaca beberapa sinopsis bukunya, tapi ia masih tidak tahu. Bingung.

"Seven Dials Mystery ... Hmm, itu bagus. Plot twist-nya juga tidak terduga hahaha. Tapi aku punya saran novel lain, kalau kamu bingung mau membaca yang mana," celetuk seorang pemuda yang kebetulan lewat di belakang Chinen.

Chinen refleks menoleh. "K-kamu siapa?"

"Ah, maaf nyamber. Aku Yamada Ryosuke, panggil saja Yamada. Salam kenal," ujarnya sambil mengulurkan tangannya. Dia tersenyum.

"Y-Yamada? Ah! Aku Chinen! Chinen Yuri. Panggil saja Chinen, salam kenal juga." Chinen menyambut uluran tangan itu. Ok, Chinen akui, dia tampan.

"Aku tahu kalau aku ganteng, enggak usah dilihat terus, dong. Malu."

Chinen melotot, lalu menyudahi kegiatan-berpegangan-tangan-nya. "D-dih ... Siapa yang lihatin terus...."

"Enggak usah ngeles. Mau rekomendasi buku?"

Berpikir sejenak, sepertinya ia baik. Batin Chinen.

"Boleh."

Yamada mengambil salah satu buku, menunjukkannya pada Chinen.

"Postern of Fate. Keren, menurutku. Ada pasangan suami istri, usia mereka sudah 70-an tahun, dan mereka mengharapkan kedamaian di masa pensiun. Akhirnya mereka pindah ke tempat yang baru, jauh dari kota London. Tapi, yah, nasib mereka. Penciuman mereka tajam, malah ngebawa mereka ke kasus pembunuhan yang udah terjadi puluhan tahun lalu. Orang sekitar sudah tahu desas-desus kasus itu, tapi enggak ada yang tahu kejadian sebenarnya. Kasusnya udah ditutup sejak lama, gara-gara semua beranggapan kalau ada orang yang bawa daun foxglove, terus kecampur sama daun bayam dari ke—"

"Aku ambil ini."

"Hah?" Yamada keheranan. Bahkan ia belum selesai menceritakan sinopsisnya.

"Iya, aku mau beli ini. Postern of Fate."

"Cepet banget? Tertarik, ya?"

"Hu'um."

Yamada semakin heran. Entah bagaimana bisa Chinen memutuskannya secepat itu.

Setelah Chinen membayar bukunya ke kasir, ia menoleh ke luar toko.

Hujan.

Dan Chinen tidak bawa payung.

Wajah Chinen yang panik langsung ter-notice oleh Yamada.

"Enggak bawa payung?"

"Uh...." Chinen hanya bisa menunduk.

"Pulang bareng aku kalau gitu. Rumahmu mana?" Yamada menawari, ia membawa payung. Dan kebetulan ia juga berjalan kaki.

Chinen menunjuk ke arah timur.

"Searah sama aku. Ayo pulang." Yamada menggandeng tangan Chinen lembut.

Ingat. Menggandeng. Bukan menarik.

Jadilah, mereka seperti sepasang kekasih yang kehujanan.

Bergandengan tangan, membawa payung menembus hujan. Dengan wajah Chinen yang sudah seperti buah kesukaan Yamada, dan Yamada hanya tersenyum melihatnya.

"Chinen, rumahmu yang mana?" tanya Yamada.

Chinen kaget, bahkan ia lupa tujuannya. Untung belum terlewat.

"Sebentar lagi sampai."

Yamada hanya mengangguk.

"Itu rumahku. Di sini aja. Makasih, ya, udah dianterin pulang. Sama ... Makasih, saran bukunya. Maaf ngerepotin. Enggak mau mampir dulu?" tanyanya malu-malu. Mereka berhenti di depan teras rumah Chinen

Yamada tersenyum manis. "Sama-sama. Enggak ngerepotin, kok, kalau sama kamu. Enggak dulu deh, aku udah dicariin Mama."

Wajah Chinen sudah tidak karuan. "A-apa sih! Baru juga kenal.... Oh, gitu."

"HAHAHA, maaf deh, ya. Kalau gitu aku pulang ya?" Yamada bertanya sambil bersiap

Chinen terbelalak, teringat sesuatu. "A-anu...."

"Ya?" Yamada menengok, heran.

"Boleh minta nomor telepon?"

"Ah, boleh. Siniin HP-mu."

Chinen memberikan HP-nya pada Yamada. Yamada mengetik nomornya di situ, lalu menyimpannya.

"Sudah." Yamada mengembalikan HP-nya pada pemiliknya.

"Makasih."

"Sama-sama. Langsung mandi, ya. Nanti masuk angin."

Chinen mengangguk.

Setelah itu Yamada pergi, bersamaan dengan deru hujan yang lebat. Chinen menangis.

"Mama ... Akhirnya aku ketemu dia. Berita itu bener. Dia hilang ingatan, lupa segalanya. Ma ... Aku janji bakal bawa dia balik. Mama di surga pasti seneng, kan, lihatnya?"

End. Maybe.

















Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 29, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

yamachii oneshotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang